Haha...bodo amat. Rahasia apaan? Emangnya gue punya rahasia? Oliv kembali menaruh minat pada barang-barangnya dan tak sedikit pun ingat akan perkataan Jeremy, hingga lima menit kemudian, matanya membulat seutuhnya.
WHAT THE MAN!! DIA TAU GUE CEWEK?!
Oliver membuka mulut panik. Kedua tangannya meremas rambut erat-erat, hingga suara decitan pintu terbuka, membuat matanya melebar melihat sosok tinggi memasuki kamar. "Oh, kamu sudah di sini ternyata," katanya dengan sikap ramah, "Perkenalkan, saya Ali." Laki-laki yang memperkenalkan diri sebagai Ali itu menyodorkan tangan hendak bersalaman.
Oliver sempat ragu-ragu membalas uluran tangan tersebut. Ia hanya mengusap leher sambil sesekali bergerak maju hendak membalas salam perkenalan dari Ali, namun setelah hampir menyentuh tangan lelaki itu, segera ditariknya tangan kembali mengusap leher. Begitu seterusnya hingga Ali memilih untuk menurunkan tangannya dengan ekspresi sedikit kecewa. "Eh? Gue, Sya-..M-maksudnya O-oliv! Ya Oliver! Emm...Hai?" sapa Oliv tergagap sembari memaksakan seulas senyum canggung.
Kedua sudut bibir Ali terangkat melihat kegugupan teman sekamar barunya. "Tidak perlu takut-,"
Jangan-jangan dia juga tahu gue cewek?! Pikiran pesimisnya tiba-tiba saja memberontak keluar tanpa menunggu lanjutan dari kalimat yang Ali lontarkan.
"...karena saya nakal seperti mereka. Maaf, teman-teman saya memang sifatnya begitu," lanjut Ali diam-diam membuat Oliver menghela nafas lega.
Fiuhhh...dia nggak tau,
Selang beberapa detik kemudian, Oliver berdeham dan menyampaikan sebuah pertanyaan yang sedari tadi mengganggu pikirannya. "Emm, apa mereka bakal begitu terus sama gue?"
Butuh waktu beberapa saat sebelum Ali akhirnya mengedikkan bahu dan menjawab, "Saya tidak yakin. Tapi tidak menutup kemungkinan mereka begitu seterusnya seandainya kamu menarik di mata mereka."
"MENARIK?!"
Ali sempat terkejut mengira Oliv membentaknya. Namun, setelah sadar bila Oliver mungkin hanya salah paham, Ali pun untuk pertama kali mengeluarkan tawa khasnya yang membuat pipi Oliv memerah. "Teman yang menarik maksud saya." Ali membenarkan di sela tawa hangatnya sembari menggeleng kepala melihat Oliv mengeluarkan ringisan bodohnya.
"Oh." Entah mengapa banyak sekali kata-kata ambigu yang Oliver dengar hari ini.
"Sudah, ya? Saya mau main bola sama yang lain. Kalau ada apa-apa, saya di lapangan tengah," pamit Ali berlari-lari kecil keluar kamar.
"I-iya."
***
Glek...glek...glek...
Lembu-lembu betina SMA Venusa ikut menelan saliva tatkala melihat gerombolan kaum Adam tengah meneguk air mineral lalu mengguyurkan sisanya ke rambut mereka agar terasa dingin. Kecuali Jeremy yang lebih memilih untuk memberikan minumannya kepada Reon. Dilemparkannya botol tersebut ke arah Reon yang baru saja berlari ke tepi lapangan untuk beristirahat.
Jeremy diam, memikirkan strategi cerdik yang sekiranya bisa untuk melindungi Oliv walaupun hanya sementara. Kedua alisnya terlihat mengerut sambil sesekali melirik teman-temannya satu per satu secara diam-diam. Padahal biasanya dialah yang paling tebar pesona--nomor dua setelah Tristan--kepada gadis-gadis SMA Venusa yang masih setia berebut posisi paling depan untuk menyaksikan kegiatan mereka. Menyadari hal tersebut, Reon meliriknya sekilas namun memilih untuk tidak peduli.
Disaat semua berkumpul seperti inilah waktu yang tepat untuk Jeremy berbicara kepada teman-temannya tentang Oliver Diartaga. "Kalian jangan deket-deket Oliver apalagi ganggu dia," peringat Jeremy untuk teman-teman sekamarnya, terutama Reon yang lebih ia waspadai daripada yang lain. Suasana tiba-tiba senyap. Semua mata menoleh ke arahnya dengan pandangan bertanya.
Kenan menengadah, meneguk air mineral dalam botol plastik sebelum menurunkan dagu ke posisi normal untuk menoleh ke arah Jeremy. "Ngapain lo belain dia?"
"Palingan seleranya Jery bukan cewek lagi." Kenzo dengan santainya menjawab pertanyaan Kenan, berharap Jeremy menangkap maksud sindirannya.
"Pokoknya jangan gangguin Oliver. Ini pasti strateginya Pak Herman so we can learn good things from him. Tunggu sampai Pak Herman percaya kita udah berubah, dia pasti mindahin kamar baru buat Liver." Tidak ada yang menanggapi ucapannya entah karena malas atau tidak setuju. Jeremy pun kembali berasumsi dengan harapan teman-teman beringasnya itu tidak akan mengganggu Si Cowok Palsu. "Kalian nggak ingat Ali dulu juga strateginya Pak Herman supaya kita berubah, yaitu dengan cara gabungin dia ke kamar kita?"
Dengan muka polos Kenan menjawab, "Gue ingetnya waktu Ali baca surah Yasin buat kita tiap mau bobo biar kita berubah setelah bangun paginya." Jeremy menatap Kenan tanpa ekspresi sebagai tanggapan sedangkan Kenan membalas sama datarnya dengan Jeremy, namun ditambah dengan hidungnya yang kembang-kempis.
"Gue tanya beneran, dasar kuda njengking," makinya pada Kenan, karena temannya itu memiliki rambut paling panjang diantara yang lain seperti kuda. Namun kata 'njengking' hanyalah tambahan karena nyatanya kata tersebut sampai kapanpun tidak akan ditemukan dalam kamus KBBI.
"Gue juga jawab beneran, dasar kulit mlinjo," balas Kenan atas dasar Jeremy yang jijik dengan biji pohon tersebut.
Tersadar bahwa permasalahan tidak akan berujung, Tristan menengahi adu mulut mereka. "Stop woi, para pejantan bekicot!" Matanya beralih ke arah Jemery. "Kuda njengking lo ladenin juga nggak bakal selesai," nasihatnya yang lebih terdengar seperti sindiran keras untuk Kenan. Kemudian mata elangnya beralih kepada Kenan yang tersenyum senang, mengira Tristan hanya menegur Jeremy. "Lo juga ngapain mesam-mesem gitu? Mau jadi om-om girang?," ledek Tristan membuat mereka serempak tertawa kecuali Kenan. Begitu tawa mereka reda, Tristan kembali ke topik awal, "Lanjut ke omongan lo, emang masalahnya apa soal Ali?"
Jeremy pun mulai berargumen. "Masalahnya adalah waktu itu Ali akhirnya ikut berubah jadi kayak kita. Dan gue nggak mau kejadian dulu terulang lagi apalagi kali ini orang macam Oliver yang jadi rencananya Herman plus plus."
Kenzo menyeringai sebelum masuk dalam percakapan mereka. "Impossible. Ali dibanding Liver itu beda jauh, man. Dilihat dari hahahehe-nya Liver yang super minion itu aja udah kelihatan tu Cebol cuma remukan peyek. Beda sama Ali yang walaupun sudah kayak mas ustazd, dia tetep bisa berbaur jadi seperti kita. Jadi nggak mungkin Cebol kuat sekamar sama kita."
Sambil menahan tawa, Kenan bertanya, "Hahahehe-nya super minion? Wow, what the porno. Emang lo pernah lihat?"
"HEI! I SAID DON'T DISTURB HIM!" bentak Jeremy tanpa sadar hingga membuat semua mata lagi-lagi menatapnya heran. Hening selama beberapa saat sebelum akhirnya Jeremy berdeham dan pura-pura terbatuk.
"Tumbenan galak amat. Lagi PMS lo?" Disaat seperti ini Kenan masih sempat bercanda hingga suasana senyap pun mulai mencair kembali.
Ali yang sedari tadi hanya menggelengkan kepala akhirnya angkat bicara, "Sudah-sudah. Benar kata Jery, kita tidak boleh mengganggu Oliver tanpa alasan yang jelas."
Satu dehaman yang sengaja Reon suarakan keras membuat perhatian mereka beralih ke arahnya. Sambil berdiri, Reon berucap, "Kurang kerjaan aja ngomongin Minion. Kalau mau kasih pelajaran lakuin aja langsung, nggak perlu sampai debat apalagi ngomonginnya di depan Ali." Setelah mengatakan itu Reon melepas kaus yang ia kenakan karena telah basah terguyur air mineral, hingga beberapa gadis memekik terpesona. Kemudian ia berlari ke tengah lapangan untuk bermain bola sendiri.
"Yeh, that's true, Man." Kenan mengangguk setuju sembari menepuk-nepuk punggung Ali yang duduk di sebelahnya.
"Apa salah saya?" tanya Ali kebingungan, seperti korban yang dijadikan tersangka. Kemudian ia berdiri, berjalan mengikuti Jeremy, Tristan, dan Kenzo untuk melanjutkan permainan sepak bola mereka bersama beberapa siswa SMA Putra Bangsa lain. Tinggallah Kenan dan Alan yang masih terduduk di tepi lapangan.
"Lo nggak mau bilang sesuatu, Lan?" tanya Kenan.
Alan menggeleng tanpa suara.
"Nanti kalau Oliver udah bobo kita nonton hahahehe-nya sambil nyemil popcorn, yuk?" ajak Kenan.
Untuk yang kedua kalinya Alan menggeleng, "Gue polos."
*****
Hey hey hey, Maskulinable versi pdf sudah tamat bisa di download di Karyakarsa ya. Terima kasih😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Maskulinable (TAMAT)
RomansaVERSI LENGKAP DI KARYAKARSA You are the most beautiful boy I have ever seen -- He(s) Demi mencari kakaknya, Sabina harus menyamar menjadi laki-laki dan hidup di kandang singa. Tentu bukan hal mudah baginya, menutupi sisi feminim yang sebelumnya berg...