Malam ini Pandu sudah ada di Saung Kuta untuk bertemu Kasih. Tak lama Kasih pun menghampiri. Mata Kasih dan Pandu saling bertemu. Ada sorot mata yang begitu merindu disana. Kemudian tersenyum.
"Kok gak bilang lo disini?" tanya Pandu memulai bicara. Kasih tak menjawab dan mengedarkan pandangannya keluar. Karena tak ingin menatap Pandu.
"Urusan kerja aja, Ndu." balas Kasih sesekali menatap Pandu.
"Bisa gak lo kalau bicara itu liat mata gue." ucap Pandu yang memperhatikan setiap yang Kasih lakukan entah itu sedang bermain hp nya. Kasih kembali menatap Pandu diam.
"Urusan kerja. Berdua aja sama laki laki lagi." tanya nya mengintrogasi. Darimana Pandu tau? Batin Kasih mengedarkan pandangan nya sesekali, "Dia atasan gue."
"Yakin cuma atasan lo? Kayaknya lo suka sama dia?" ucap Pandu asal. Kasih mengerutkan dahinya. "Enggak. Kata siapa. Kok sok tau si lo. " ucap Kasih sedikit menaikan nada bicaranya.
Kemudian hening. Pandu menyadari sikap Kasih berubah. Mengapa?
"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi. Kenapa lo gak ngabarin gue?" Tanya Pandu lagi.
"Apa pentingnya buat lo. Enggak ada kan?!" ucap Kasih yang tak kuat menghadapi Pandu yang terus mengintrogasi darinya.
Bayangan tentang foto Pandu dengan seorang perempuan kembali terputar oleh memori di otaknya. Kasihnya pun langsung bangun dari duduknya. Kini ada cekalan di tangannya. Pandu menahannya. Ditepisnya tangan itu kemudian berlari. Pandu mengejarnya. Sebenarnya dia gak tau apa yang ia perbuat bakal membuat Kasih semarah itu tatapannya.
Langkah kaki Pandu yang jauh lebih besar dari Kasih, tak susah untuk menggapai tangan Kasih saat ini. Hap. Pandu meraih tangan itu dan digenggamnya. Pandu yang melihat mata Kasih saat ini, jelas ia sedang kecewa terhadap seseorang, atau mungkin. Karena dirinya.
"Kenapa lo pergi gitu aja dari gue. Plis jangan kayak gini Kasih." Mohon Pandu yang tak mau Kasih berubah terhadap dirinya. Kini Kasih juga menatap Pandu. Kasih membisu. "Bilang sama gue. Siapa yang bikin lo kecewa kayak gini?" lanjut Pandu. Kini butiran kristal itu jatuh dari mata Kasih. Pandu yang melihatnya langsung dengan cepat menghapus nya kemudian memeluknya.
Kasih sudah tak tahan lagi menahan emosi yang ada pada dirinya saat ini, alhasil ia tumpahkan pada pelukan Pandu. Kasih menerima pelukan Pandu yang hangat. Jangan biarkan dia pergi dari ku YaaAllah. Batin Kasih memejamkan mata.
Pandu masih mengelus puncak kepalanya dan sesekali mengecupnya. "Maafin gue Kasih. Gue gak bermaksud buat lo nangis dan kecewa." Ucap Pandu menyadari bahwa dia lah yang membuat Kasih menangis. Suara isak tangis Kasih mulai mereda, Kasih mengangkat perlahan kepalanya dari dada bidang Pandu. Pandu menghapuskan air mata yang membasahi wajahnya.
Sudah cukup dengan hidung yang merah dan sedikit bengkak di matanya. Pandubtak ingin melihat Kasih seperti ini lagi. Berkali kali sudah Pandu meminta maaf pada Kasih dan Kasih hanya mengangguk tanpa berbicara.
"Sorry ya gue cengeng." ucap Kasih mulai bicara kemudian terkekeh menghapus air mata nya. Pandu menggeleng. "Gue minta maaf." ucap Pandu sekali lagi untuk meyakinkan dirinya pada Kasih dengan memegang bahu Kasih. Lagi lagi Kasih mengangguk.
Posisi mereka saat ini sedang terlentang menatap langit dan bintang di atas sana. Mata Kasih yang bengkak mulai membaik. Pandu memegang tangan Kasih, Kasih tak menghempas. "Langitnya indah ya." ucap Kasih menatap lurus ke atas. Pandu mengangguk. "Iya indah banget." ucap Pandu yang menatap Kasih bukan langitnya saat itu. Baginya Kasih adalah sumber terindah dirinya. Kemudian tak sengaja mereka saling bertatap dengan jarak. Tangan kiri Kasih yang sedang menunjukkan ke arah bintang, di tangkapnya dengan tangan Pandu yang jauh lebih besar. Lagi lagi mata mereka bertemu.
Sejak pertemuan nya dengan Kasih, kini Pandu jauh lebih tenang karena sudah mendapat maaf dari Kasih. Saat ini Kasih sudah kembali ke Jakarta, karena tugasnya di Balintelah selesai. Ryan pun juga sudah kembali ke Jakarta terlebih dulu. Sisa lah Pandu dan Levin di Bali. Mereka akan tetap menghabiskan waktu berliburnya disana.
Cekrek. Suara itu terus terdengar di sepanjang jalan bersama Pandu yang membawa kamera nya. Levin yang baru dekat dengan Pandu, kini sudah seperti saudara sendiri.
Levin terlihat masih sibuk dengan kekasih nya saat menelfon siang itu, Pandu tak ingin mengusiknya. Pandu meninggalkannya sebentar untuk memberi ruang. Pandu dengan kamera nya memotrait ke segala arah tanpa sadar tubuhnya berjalan mundur hingga bertabrak dengan... Ah dia lagi. Rinjani.
Pandu menaikkan alisnya, "Elo?" kemudian terkekeh.
Sesuatu yang kebetulan saat ini menjadi terjalin pertemanan baru bagi Pandu dan Rinjani. Siapa sangka cewe berparas cantik seperti Rinjani ternyata kini dapat menyentuh hatinya. Namun di hempas fikiran itu jauh jauh.
"Pandu." panggil Levin dari kejauhan yang sudah berjalan menghampiri. Pandu menengok begitupun dengan Rinjani. "Eh siapa nih?" tanya Levin. "Rinjani." Ucap Rinjani memperkenalkan dirinya. Di jabatnya tangan cewe itu, Levin tersenyum. "Levin."
Hanya sedikit perbincangan mereka karena Rinjani harus pergi bersama temen temen nya saat ini. "Cantik. Lo pacaran?" Tanya Levin. Pandu menggeleng cepat. "Enggak. Baru juga kenal." ucap Pandu langsung mengalihkan pada kameranya. "Pacaran juga gapapa. Kan lo jomblo." ledek Levin. Tangan Pandu tergerak untuk memukul bahu Levin.
***
"Kasih. Ngapain lo senyum senyum gitu?" tanya Vivie yang penasaran sejak tadi. Kasih tak menjawab melainkan terus berkhayal.
"Kasih." Panggil Vivie lagi. "Pandu." ucap Kasih. Vivie mengangguk paham terhadapnya. Kini Kasih mulai menceritakan semua yang terjadi dengan Pandu dan dirinya. Vivie cukup bahagia mendengar Kasih yang juga bahagia. Tapi bagaimana dengan Indah?
"Ada apa nih. Sorry ya tadi gue ada kerjaan banyak, jadi telat ke kantin." ucap Indah yang tiba tiba datang menghampiri meja kantin. Kini wajah Kasih dan Vivie berubah. "Enggak ini si Kasih bahas soal kerjaan di Bali." ucap Vivie lagi lagi mengalihkan.
"Oh ya, bukannya gue baru inget. Pandu disana kan ya?" ucap Indah yang membuat Kasih tersedak minumannya.
"I.. Iyaa... " balas Kasih terbata bata. "Padahal gue pengen banget ikut tapi kerjaan gue disini banyak banget. " ucap Indah menekuk wajahnya. "Eh lo ketemu sama Pandu?" Tanya Indah lagi. Kasih akhirnya pun mengangguk. Tapi Indah seperti sudah tidak mementingkan Pandu lagi, itu jelas yang terdapat pada wajahnya kini biasa saja. "Lo gak apapa kan?" Tanya Kasih hati hati. Indah menggeleng cepat. Kasih dan Vivie menghela nafas.
New Message From Audi.
Ndah, nanti balik gue jemput ya. Sekalian nanti makan malam.
Indah tersenyum. Di balasnya pesan itu. Kasih dan Vivie saling pandang tetapi Indah terlalu peka terhadap kedua sahabatnya itu dan mulai menceritakan bahwa dirinya sedang dekat dengan teman SMA nya. Audi. Kasih tersenyum dalam hatinya merasa senang, karena Indah tak akan marah lagi jika dirinya dekat dengan Pandu. Vivie menatap Kasih tersenyum.
Bersambung~
Bagaimana kisah PanKa selanjutnya? Bagaimana dengan Rinjani yang hadir di tengah tengah hubungannya dengan PanKa? Duh makin penasaran gak sih?
Jangan lupa untuk vote ya. Happy Reading Guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku
Teen FictionPandu Angkasa seorang fotografer yang selalu menikmati setiap alam yang ia potrait . Potrait adalah hobinya. Baginya suatu suasana bisa jadi artistik. Ia sangat menyukai Indonesia, karena baginya Indonesia adalah kehidupan nya dan juga kaya akan pem...