"Apaan nih? Punya lo, ya?"
Kenan membukanya.
"JANGAAAAAAA...aaann."
"I-ini, kan?"
Kenan menenteng benda itu tinggi. Sebuah benda yang konon katanya disebut beha, berwarna navy dengan ukuran 34B--cukup membuat mereka semua menjatuhkan rahang.
Apa harus gue ingetin biar mereka nafas? batin Oliv saat menyaksikan keterkejutan mereka nyaris tak bernafas.
"Pantes ada yang aneh. Jadi selama ini lo sembunyiin sesuatu dari kami?" kata Kenzo akhirnya.
Ralat, memang lebih baik mereka nggak bernafas.
Masih membawa beha tersebut, Kenan mendekati Oliver yang tanpa daya menjatuhkan lututnya. "Ngaku! Siapa lo sebenarnya atau gue laporin Pak Herman biar lo dikeluarin dari sini, Dasar Penipu!" maki Kenan tanpa ampunan sembari mengayun-ayunkan jari telunjuknya yang membawa beha kepada Oliver Diartaga.
Habis gue habis gue habis gue HABIS GUEE!!
Pria mungil itu menautkan kedua tangan sembari menunduk meminta pengampunan, berharap mereka akan memaafkan dan tetap membiarkannya tinggal di kamar itu sampai dirinya menemukan sang kakak yang hilang. "Ma-maaf gue nggak bermaksud jahat apapun sama kalian! Gu-gue cuma....cuma, arghh!" Sungguh, memohon bukanlah gayanya. Semua ini seharusnya diselesaikan sekarang juga dengan cara yang natural!
Oliver pun bangkit kemudian menegaskan, "Ada sesuatu yang gue cari di sini!"
"Halah, bacot lo! Alasan aja kerjaannya!" sentak Kenzo lagi-lagi.
"Kasih gue kesempatan di sini sebentar lagi! Gue janji nggak ada yang bakal tau, gue janji sumpah!" Kalau memohon bukan gayanya, maka Oliv akan menjanjikan sesuatu. Menurutnya, cara itu lebih berkelas daripada bersujud-sujud sambil mencium kaki mereka yang bahkan tidak lebih harum dari kotoran sapi. Begitu menurutnya.
"Ada apa ini?"
Demi terasi goreng, akhirnya...! Suara berat yang sedari tadi Oliv harapkan kedatangannya itu akhirnya muncul. Sosok tulang berbalut kulit dan daging yang setidaknya berada di pihaknya. Oliver langsung menghambur di samping laki-laki tersebut. "Jery! Tolongin gue. Mereka udah tahu rahasia gue."
"Apa?!"
Was-was dengan kelicikan teman-temannya yang melebihi kancil, Jaremy maju selangkah, melindungi Oliver di belakang punggungnya.
Dengan jantan Tristan bersuara, "Jeremy, jauh-jauh lo dari penipu itu. Lo nggak tau kan kalau dia itu sebenarnya biseksual?"
Ekspresi panik Oliver berubah tolol. Bis bisek apa?
Sedangkan Jeremy memiringkan kepala. "Bisek? Cewek cowok disukain gitu?"
"Iya."
Oliver melongo. Apa semua cowok di dunia ini emang bego?
"Beritanya juga si junior lipstikan itu deket banget sama dia. Dan kami juga nemuin ini di tasnya Bencong. Kurang bukti apalagi kita?" Kenan menjinjing beha Oliver setinggi kepalanya, memperlihatkan benda itu pada Jeremy.
Benar saja, ujung telinga Jeremy langsung memerah menjalar hingga pipi dan hidungnya. "B-beha?!" serunya terkejut namun segera ia kendalikan. "Em m-maksud gue, Junior lipstikan? Rian ya?"
"Iya."
Omong kosong apalagi sih ngatain gue biseksual? Mestinya situ dong yang hati-hati! Lama di asrama sama cowok terus nggak takut keblabasan pedang-pedangan ya, Mas-Mas? Kali ini Oliver berjalan di tengah-tengah mereka, hendak membela diri. "Enak aja ngatain gue suka cowo ma cewe! Gue lurus tau! Gue punya pacar malah. Kalau Rian mah cuma temen sebangku gue, kita nggak ada hubungan apa-apa selain itu. Amit-amit elah suka ma cowok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Maskulinable (TAMAT)
RomanceVERSI LENGKAP DI KARYAKARSA You are the most beautiful boy I have ever seen -- He(s) Demi mencari kakaknya, Sabina harus menyamar menjadi laki-laki dan hidup di kandang singa. Tentu bukan hal mudah baginya, menutupi sisi feminim yang sebelumnya berg...