Saat itu entah berapa lama aku tertidur setelah ditabrak mobil. Kata suster aku koma tiga hari, tapi rasanya aku tertidur setahun. Koma itu seperti mimpi yang tidak pernah sadar, terkadang mendengar suara samar samar di luar sana. Tapi terkadang seperti tersesat entah dimana. Itu yang kurasakan ketika aku koma dulu. Saat koma, itu gelap rasanya. Dan aku berfikir, bila aku diberi kesempatan untuk siuman. Aku ingin memperbaiki hidup. Mungkin gelap itu disebabkan karena aku jarang sholat, melawan bunda, nakal dan sebagainya lah.
Saat itu kepalaku sakit bukan main, bahkan itu adalah sakit kepala yang paling sakit menurutku. Saat aku siuman ada bunda disampingku, dia menangis sambil menciumi punggung tanganku yang ditusuk jarum infusan. Hidungku dimasukan selang oksigen, serta kepalaku diperban semua. Aku kira aku sudah jadi mumi, ternyata belum.
"Gibral yang kuat ya nak," dia mengusap pipiku dengan ibu jarinya. Aku sangat lemah saat itu, bahkan bergerak pun sakit.
"Nanti sore kamu operasi nak, ada pendarahan di kepala kamu. Karena benturan aspal." ucap bunda. Aku diam tak dapat berkata apa apa.
Dan tak lama kemudian, mataku melihat seseorang yang didorong di kursi roda, dengan kepala botak, kantung mata yang kemerahan, badan yang kurus serta wajah paling pucat yang pernah ada di wajah Gibran. Saat melihat itu, jujur, air mataku sudah tidak bisa lagi terbendung.
Karena aku sangat menyayangi dia, dialah kakakku yang dari di dalam perut pun sudah bersama sama. Aku selama ini menjauh darinya karena apa? Aku tak mau jika suatu saat ia pergi aku jadi sedih. Tapi semua tidak bisa dipungkiri, aku akan tetap sedih bagaimanapun keadaannya. Keadaan Gibran saat itu sudah benar benar mengharukan. Dia ada di sampingku, dan tangan ringkihnya perlahan mengusap air mata yang mengalir di pipi."Gibral itu gak pernah kalah!" ucapnya lirih, memaksa tersenyum walau ku tahu sakitnya luar biasa.
Dan kulihat bunda sudah tak dapat berkata kata lagi, ia menangis tersedu sedu memeluk Gibran.
"Pangeran bunda itu kuat kuat, pasti kalian sembuh." kata bunda memberi semangat kami berdua. Karena, operasiku saat itu peluang berhasilnya hanya sedikit. Kebanyakan gagal, saat itu aku tak berharap banyak untuk meneruskan hidup. Aku bersyukur diberi kesempatan untuk melihat dunia setelah koma. Jadi aku punya kesempatan untuk meminta maaf ke orang orang yang pernah kusakiti.
"Bunda, Gibral gak usah dioperasi. Biayanya mahal, ratusan juta. Sedangkan harga Gibral di mata bunda aja gak lebih dari harga kaca mobil." ucapku dengan nada lirih. Bunda menagis semakin kencang sambil memelukku.
"Gibral, kamu harus sembuh nak. Cukup ayah yang pergi, dua pangeran bunda jangan." bunda menangis di dadaku. Aku pun meneteskan air mata saat itu.
"Bunda, aku sayang sama bunda. Tapi misalnya operasi itu gagal? Itu percuma bun." kataku mengelus kepalanya.
"Maafin Gibral bunda""Nggak! Yang seharusnya pergi itu gue!. Lo itu cuma kecelakaan dan bisa sembuh, tapi gue? Kesempatan hidup gue udah gak akan lama lagi. Gue minta lo berjuang buat bunda." ucap Gibran menatapku tajam, kulihat sorot matanya sangat lelah. Lelah melawan kanker hati itu.
"Gibran, justru lo yang harusnya semangat. Banyak orang yang akan kecewa kalo lo pergi, dan Adline gimana? Jangan sakitin dia dengan kepergian lo." ucapku dengan suara yang nyaris habis, seakan aku tidak kuat untuk menarik suaraku keluar dari tenggorokan.
"Gue mau semangat untuk sembuh, asalkan lo mau operasi. Terserah mau berhasil atau gagal, tapi kita udah berjuang!. Gue janji gak akan males minum obat, asalkan ada lo. Gue gak tau lagi apa yang akan terjadi kalo lo pergi Gibral." ucapnya sambil menempelkan wajahnya ke pipiku.
"Janji bakalan berjuang?" tanyaku.
"Iya gue janji! Gibran janji." dia mengacungkan jari kelingkingnya yang nyaris hanya tulang, gemetar saat diangkat. Perlahan aku mengangkat tanganku untuk menyatukan jari kelingking kami. Bunda mencium keningku, lalu mencium pipi Gibran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Say you won't let go
RomanceCERITA HANYA FIKSI (Cerita ini diikutsertakan pada kompetisi Wattys2017) Jika hidup seperti pendengar radio, yang bisa me-request lagu mana yang akan diputar di siaran itu. Maka, aku akan me-request takdirku ke tuhan, agar selalu manis dan menyenang...