07. Lagu untuk Tania

133 12 0
                                    

Apakah kita akan seperti ini terus? Aku mau waktu ini berhenti agar aku bisa bersama mu lebih lama
-Tania Andara Alison-

🐤🐤🐤

Tania dan Ardit kini tengah berada di ruang keluarga nya Ardit.

Di tangan mereka masing-masing memegang mug yang berisi cokelat panas.

Cokelat panas sangat pas dinikmati ketika hujan seperti ini.

Sedari tadi mata mereka hanya menatap televisi menonton acara kartun sore.

Ardit yang mengetahui bahwa Tania tidak akan mulai percakapan dia pun langsung memulai nya.

"Ehem tan" ucap Ardit tanpa menoleh ke Tania.

Tania menoleh ke arah Ardit. "Hmm"

Ardit juga menoleh kearah Tania bahkan mata mereka bertemu saling menganalisa satu sama lain.

"Biar lah waktu berhenti aku ingin lebih lama bersama mu seperti ini" batin Tania.

Tania tersadar dan langsung menunduk kembali menatap gelas yang ia genggam berisi coklat panas.

Tangan Ardit menyentuh lalu mengangkat dagu Tania membuat Tania kembali menatap Ardit.

Mata mereka kembali bertemu kali ini tidak ada penolakan dari Tania.

"Lo kenapa sih hah? Emang nya gue kuman? Sampe lo ngejauh dari gue?"

"Bu..bukan nya gitu dit.." omongan Tania terputus karena Ardit.

"Yaterus kenapa? buat natap gue aja lo gamau bahkan lo langsung kabur pas gue natap lo balik"

Tania hanya diam dan masih menatap Ardit sebenarnya dia sangat berdebar sekarang bagaimana tidak jaraknya dekat sekali dengan Ardit bahkan dia bisa merasakan hembusan nafas Ardit.

"Gue mau ngobrol dan deket sama lo tan.."

Tania benar-benar tidak tau harus gimana sekarang mendengar penuturan dari Ardit.

Ardit melanjutkan omongannya. "Itu pun juga disuruh nyokap gue"

"Jadi dia mau deket sama gue cuma karena disuruh tante Evelyn" batin Tania.

Dada Tania kini terasa sesak bahkan dia menahan air matanya sekarang. Itu karena Ardit tidak setulus dirinya sendiri mau mendekatin Tania tapi karena disuruh oleh Evelyn.

Air mata Tania lolos begitu saja membuat Ardit bingung dibuatnya.

"Lo kenapa nangis tan? Gue gak salah ngomong kan?"

Tania melepas tangan Ardit yang tadi memegang dagunya dan meletakan mug di meja lalu menghapus air mata nya dan terus menunduk.

Ardit pun sedikit menunduk untuk menatap Tania dan mengelus bahu Tania.

"Tania kok lo nangis salah gue apa? Lo ngomong kek tan kalo lo diem kek gini gue manah tau salah gue apa?"

Tiba-tiba suara petir menggelegar membuat Tania bergetar takut. Ardit lalu menarik Tania kepelukannya.

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang