Ketika semua sudah turun dari mobil, tinggal Kasih dan Pandu di dalam mobil. Pandu yang sedang mengecek barang bawaan nya, dan Kasih?
"Kasih?" panggil Pandu yang tersadar Kasih belum juga turun dari mobilnya untuk makan malam terlebih dulu sebelum pulang. "Lo kok gak turun?" lanjut Pandu. "Ini loh, Ndu. Seatbell nya gak bisa di lepas." Ucapnya sedikit panic dan tangannya terus mencoba melepaskan seatbell dari tubuhnya.
"Sini biar gue bantu ya. Emang agak susah." Ucap Pandu dan langsung membantu Kasih di sampingnya. Sesaat mereka bertatapan dan tersadar dari lamunannya.
Ya Allah, manis banget nih orang gak ada pait pait nya. Batin Pandu terkekeh geli.
Pandu? Kenapa dia liatin gue kayak gitu? Batin Kasih salah tingkah.
"Eh sorry, Kasih." Ucap Pandu tersenyum kemudian turun dari mobil bersamaan dengan Kasih dan mengunci mobilnya.
Pandu baru saja memutar bayangan Kasih di kepalanya. Sungguh damai hatinya saat mengingatnya. Andai waktu bisa di putar. Gumam Pandu. "Kenapa gue gak ajak Kasih jalan aja ya?" Usul Pandu pada dirinya sendiri yang kemudian mengangguk dan tersenyum.
Keesokan harinya, Pandu sudah bersiap menjemput Kasih karena sebelumnya Kasih menerima ajakannya untuk pergi bersamanya minggu ini. Hanya berdua. Tidak ada canggung sama sekali diantara mereka, mereka terlihat bahagia sesekali tertawa karena ada hal yang menurut mereka lucu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 , Pandu mengajak Kasih di sebuah tempat makan terdekat di Puncak, Bogor. Pemandangan puncak yang menghiasi makan siang ini, cuaca yang cukup sejuk untuk menikmati pemandangan apik seperti saat ini.
"Untung di jalan tadi gak macet ya." Ucap Pandu. Kasih mengangguk kemudian mengambil hp nya dan men-snapgram, saat posisi tangan Kasih sedang mengambil gambar dengan tangan di depan layar kamera, tiba tiba saja tangan Pandu menggenggamnya. Kasih menoleh. Mereka bertatap. Kasih melepaskan genggamannya, fokus pada hp nya.
Hati gue kenapa malah seneng banget ya? Batin Kasih memegangi tangannya.
"Nih, air putih buat lo. Tadi belum kan?" Tanya Pandu tiba tiba menghampiri Kasih yang sedang melamun menatap pemandangan di hadapannya. Kaish menerima minum yang diberi. "Makasih." Ucap Kasih kemudian meminumnya. Pandu menduduki tepat di samping Kasih.
"Allah hebat ya. Menciptakan alam seindah ini?" Ucap Kasih dengan pandangan mata di depannya. Pandu hanya mengangguk dan tersenyum, "Gak cuma alam. Ada hewan dan manusia seperti kita. Bahkan benda sekecil apapun." Balas Pandu juga menatap pemandangan hijau. Kasih mengangguk.
"Tega banget gak si, orang orang yang udah merusak ekosistem di dunia?" Tanya Kasih dan mendapat anggukan dari Pandu. Obrolan singkat itu berakhir dan melanjutkan perjalanan menggunakan mobilnya. Pandu pun mengendarai mobil nya dengan kecepatan normal.
Sampai lah mereka di Puncak Pass Cipanas. Kebun teh yang berada disana cukup luas, suasana yang cukup dingin mereka terus menggunakan jaket. Kasih berjalan lebih dulu, menikmati setiap aroma kebun teh di puncak ini. Snapgram untuk beberapa kali yang ia update sesekali foto dirinya dan Pandu disana.
Banyak temen temen nya yang me-replay snapgramnya, tapi diabaikannya terlebih dulu karena ia ingin menikmati indahnya puncak. Pandu tersenyum karena ia tak sia sia mengajak Kasih kesini. Sesekali Pandu memposting di instagramnya foto Kasih yang sedang tak sadar kamera. Natural. Banyak like dan comment disana.
Bersambung~
Jika sehari saja dapat membuatmu senang seperti ini aku akan terus mengajakmu setiap saat. Gue bahagia. Pandu. Kasih.
Pantau terus ya guys. Jangan lupa Vote dan comment. :) [Masih dalam revisi] HAPPY READING!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku
Teen FictionPandu Angkasa seorang fotografer yang selalu menikmati setiap alam yang ia potrait . Potrait adalah hobinya. Baginya suatu suasana bisa jadi artistik. Ia sangat menyukai Indonesia, karena baginya Indonesia adalah kehidupan nya dan juga kaya akan pem...