Hujan selalu tahu bagaimana mencairkan suasana, tapi tidak dengan hati kita.
**********
Tidak ada yang membuka suara setelah kejadian beberapa menit yang lalu. Baik Lila maupun Kevin, keduanya masih saja diam. Padahal, dalam hati kecil Kevin ia ingin sekali bertanya banyak hal pada perempuan yang kini tengah mengobati luka lebamnya. Namun lagi-lagi ia urungkan.
Kevin rasa ini bukan saatnya untuk bertanya banyak hal. Dari penglihatannya, Lila sedang banyak masalah. Terlihat dari air mata yang membendung di pelupuk matanya.
"Kenapa kalian hobi banget berantem?" Lila tidak menatap mata Kevin. Cewek itu masih fokus mengobati luka pada wajah Kevin.
"Namanya cowok, La. Senengnya main tonjok-tonjokan, hehe." Kevin meringis. Bukan karena lukanya yang tengah ditekan oleh Lila. Namun, ia tidak sanggup menatap mata Lila yang begitu tajam mengarah padanya.
"Gak usah sok jagoan!" Lila memperingati. "Ibu dan Ayah kamu pasti kecewa kalau tahu anaknya bandel."
Kevin tampak murung. Tapi cowok itu berusaha menyembunyikan semua kesedihannya.
Mata Kevin tak henti menatap Lila. Rasanya nyaman sekali berada di dekat cewek ini. Lalu senyumnya muncul perlahan. "Aku yang paling tahu tentang orang tua aku, La. Mereka gak bakal peduli sama semua ini."
Lila menghela napas pelan. "Nggak ada orang tua yang gak peduli sama anaknya! Sekalipun mereka udah berpisah, rasa khawatir itu pasti selalu ada."
"Kamu mau nginep?" Kevin mengalihkan pembicaraan. Lengannya berusaha menurunkan tangan Lila yang masih mengobati Lukanya. "Udah, nanti juga sembuh sendiri."
Lila terdiam cukup lama. Mengabaikan Kevin yang masih berada di sampingnya. Cewek itu samar-samar menggeleng, lalu menatap Kevin dengan mata yang sendu. "Aku ke hotel aja. Gak enak kalau di sini, kamu kan cowok sendiri."
"Nggak, La! Aku gak mungkin ngebiarin kamu di hotel sendirian. Tenang aja, di sini ada Bik Asih dan anaknya. Jadi kamu gak perlu takut." Kevin berusaha meyakinkan. "Yuk, aku antar ke kamar tamu."
Tidak ada protes dari mulut Lila. Cewek itu hanya mengikuti Kevin dari belakang. Hari ini hujan turun memberikan jeda sesaat dan kembali datang mendinginkan suasana kota yang padat.
Lila telah sampai di kamar tamu rumah Kevin. Matanya menelusuri setiap jengkal ruangan yang cukup nyaman ini. Lila tersenyum samar, mengucapkan terima kasih dalam hati karena masih ada orang yang mau membantu dirinya melarikan diri dari kekacauan yang terjadi hari ini.
Sekarang Lila akan membersihkan diri terlebih dahulu, barulah setelah itu ia kembali memikirkan semua hal yang membuat perasaannya remuk.
Sedangkan Kevin, di luar sana cowok itu tengah sibuk menyiapkan makanan untuk Lila. Karena ini kali pertamanya ia membawa tamu perempuan berkunjung ke rumahnya.
Senyum Kevin terus mengembang dengan sempurna. Bahkan Bik Asih yang saat ini ikut membantu membuat sup berserta makanan lainnya sampai terheran-heran melihat majikannya mau terjun langsung menyiapkan makanan.
"Bibi seneng lihat Den Kevin terus senyum kayak gini. Dilihatnya enak, jadi tambah ganteng aja, Den."
"Emang kelihatan banget ya, Bi?" Kevin tersenyum sambil mengaduk sup ayamnya. Ia mencicipinya, "Enak banget Bi. Untung aku masih ingat sama resep sup ini."
Bi Asih mengangguk setuju. "Masakan Nyonya emang selalu en---" Mendadak Bik Asih terdiam, sadar akan ucapannya barusan. Wanita yang sudah berumur setengah abad itu merasa tidak enak karena sudah menyinggung hal yang begitu sensitif bagi Kevin. "Maafin Bibi, Den."
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over (Completed)
Fiksi Remaja"Semua orang selalu punya luka. Hanya saja cara mereka berbeda dalam menyembunyikannya." •••• Azril Laksha Arkan adalah cowok dengan kelakuan minus yang membuat Lila selalu kesal jika berada di dekatnya. Cowok yang selalu melanggar aturan itu punya...