Masih Gibral disini, jika bosan ya sudah jangan dibaca kisahku yang bertubi tubi ini. Aku hanya ingin menuangkan semua kisah dan kenangan Gibran di masa remaja. Karena sekarang sudah tua.
hari itu kalau tidak salah hari rabu, hari disaat Gibran daftar kuliah ke Bandung. Aku dirumah saja dengan bunda. Bunda yang setiap menit menelpon Gibran dan menanyakan sedang apa.
Dan tiba tiba di kakiku seperti ada dingin dinginnya. Ku kira aku kencing karena melihat foto Selena Gomez dan Justin Bieber ciuman di pantai. Oh ternyata bukan! Si Loli melilit kakiku sampai ke betis.
Aku nyaris lompat dari dudukku. Tapi kata Gibran, jangan panik karena kalau panik dia kaget, kalau kaget nanti galak, kalau dia galak aku digigit, kalau aku digigit aku bales gigit lehernya, tapi bukan leher Loli. Lehernya Adline. Hahahaha..... Lagi pula ular kan tidak punya leher.
"Bundaaa!!!," teriakku memanggil bunda. Aku sudah semakin jijik melihatnya melilit betisku.
"Bundaaa!!! Cepet kesini bun! Bundaaaa!!!." aku semakin panik.
"Ada apa den?." Bi Sumi yang juga pembantu baruku datang menghampiriku.
"Nih ular! Singkirin bi! Ah!" gerutuku. Bukannya dibantu melepaskan, Bi Sumi kabur terbirit birit.
"Bibiii!!!" teriakku.Dan akhirnya tak lama kemudian bunda datang, melepaskan si Loli secara perlahan.
Dan aku kembali fokus pada majalah milik Gibran yang menampilkan cewek cewek berbikini.
"Den ada tamu." tiba tiba Bi Sumi datang lagi dengan takut takut.
Aku mengangkat wajahku melihat bi Sumi, dan tiba tiba jauh di pintu depan sana. Keempat makhluk Uranus masuk ke rumahku dengan tertawa tawa tidak jelas.
"Sayangggg...." Zed melambaikan tangannya ke arahku. Aku buru buru menyembunyikan majalah itu. Majalah tidak berpendidikan.
"Wesss apa nih." Kiki langsung menyambar buku yang aku sembunyikan di belakangku itu. Matanya langsung terbelaklak, padahal baru melihat covernya saja.
"Mantap euy! Paha udah kayak tongkat baseball." Kiki menggeleng gelengkan kepalanya. aku tertawa.
"Mau ngapain nih? Pasukan berani kenyang?," tanyaku saat mereka semua sudah duduk di sofa.
"Kita fix bikin band!" seru Jordan semangat. Teman temanku bersorak sorai seolah mereka menang judi. Atau lebih mirip seperti kumpulan kera yang diberi pisang masing masing se tandan.
"Band?!" tanyaku.
"Yombray." Kiki merangkulkan tangannya di bahuku. Gaya dan bahasa sama saja kampungan!
"Siapa yang nyanyi?," tanyaku.
"Yang nyanyi si Entong!, Tong... Sini Tong!," Jordan teriak memanggil yang namanya Entong. Dan kulihat di depan pintu dia berdiri kikuk ketakutan, karena di depan pintu ada Loli yang sedang keliling rumah.
"Woy tong sampah! Buru!" bentak Zed seperti tentara, tentara mainan.
"Itu... itu... itu... Ular bang." Entong yang sebenarnya namanya Luki itu ketakutan di depan pintu.
Luki itu adik kelasku, ia masih kelas 10 waktu itu. Kalau sekarang aku dengar dengar dia tinggal di Aceh, dan sudah tak tau lagi kabarnya seperti apa.
"Iye itu ular norak! Besok gue bawa ke Ragunan deh! Malu maluin banget, ular aja gak tau." gerutu Zed. Dia benar benar menjengkelkan.Jordan yang berani dengan si Loli akhirnya membantu menyingkirkan Loli dari depan pintu. Si Entong langsung membuntutinya dari belakang.
Setelah Entong dan Jordan duduk, kami kembali membicarakan soal band.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say you won't let go
RomansaCERITA HANYA FIKSI (Cerita ini diikutsertakan pada kompetisi Wattys2017) Jika hidup seperti pendengar radio, yang bisa me-request lagu mana yang akan diputar di siaran itu. Maka, aku akan me-request takdirku ke tuhan, agar selalu manis dan menyenang...