03//MASKULINABLE

2.8K 305 5
                                    

Reon Aldebara Candra memarkirkan motor sport-nya di parkiran khusus guru, seperti biasa. Setelah melepas helm, sebelah alisnya terangkat tatkala mendapati mobil Pak Herman, Kepala Sekolah SMA Putra Bangsa, telah terparkir di samping motornya. Kaca mobil bagian kemudi terbuka, membuat seulas senyum miring Reon tersungging.

Cowok itu berjalan mendekati semen bangunan yang tergeletak menjamur di sudut tembok parkiran. Dia memanggul semen yang masih utuh terbungkus berlapis kertas itu di bahu dan menjatuhkannya di samping kaca mobil. Disobeknya bungkus semen dengan tangan kosong lalu menumpahkan seluruh isinya tepat di kursi kemudi melewati kaca jendela yang terbuka, menimbulkan badai gurun semen yang menyembul di dalam mobil.

Cepat lambat, Pak Herman pasti akan segera mencari pelakunya lewat rekaman CCTV. Sayang, pria itu kalah telak. Tiga hari yang lalu saat tidak ada seorang pun di SMA Putra Bangsa--karena masih dalam masa liburan--Reon bersama beberapa anak buahnya anggota Bastard, datang ke SMA saat tengah malam untuk melakukan misi 'terlarang'. Dengan segala cara, mereka merusak kamera CCTV dibeberapa tempat yang sekiranya dapat memantau kegiatan biasa Reon ketika melanggar aturan.

Mang Adang yang sedang menyapu halaman hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Reon. Apabila dia berani menegur siswa berandal tersebut, bisa dipastikan, usianya tidak akan lama lagi. Seorang Reon Aldebara adalah satu-satunya manusia ternekat yang pernah ia kenal. Tampangnya memang oke, tapi keliarannya melebihi batas normal.

Reon kembali menenteng ranselnya di bahu kanan dan melewati Mang Adang yang membeku di tempat sambil menahan nafas. Cowok itu mengedikkan alisnya sekali--bermaksud menyapa--tetapi tanpa ekspresi. Mang Adang tersentak dan cepat-cepat menunduk. Pria paruh baya itu mengelus dada setelah Reon berjalan jauh.

Setelah selangkah kakinya menapak lapangan basket, bola orange gelap bergaris hitam langsung melesat ke arahnya. Tangan Reon sigap menangkap bola tersebut. Dia menoleh dan mendapati enam cowok tinggi berdiri di tengah lapangan dengan gaya mereka masing-masing.

Kenzo, laki-laki keturunan China dengan rambut hitam lurus dan mata sipit. Dia adalah manusia dengan lidah setajam silet.

Alan, berambut ikal. Lebih banyak diam namun menghanyutkan.

Kenan, laki-laki berambut sebahu yang jahilnya kelewat batas normal.

Ali, Si Blasteran Indo-Arab. Cowok paling dewasa dan paling kalem di antara mereka.

Jeremy bermuka baby face. Dia ramah dengan siapa saja.

Terakhir, Tristan. Cowok paling belangsak yang suka mempermainkan hati wanita dengan sejurus pesonanya.

Ketujuh cowok itulah, 'Pangerannya SMA Putra Bangsa'. Tujuh siswa paling diidamkan gadis-gadis SMA lain. Jangankan gadis SMA, bocah SMP, ibu rumah tangga, hingga banci jalanan pun menyukai mereka.

Bahkan tidak jarang gadis-gadis genit dari SMA Venusa--SMA keputrian yang letaknya bersebelahan dengan gedung SMA Putra Bangsa--mengintip dari jeruji besi. Seperti yang mereka lakukan sekarang, berdiri di luar pagar dengan tangan menggenggam besi, berusaha mendapat tempat terdepan agar tidak tergeser oleh barisan di belakang yang saling berdesakan. Seperti pasukan penjahat yang meminta makan pada petugas di penjara.

"Eh, Reon udah datang!" seru lirih dari seorang gadis di barisan terdepan.

"Ganteng banget!"

"Pengen gue bawa pulang."

"Reon, please liat aku, liat aku!" Semua seruan itu diucapkan lewat bisikan.

Reon memutar bola mata. Selirih apapun mereka berbisik, dia bisa mendengarnya. Karena pada dasarnya, bisikan kaum hawa tetap seberisik pasar raya.

Maskulinable (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang