Namaku Gibral, dengan nama panjang Gibral Ajerbaizan Haradja. Ada banyak unsur di tiga kata tersebut, Gibral yang berasal dari kata Gibraltar yaitu nama selat, namun disingkat ayahku, agar aku tak kesusahan mengisi identitas saat ujian nasional. Lalu nama negara Ajerbaizan, dan yang terakhir adalah nama belakang ayahku, Haradja adalah nama yang turun temurun dari keluarga besar ayahku.Aku sangat menyukai keramaian, contohnya tawuran.
Aku juga sangat menyukai perhatian. mungkin, aku adalah orang paling caper sedunia, contohnya aku sering tiba tiba tepuk tangan saat selesai menyanyikan lagu mengheningkan cipta saat upacara. Tepuk tanganku menggema sampai ke pelosok sekolah, lalu aku teriak excited "BRAVO!". Sudah dipastikan, semua mata dari setiap penjuru barisan menatapku, aku biasanya langsung diam sambil melirik mereka semua.
Dan Aku suka menjadi trending topic.Dan aku tidak bisa menjelaskan bagaimana bentuk wajahku, dan kadar ketampananku. Sebab, aku tidak boleh memuji diri sendiri.
Tetapi aku akan ceritakan ciri ciriku dari orang lain.Aku adalah anak kedua dari Edwin Haradja yang disilangkan dengan Maria Renatta. Pak Edwin yang kupanggil dengan panggilan sayang 'Ayah' dan ibu Maria yang kupanggil dengan sebutan 'Bunda'.
Ayah adalah pahlawan bagiku, aku memanggil Superman saat aku masih berumur lima tahun. Karena ayah sering melempar lemparkan aku ke udara dan aku fikir dia manusia kuat yang bisa mengangkat apasaja. Tapi ayah tak bisa mengangkat palu milik Thor.
Ayahku lelaki paling hebat yang ada di bumi ini. Dan meskipun diplanet lain ada kehidupan, tetap saja ayahku yang paling hebat.
Ayahku bekerja di Kalimantan tepatnya di pertambangan batu bara. Dan pulangnya tiga bulan sekali itupun hanya dua minggu.Menceritakan ayah, aku jadi sangat amat merindukannya sekarang. Ayah, Gibral rindu.
Dibalik hebatnya ayahku, ada Bunda yang menjadi setiap alasanku untuk bertahan menghadapi dunia ini. Meskipun bunda tak melakukan hal yang sama. Tapi bunda tetaplah bundaku. Perempuan yang dengan ikhlas mengorbankan hidup dan matinya agar aku bisa melihat dunia.
Dan yang terakhir adalah lelaki yang tak kalah kusayangi dari aku menyanyangi ayah. Dia bernama Gibran Aljazair Haradja. Lelaki yang hanya lebih lima menit umurnya dengan aku. Dia adalah kembaranku.
Gibran sangat menyukai sesuatu yang damai, dan sudah pasti sangat berbeda dengaku. Kebiasaan Gibran adalah bersantai di ban yang mengambang di kolam renang sambil membaca buku yang tebalnya setara dengan tinggi wedges Gigi Hadid, idolaku sepanjang masa.
Gibran penyuka reptil, dia memiliki peliharaan ular sanca atau apalah itu namanya. Aku tak tau. Dia berinama ular itu Popi, nama itu pantasnya untuk anjing pudel memang. Bukannya hewan yang suka melilit ku tiba tiba jika dia sedang ingin bercanda, atau dia keliru mana aku mana Gibran. Karena wajahku sangat amat sama dan tidak ada perbedaan, oh ada! Aku sedikit lebih coklat dibandingkan Gibran yang kulitnya putih. Sebenarnya kulit kami itu sama warnanya. Hanya saja aku sering dihukum lari tengah hari, tahuran futsal, nongkrong dijalan sehingga sering terkena polusi.
Kalau Gibran kan hanya bersantai di pinggir kolam renang, atau jogging pagi pagi di hari Minggu.Selain pencinta reptil, Gibran pecinta wanita. Sama sepertiku.
Gibran dulu pernah stuck di satu perempuan cantik bernama Diandra. Dia adalah kakak kelas kami saat di SMP. Gibran memang seperti itu, jika sudah sayang, susah untuk dilupakan. Walaupun kak Diandra sudah pindah ke Padang.Aku rasa cukup sampai disini menceritakan aku dan keluargaku. Di halaman berikutnya, kalian yang membaca ini akan lebih mengenal kami. Karena masih banyak sekali pengalaman yang harus aku tuangkan, agar nanti aku bisa baca lagi dengan anak dan cucu ku. Jika umurku mempertemukan aku dengan anak anaku di masa depan.
To be continue...
(Ciao!... Aku kangen kalian. Ini entah cerita yang apa dan buat apa. Yang jelas aku cuma ingin menuangkan kata kata yang sudah tak ku keluarkan dari otak. Hahaha.. Alay dikit lah. Selamat menyelami cerita Gibral. )
5/06/17
KAMU SEDANG MEMBACA
Say you won't let go
Lãng mạnCERITA HANYA FIKSI (Cerita ini diikutsertakan pada kompetisi Wattys2017) Jika hidup seperti pendengar radio, yang bisa me-request lagu mana yang akan diputar di siaran itu. Maka, aku akan me-request takdirku ke tuhan, agar selalu manis dan menyenang...