"Jadi sekarang lo jongos?"
Kampret! Terang-terangan sekali si Nana ini berucap! Oliver jadi menyesal menceritakan kisah hidupnya yang begitu menyengsarakan selama bernafas di kamar 07.
"Tapi tadi Pak Herman ngasih tau lo masa lalu mereka?" tanya Nana lagi, memastikan bahwa telinganya tidak salah dengar.
"Iye. Katanya biar gue lebih sabar ngadepin mereka. Dia bilang gini, 'Contohlah saya ini lho, tetap sabar walaupun mobil saya diuruk pake semen'--sabar kepalanya kotak! Ngomong gitu aja sampe matanya merah nahan marah."
"Tapi kayaknya lo nggak terpengaruh. Hati lo kan sealot daging empal."
Oliver terkekeh. "Pinter juga si bego ini."
Nana mendengus. "Yang penting hidup gue nggak terikat perjodohan," sindirnya langsung membuat Oliver bungkam.
Dua gadis itu tengah menikmati teh hijau sesuai pesanan, di cafe tempat mereka bercengkrama sekarang--dekat SMA Venusa seperti yang telah dijanjikan. Tampaknya keberadaan mereka cukup mencolok sampai khalayak memandangi keduanya aneh. Entah apa yang mereka pikirkan, antara terkagum karena Nana dan Oliver terlihat seperti pasangan serasi atau bersimpati karena Si Cantik mau berdekatan dengan Si Bencong.
Oliver sempat minder saat berjalan bersisian dengan sahabatnya ini. Bukan karena Nana terlihat lebih cantik, tapi karena penampilannya dengan pakaian kedodoran ini membuatnya tampak suram. Lebih seperti 'babu' daripada pacar Nana. Oke, sepertinya ia memang ditakdirkan untuk menjadi 'jongos' dimanapun Oliver berada.
"Gila ya dia... sabar aja. Hidup lo sekarang tu nggak ada pilihan lain selain jadi jongos atau lo nggak akan bisa masuk di Putra Bangsa. Nggak ada pilihan buat tidur sepanjang waktu, dasar kebo! Lagian lo udah tau aib mereka kan? Lo bisa buat itu jadi semacam ancaman kalau mereka jailin lo lagi. Jadi lo gak perlu lagi beliin makanan, bersihin kamar, apalagi sampe nyuciin sempak mereka!"
Rasanya Oliver ingin sekali menyiram teh panasnya tepat pada bibir ranum gadis di hadapannya ini. Tapi ia tahu diri. Posisinya sekarang sebagai lelaki sejati akan membahayakan diri kalau sampai dia melakukan kekerasan terhadap makhluk bernama 'wanita' yang konon katanya harus dilindungi. Muncul pertanyaan apakah 'wanita' disamakan dengan orang utan yang dilindungi karena hampir punah? Padahal jumlah keseluruhan perempuan di dunia ini lebih banyak daripada pria. Dikroyok bebarengan saja pasti pria yang punah.
Omong-omong soal 'wanita' harus dilindungi, kalau yang dimaksud itu Nana, maka dusta besar. Tenaga Nana bahkan mampu menjatuhkan gajah Afrika dengan sekali tonjokan. Oliver pernah pingsan saat mereka bermain perang bantal dan Nana tidak sengaja memukulnya terlalu keras.
"Demi apa nyebelin banget! Bete gue! Padahal lo juga tau hobi gue cuma tidur." Oliver mendengus, menjiwai perasaannya saat ini.
"Lagian, kenapa sih kayaknya mereka siswa bahaya banget? Kalau di Venusa sih gosip yang nyebar biasa aja. Cuman sekedar cowok ganteng betzzz yang suka cari masalah."
"Gue diceritain panjang lebar ama Pak Herman. Alan tu terlalu pendiam, apa-apa ngikut jadi mungkin ketularan gitu. Terus Tristan belangsaknya minta ampun. Sukanya mainin cewek dan ninggalin mereka begitu saja. Kalau Jeremy katanya pernah tawur sampe lawannya modyar. Jadi dia dimasukin Putra Bangsa sama ortunya buat memperbaiki diri. Kenan jelas tu jailnya ngalain Swiper. Otak cerdas cuman untuk bikin perangkap. Kenzo, jangan sekali-kali lo ketemu dia atau telinga lo bakal tersayat! Sumpah lidahnya pengen gue gergaji! Yang terakhir, Reon mah udah berengsek dari lahir semua juga tau."
"Jadi tu kamar tujuh sebelum lo ada bener-bener kayak basecamp teroris ya? Kalau si Ali Ali itu?"
"Harusnya dulu Ali sengaja dimasukkan sekamar ama mereka biar mereka terus tobat. Jadi, Ali itu juga salah satu rencana Pak Herman buat ngejatuhin mereka, sama kayak gue. Tapi dia gagal, mungkin begitu." Oliver mengedikkan bahu, tidak sepenuhnya yakin dengan ucapannya sembari mengusap bibir cangkir. "Jadi, lo belum dapat informasi apapun?" tanyanya mengalihkan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maskulinable (TAMAT)
RomanceVERSI LENGKAP DI KARYAKARSA You are the most beautiful boy I have ever seen -- He(s) Demi mencari kakaknya, Sabina harus menyamar menjadi laki-laki dan hidup di kandang singa. Tentu bukan hal mudah baginya, menutupi sisi feminim yang sebelumnya berg...