Mencari Pengganti

515 69 1
                                    

"Dim, gue tinggal dulu ya. Eh btw makasih ya." ucap Kasih yang kemudian berlalu. Dimas hanya mengangguk.

Hari demi hari berlalu Pandu dan Ryan yang mengerjakan segala aktivitasnya begitupun dengan Kasih dkk. Sampai suatu ketika Pandu datang di suatu acara resepsi pernikahan, ia bertemu dengan Kasih dan Vivie. Karena Indah yang sedang tugas keluar kota untuk menyelesaikan pekerjaannya. Beruntung.

"Besok ada acara resepsi dari temennya bos di undang gak kalian?" Tanya Kasih.  Vivie dan Indah mengangguk. "Tapi gue gak bisa ikut."  ucap Indah murung. "Kenapa?" Tanya Vivie. "Nih ada tugas numpuk dan gue besok haru ke Kerawang ada tugas disana kata Pak Arif." Jelas Indah.  "Ah gak seru nih. Padahal gue udah siapin baju buat besok. " ucap Kasih. "Yaudah gapapa lo berdua dulu ya,  next time gue ikut kalau ada yang ngundang lagi." ucap Indah terkekeh. "Pak Arif ikut?" Tanya Vivie yang di balas anggukan oleh Indah. "Padahal Pak Arif yang ngundang karyawannya malah dia yang gak datang. " ucap Vivie. Mereka menghela nafas.


Keesokan harinya Kasih dan Vivie sudah bersiap untuk menghadiri acara.  Begitupun dengan Indah yang juga sudah rapoh akan berangkat ke Kerawang untuk tugas. Mereka tersenyum merekah. Obrolan kecil gak akan terlewat pada mereka. Bahagia melihat persahabatan mereka. Saat di acara resepsi.


"Kasih,  itu kayak Pandu bukan sih?" Tanya Vivie. Kasih oun mencari sosok yang dilihat Vivie.


"Ohiya ngapain ya?  Tapi dia bawa kamera gitu. " ucap Kasih.

Disana Pandu tidak sendiri karena disana Pandu bersama Juno,  Deren, Aan,  Rafa, dan Vino di undang untuk jadi vidiografer dan fotografer .  Pandu dkk memang sudah cukup terkenal di kalangan banyak orang.


"Pandu? " Ucap Vivie. Pandu pun segera menengok dan melihat ke arah lawan bicaranya.  "Vivie. Kasih. " ucap Pandu. Ternyata benar saja,  dia adalah Pandu. Pandu sangat terkejut melihat Vivie dan Kasih yang saat ini ada di hadapannya.  Pandangan Pandu tertuju pada Kasih. Kasih sangan elegan dengan pakaian kebaya modern berwarna putih dengan songket setulut. Dengan rambut yang sedikit di gerai. Sangat menawan.


"Apa kabar? Lama gak ketemu. " ucap Pandu. "Alhamdulillah kita baik. Lo gimana? " Tanya Vivie. "Alhamdulillah baik juga. Eh kita lanjut nanti ya tunggu gue." ucap Pandu yang menunjukkan sederet gigi putihnya. "Ogah ah lama. " Ucap Kasih yang mulai berbicara. "Lo sendirian? " tanya Vivie. "Ada temen temen gue.  Nanti ya gue kenalin gue kerja dulu nih." ucap Pandu. "Lo vidiografer disini? " Tanya Kasih. Pandu hanya mengangguk . Berlalu.


"Gak nyangka gue ketemu Pandu. " ucap Vivie. "Jadi gimana nanti nungguin Pandu sampe selesai?" Lanjut Vivie. Kasih tak menjawab nya. "Males ah, pasti lama. "


"Eh dia pasti kangen sama lo deh." ucap Vivie. "Kayaknya sih gue balik duluan, kalau gue ikut nanti gue jadi nyamuk lagi. " ucap Vivie terkekeh geli. Wajah Kasih memerah dan Vivie menyadari itu.

***

"Permisi, Pak. Berkas yang harus saya perbaiki sudah siap. " Ucap Indah pagi ini diruangan Arif.


"Ya terima kasih. Kamu ikut saya. " ucap Arif.

Hampir seharian Indah dan Arif beserta rekan kerjanya berada di dalam ruangan meeting. Jam makan siang mereka beristirahat dan sudah berada di ruang makan. Sore pun tiba, Arif dan rekan kerjanya menyudahi pertemuan hari ini.


"Alhamdulillah selesai juga ya, Pak. " Ucap Indah pada Arif yang wajahnya tak kalah melelahkan. Arif hanya mengangguk dan mengucapkan hal yang sama. "Begini lah pebisnis seperti saya dan orang orang yang lain tadi. Sangat sibuk. " Lanjut Arif. Indah mengangguk paham.


Saat Indah melangkah, tak sengaja kaki nya tersandung kursi yang ada didekatnya. "Aww.. " Ucap Indah yang terdengar meringis. Arif yang melihat Indah sudah terjatuh pun langsung sigap membawa Indah ke tempat duduknya.

"Kamu gak apapa? Kaki kamu agak biru. Sakit banget ya? " Tanya Arif perhatian. "Gak apapa kok,  Pak. Nanti juga sembuh. " Ucap Indah enteng dengan menahan rasa sakitnya. "Kamu gak usah bohong sama saya. Saya tau kamu sakit. Biar saya urut sebentar. " Tegas Arif seakan merasakan sakit yang dirasa Indah. Indah hanya terdiam dan tak mengelak saat Arif menolongnya.

***

Tiga jam berlalu, ternyata Kasih benar benar menunggu Pandu hingga selesai pada tugasnya. Sedangkan Vivie yang sudah pulang sejak siang tadi. Kasih menunggu Pandu di mobil nya. Pandu menghampiri Kasih,  dan mengajaknya berkenalan dengan temen temennya.


"Siapa nih? Cantik banget." ucap Deren yang gayanya so cool tapi emang cool sih.

"Asik Pandu bawa cewe nih. " Ucap Aan.

"Ini temen gue namanya, Kasih. " ucap Pandu mengenalkannya pada temen temen.

"Kasih. " Kasih menjabat tangan semua temennya Pandu, tidak sungkan. "Makannya lanjutin aja. " lanjut Kasih yang tau bahwa mereka sedang membawa piring di tangan mereka. Kasih melirik Pandu yang terfokus pada layar hp nya. "Lo gak makan juga? " Tanya Kasih. Dan menyadarkan Pandu bahwa ada Kasih di sampingnya.


"Iya,  ini mau.  Lo mau makan lagi gak?" tanya Pandu. Kasih menggelengkan kepalanya. Selesai Pandu dan temen temannya makan, Pandu mengantar Kasih untuk pulang dan berlalu meninggalkan teman temannya.


Pesan pertama Kasih bertemu dengan teman temannya Pandu adalah mereka sangat ramah dan welcome pada siapapun. Kecuali Rafa yang saat Kasih datang, ia hanya terdiam dan sesekali berbicara. Saat ini Kasih tak banyak menanyakan perihal teman temannya Pandu,  ia lebih terfokus pada Pandunya sendiri.


Pandu yang saat ini masih selalu terbuka dengan Kasih. Menceritakan segala hal pekerjaan nya. Bagitupun Kasih, kecuali asmara.


"Kasih,  sorry banget ya, tadi lo jadi nungguin gue sampe malam gini." Ucap Pandu. "Gak di maafin. " balas Kasih dengan cuek yang sebenarnya hanya bercanda. Pandu tiba tiba saja memberhentikan mobilnya, saat ini Kasih yang sedang tertawa kecil karena melihat ekspresi Pandu yang mudah sekali di bercandakan, terlonjak ke dashboard. "Panduuuuuu. "


"Aww.. " ringis Kasih. "Sorry.  Sorry. Gue gak sengaja. " ucap Pandu pada Kasih yang kembali meringis kesakitan pada bagian dahinya.


"Apa-apaan si lo. Sakit tau. " ucap Kasih sambil mengelus pelan dahi yang terkena dashboard mobil.


"Sorry. Kasih.. " ucap Pandu yang juga ikut mengelus halus dahi Kasih. "Lagian lo marah sama gue. " ucap Pandu dengan mengerucut kan bibir nya. Lucu. Gue kerjain ah. Batin Kasih.


"Aduh, dududu.. Kayaknya geser deh otak gue." Kasih melanjutkan dramanya. Mudah sekali membuat Pandu panik terhadap dirinya. "Serius?! " Tanya Pandu panik dan bingung harus melakukan apa.


"Oke. Oke.  Gue bawa lo ke rumah sakit ya. " lanjut Pandu. "Eh gak usah. Gue udah gak apapa kok. " tegas Kasih dengan cepat.



"Bercanda doang kok gue. " ucap Kasih dengan menjulurkan lidahnya. Pandu yang refleks mendengarnya langsung menarik hidung Kasih. Kemudian mereka tertawa bersama karena kekonyolan masing masing. "Beneran. Gue minta maaf ya. " ucap Pandu serius. Kasih mengangguk paham atas pekerjaan yang dijalani Pandu. Kemudian mereka tersenyum.



Perasaan yang mereka jalani saat ini adalah persaan bahagia. Seperti sepasang kekasih yang saling merindukan. Gue bahagia. Batin Kasih dan Pandu.


***


"Gimana udah membaik? " Tanya Arif yang baru saja selesai mengurut Indah. Indah tersenyum. Ditatapnya mata Arif lekat. Sangat tulus. Hatinya terasa tentram bersamanya. Mata itu sangat sejuk dipandang. 'Indah.  Apaan si lo. ' Batin Indah.


"Besok pagi kita akan kembali ke Jakarta. Urusan saya sudah selesai. Terimakasih kamu sudah mau menemani saya hari ini. " Ucap Arif tersenyum. Indah pun membalas senyuman itu dan kemudian mengangguk.


Bersambung~

Aduh PanKa.. Jadi kangen.. Masih kurang greget gak nih?

Ada couple baru nih haha

Senjaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang