12//MASKULINABLE

2K 248 12
                                    

"Anjerrr! Diapain nih muka gue jadi kayak siluman?" jerit Oliver histeris saat mematap wajahnya melalui pantulan cermin yang disodorkan Jeremy. Wajahnya dipenuhi dengan coretan spidol berbentuk kumis, alis mencuat, dan tompel sana sini. Jeremy tertawa renyah dibuatnya.

"Sorry, Liv. Gue udah berangkat paling akhir tapi tahu-tahu gue balik sini lagi lo udah kayak gini," jelasnya. Seharusnya ia tidak meninggalkan seorang gadis yang baru tertidur di antara kerumunan singa jantan.

Oliver mengangguk sok mengerti, padahal dalam hati memaki. Kampret, mukanya itu...ngledek ya? Nyaris gue jejelin beha! "Gak pa-pa, Jer bukan salah lo juga. Daripada itu, siapa sih yang nyoret-nyoret muka gue?"

"Gue nggak jamin, sih. Tapi Kenan yang paling jahil di antara kami. Dia juga pernah begitu ke Reon, hasilnya dapet tonjokan."

Oliver meringis ngilu. "Ounch."

"Lo diapa-apain kok nggak bangun, sih?"

Pertanyaan yang ambigu.

Sontak, Oliver berjalan ke belakang dengan kedua tangan memeluk dadanya sendiri. "Sial! Lo ngapain gue?!"

"Ng-nggak! Salah paham, maksud gue mau dijeritin juga lo nggak bangun. Emang begitu, ya? Kecapekan? Lo sakit?"

Oliv menghela nafas. Ia terlalu cepat mengambil kesimpulan buruk pada cowok sebaik Jery. Dia bukan tipikal cowok pada umumnya, bila Oliver berpendapat. Setidaknya belum, mungkin. "Makasih, Jer. Maaf gue nuduh yang enggak-enggak." Mata Oliv kemudian beralih ke arah lelaki yang sudah berpenampilan rapi tersebut. "Tapi stop urusin gue. Ini udah jam sembilan. Lo pasti udah telat gara-gara gue."

"Santai aja. Kelas gue lagi kosong."

"Jadi ceritanya cuma gue nih yang telat?"

"By the way, lo belum jelasin ke gue kenapa lo harus ada di sini."

"Kalau itu nanti aja, deh. Gue udah telat, nih." Bukan sepenuhnya Oliv ingin segera bersiap-siap, tapi karena dia belum percaya sepenuhnya pada orang yang baru dia kenal dua hari lalu.

Kalaupun orang itu adalah Jeremy.

***

Pak Samsul melontarkan berbagai pertanyaan dan nasihat kepada Oliver saat Nona Muda itu masuk kelas dalam keadaan kumal dan setengah sadar. Telat lagi! Kulit di bawah matanya tampak berkantung dengan wig lepek dan muka pucat. Seragam barunya pun sepertinya belum sempat dicuci dan amburagul saat dikenakannya. Jangankan rapi, wangi saja tidak!

Gue berasa bagkit dari kubur.

Ini semua karena syaiton edan kamar 07! Bila Pak Herman tidak memaksanya tinggal di kamar itu, pasti dirinya sekarang sudah menjadi murid populer yang dibanggakan guru-guru dan dipuja siswa lain. Mengenakan mantel sutera dengan taburan berlian dan bersantai beralaskan kereta emas yang ditarik oleh Reon, Kenzo, Tristan, serta Kenan sebagai unta berkepala manusia yang benar-benar sengsara. Oliver tertawa membahana, mencambuk mereka, dan menikmati sembahan para lelaki SMA Putra Bangsa yang bersujud padanya.

Oke, impiannya terlalu berlebihan.

Sayangnya itu hanya akan menjadi sebuah bualan semata, karena faktanya saat ini dirinya hanyalah seorang babu. Bukan seorang, tapi seekor--di mata syaiton edan kamar 07. Seekor babu. BABU! CAMKAN ITU!

Dimarahi di depan kelas dan dilihat teman-teman sekelasnya tentu makin menciutkan nyali Oliver untuk membela diri. Memang kalau dipikir-pikir ia salah--tapi Si Gempal Herman dan Para syaiton edan kamar 07 lebih salah! Bisakah ia dipindahkan ke kamar mandi saja? Sepertinya itu lebih baik daripada mati kepanasan karena ulah mereka. Huh, tipikal laki-laki di dunia ini sama saja!

Maskulinable (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang