04//MASKULINABLE

2.7K 289 3
                                    

"Demi apa?! Lo dijodohin?!"

Seruan Nana nyaris membuat si sopir menginjak rem secara dadakan. "Santai, woi! Liat tuh sopirnya hampir jantungan."

"Hehe...sori Pak."

"I-iya, Non nggak apa-apa," jawap Pak Sopir mengangguk sopan melihat penumpangnya lewat spion tengah.

Mereka tengah berada dalam limosin mewah yang melaju dengan kecepatan standar, membelah jembatan beton yang menjulang kokoh melewati tengah lautan di atasnya. Hanya beberapa mobil yang terlihat berselipan dengan kendaraan mencolok tersebut.

"Oke, kita kembali ke topik. Lo bilang lo dijodohin? Sama siapa? Umur berapa? Baik gak? Ganteng gak?!"

"Na, ngomong nggak usah pake muncrat bisa, kan?"

"Ini penting, Bin! Demi masa depan lo yang buram!"

"Etdah jujur amat. Ya pokoknya gitulah, mereka sepakat mempertemukan gue sama dia sebulan lagi setelah Nyai balik ke Indo. Tapi lo tau? Mereka jodohin gue hanya karena perjanjian masa lalu. Konyol, kan? Padahal gue kan nggak punya hubungan darah sama Nyai. Emosi gue!"

"Sabar sabar. Siapa tau dia ganteng, gue pun setuju ama perjodohan kalian."

Mata Nona Muda menyipit tak suka. "Tuh, kan. Gue tau lo puas kalo gue tersiksa."

"Emang. Salah sendiri mau jadi sahabat gue."

"Kepepet." Nona Muda menopang dagu di pinggiran kaca, mengamati kilau emas cahaya matahari sore yang terpantul di ombang-ambing permukaan birunya air laut. Beberapa populasi burung secara berkelompok terbang jauh di atas dengan formasi 'V'.

Nana duduk di jok yang berhadapan dengannya dan terus saja mengoceh dari A ke Z. "Semua sudah diatur sama Dariel. Pokoknya lo tinggal bertahan di SMA itu," Dariel adalah seorang yang sudah menjadi tangan kanan Nana sejak lama. "Identitas lo semua asli dan nggak ada sangkut pautnya sama identitas lo yang sebelumnya. Pokoknya lo di sana bakal aman selama Mamih lo nggak pulang ke sini. Barang-barang lo bakal dibawain Pak Sopir sampai kamar. Lo tinggal jalan dan pantengin kamar nomor tiga belas di lantai satu. Kabarnya itu kamar angker jadi nggak ada yang mau tidur di situ. Lo aman, tenteram, dan damai karena lo bakal tidur sendirian."

"Gue juga sudah dapet cewek yang akan nyamar jadi lo dan tinggal di rumah. Palingan juga cuma Naira yang tau. Btw, nyari cewek mirip lo susah amat dan akhirnya gue cuma dapet abal-abal, soalnya kalau dari belakang cukup mirip. Tapi lo nggak perlu khawatir karena gue udah nyuruh Dariel buat ngawasin Naira. Kan, nggak mungkin seorang 'ELO' diperbolehin keluar kamar kecuali Mamih Blorong yang nyuruh. Satu hal yang lo benci tapi bermanfaat disaat begini. Soal rambut, tenang aja. Bekas rambut lo yang gue potong tadi bakal gue pasangin ke dia di salon habis ini. Pokoknya kita harus beraksi sampai titik darah penghabisan," jelas Nana bersungut-sungut panjang lebar.

"Oliver Diartaga," gumam 'Nona Muda' sambil mengangguk-anggukkan kepala menilai nama barunya. "Nggak buruk-buruk amat lah," lanjutnya kemudian melirik Nana lewat ekor mata, "Gue masih kayak cewek nggak?" tanyanya memastikan setelah berdeham dan mengambil jenis suara yang lebih rendah meniru suara khas seorang lelaki.

Nana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan menyahut dengan hati-hati, "Masih kelihatan imut dikit, sih. Tapi nggak apa-apa. Lo malah kelihatan kayak berondong. Sumpina, deh!"

Oliver memicingkan mata curiga dan dibalas dengan cengiran bodoh khas Nana. Tak lama setelah itu, mobil limosin mewah Oliver berhenti di depan gerbang besar SMA Putra Bangsa. Untuk menghindari tatapan tajam dari sahabat cantiknya itu, Nana langsung membuka pintu mobil dan mendorong Oliver sembari mengucapkan salam perpisahan. "Bye, Ganteng. Sampai ketemu minggu depan, muach." Bantingan pintu mobil yang cukup keras, membuat perhatian gadis-gadis murid SMA Venusa terpusat pada Oliver.

Maskulinable (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang