Kenan menekan-nekan sendi tulang jarinya itu hingga berbunyi 'kretekk', sambil menyeringai dan berkata, "Ayo kerjain dia." Kali ini auranya seakan menggelap. "Telanjangi di kamar mandi lalu buang pakaiannya biar tau rasa," lanjutnya yang membara karena seorang Siswa Cebol telah meremehkan dia dan teman-temannya.
"Cebol aja belagu," Kenzo menyetujui.
"Gue ikutan aja." Jeremy mengedikkan bahu.
"Tidak! Jangan berbuat aneh-aneh. Menjahati orang lain itu tidak baik," tegur Ali bijaksana.
"Baahhhh, Mazzz Alayy berzabdaahhh...," ucap Kenan, Kenzo, Jeremy, dan Tristan secara bersamaan.
"...," Alan tidak berucap apa-apa.
Reon menggerakkan rahangnya agar melemas. Kilat ingatan lain saat Reon meliriknya sekilas tiba-tiba terlintas begitu saja. Yaitu saat manik hazel-nya tak sengaja menangkap kartu identitas siswa yang dibawa cowok cebol itu di tangannya yang bebas. "Oliver Diartaga," gumamnya mengucapkan nama yang tertera pada kartu identitas tersebut. Lantas, dia menyunggingkan senyum miring dan berkata, "Kenan bener. He needs a lesson. Let's naked his bullshit body."
Mereka bertujuh pun bergegas, berjalan cepat dan mendapati sosok pendek yang sudah jauh meluncur seperti penari es lalu berbelok masuk ke toilet. "Wuih, ternyata dia udah siap duluan di kamar mandi," ucap Kenan semakin gemas ingin menghabisi Si Siswa tidak tahu hormat itu.
Ali menggelengkan kepala. "Teman-teman, jangan menjahati dia. Dosa," larang Ali yang paling dewasa diantara mereka.
"Al, ini bukan jahatin, tapi memberi pelajaran." Tristan membenarkan dan disetujui yang lain. Ali hanya menghela nafas pasrah kemudian diam, mengikuti teman-temannya.
"Let's fun," ujar Reon membuka pintu toilet cukup keras.
Dari pantulan cermin, mata kelabu Oliver membuka selebar-lebarnya. Reon Aldebara Candra diikuti enam lainnya langsung masuk begitu saja dan Tristan yang masuk paling akhir mengunci pintu toilet rapat-rapat. Reon melangkah tegas mendekati Oliver dan segera membalikkan badan 'laki-laki' itu dengan kasar.
"K-k-k-kek-kenapa?!" cicitnya tergagap ketakutan. Reon mempersempit jaraknya dengan Oliver, membuat laki-laki itu semakin merendahkan bahunya gelagapan. Oliv ingin berjalan mundur, tapi tidak bisa karena pinggangnya telah menyentuh pinggiran wastafel.
Enam cowok lain hanya memperhatikan adegan pem-bully-an itu dengan ekspresi berbeda-beda. Alan hanya memasang wajah datar, berbeda dengan Ali yang terlihat gelisah dan Kenan yang tersenyum puas. Sedangkan Jeremy memicingkan mata dengan kening mengerut memperhatikan dan menilai penampilan Oliver. Kenzo memperlihatkan wajah garangnya. Tristan berdiri bersandar pada pintu, mencegah orang-orang yang ingin masuk. Namun, hanya Reon yang menjadi pusat ketakutannya kerena hanya laki-laki itu yang ternekat mendekat.
Reon membungkuk, mengurung targetnya hingga pinggul Oliver tersudut pinggiran wastafel. Gadis itu pun sebisa mungkin mundur sampai punggungnya menempel kaca, berusaha menjauhi Reon yang kali ini hanya berjarak sepuluh sentimeter dari wajahnya. Dia yakin saat ini ekspresinya jelek sekali gara-gara ketakutan.
Dengan mata elangnya Reon Aldebara kemudian menyeringai, "Welcome, Mr. Diartaga."
Satu tetes keringat jatuh dari ujung poni Reon ke leher jenjang Oliv, membuat lelaki pendek itu tiba-tiba memekik. What what WHAT?! GUE KENA KERINGAT?! MAMPUS AJA LO!
Pematik dalam diri keberanian laki-laki telah dinyalakan.
Oliver mode, on.
Jelas sekali perubahan ekspresi Oliv menjadi garang, membuat Reon menaikkan sebelah alisnya heran, namun tak berniat mengubah posisinya. Tanpa terduga, Oliver menguatkan otot kaki. Dia mengayun kakinya kuat-kuat hingga ujung pahanya menyundul selangkangan Reon dengan kekuatan penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maskulinable (TAMAT)
Roman d'amourVERSI LENGKAP DI KARYAKARSA You are the most beautiful boy I have ever seen -- He(s) Demi mencari kakaknya, Sabina harus menyamar menjadi laki-laki dan hidup di kandang singa. Tentu bukan hal mudah baginya, menutupi sisi feminim yang sebelumnya berg...