Sekitar jam enam pagi, aku baru bangun karena Kiki menindih tubuhku. Aku buru buru mendorongnya sampai terjatuh kebawah dan ia menimpa Ade yang tidur sendiri di bawah. Kami sekamar lima orang, bukan hotel yang megah dan mewah. Hotel sederhana yang nyaman nyaman saja bila kelelahan dimobil.
Dan kulihat Jordan sedang mengusap ngusap rambutnya dengan handuk. Pagi pagi begini, Jordan sudah mandi. Ia keluar hanya memakai boxer hitam dan tidak memakai baju.
Kebiasaan buruk seorang Gibral adalah mendahulukan mengecheck handphone dibandingkan berdoa bangun tidur. Dan setelah aku check handphoneku. Sudah ada 25 miss call, 12 pesan belum dibaca, dan sederet pemberitahuan dari media sosialku. Aku mengernyitkan dahiku bingung. Sejak kapan aku punya fans sampai sebegitu fanatic-nya? Fikirku saat itu.
Dan yang terakhir menelpon adalah pak Suryo penanggung jawab bus tiga. Dan langsung saja kutelpon balik guruku itu.
"Halo pak"
"Kalian kenapa tadi dibangunin susah sekali? Sudah ingin bapak jebol itu pintu hotel. Sekarang kalian sedang apa?!" suaranya menggebu di seberang sana. Membuat aku bingung tak kepalang.
"Bapak kenapa pak? Saya lagi duduk, ngumpulin nyawa!"
"Masyaallah kamu itu memang tak tau diri!!" bentaknya.
"Maksud bapak?" tanyaku seperti orang gila.
"Kalian itu sudah saya tinggal dihotel! Kami semua sudah diperjalanan untuk ke candi Borobudur!" jelasnya. Aku sangat terkejut.
"Apa?! Bapak kok ngubah jadwal gak bilang ke saya?!" aku nyolot.
"Jadwal apa yang dirubah?!" dia tak kalah nyolot.
"Kan kita berangkat ke sana jam delapan! Ini baru jam enam pagi!"
"Jangan gila kamu Gibral! Ini sudah jam sembilan!" bentaknya. Aku terkejut dan susah mengatur nafas. Setelah memang benar kudengar suasana di dalam bus. Aku melirik jam weker digital milikku yang sengaja kubawa. Waktunya menunjukan jam 6:12 dan setelah kuperhatikan. Ternyata jam itu terbalik, aku ingat siapa membalikan jam itu. Orangnya adalah Zed, karena semalam ia tak bisa tidur lalu ia mainkan apasaja yang ada di ruangan itu.
"Pak tunggu kita pak! Masa kita ditinggal?!" aku panik.
"Kami semua sudah masuk jalan toll, kamu naik taksi saja!" (Nut... Nut... Nut...)
Suara telepon terputus itu membeku ditelingaku.
"Aaaaaaaaaaaa........" teriak kami semua, kecuali Zed yang masih terlelap di mimpinya. Ade buru buru mengambil handuk, tapi aku langsung lari ke kamar mandi dan langsung kukunci pintunya. Aku mandi dengan semangat. Tapi naasnya, aku lupa membawa baju ganti ke kamar mandi. Lengkap penderitaan!
***
"Kalo bukan gara gara lo yang balikin tuh jam! Gue gak mungkin___"
"Uekkkk" suara muntah dari mulut Zed keluar dengan lantang. Aku menutup telingaku. Dan jijik mendengar suara itu.
"Anjing! Sepatu gue" bentak Jordan samar samar masih bisa kundengar. Ternyata, muntah Zed mengenai sepatu milik Jordan. Aku terkekeh saat itu.
"Aduh... Maaf deh! Gue gak tahan. Liat muka lo itu" kata Zed sambil mengelap mulutnya menggunakan hoodie sweater milik Kiki. Aku yang duduk di depan tertawa saja.
Taksi itu dipenuhi orang gila. Dan kuyakin sopirnya menyesal dapat penumpang seperti kami.
"Lo kalo bukan temen udah gue matiin!" ancam Ade dari belakang. Jordan melepas sepatunya sekarang, karena itu sangat menjijikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say you won't let go
Lãng mạnCERITA HANYA FIKSI (Cerita ini diikutsertakan pada kompetisi Wattys2017) Jika hidup seperti pendengar radio, yang bisa me-request lagu mana yang akan diputar di siaran itu. Maka, aku akan me-request takdirku ke tuhan, agar selalu manis dan menyenang...