Merelakan

506 65 1
                                    


Siang ini Indah berada di ruang meeting bersama atasannya, Arif. Arif merupakan pemilik dari kantor Indah, Kasih dan Vivie bekerja namun beda tugas. Arif orang yang sangat ramah dan yang terpenting masih single. Loh? HAHA.

"Baik, Pak. Meeting sudah selesai tinggal nanti saya rekap ulang. Ada yang bisa saya bantu lagi?" Tanya Indah sopan dan tersenyum. "Tidak, terimakasih."


Indah pun kembali keruang kerjanya. Disana di dapati Kanya yang masih disibukkan dengan pekerjaan nya. Indah menghampiri dan mengajaknya keluar sebentar untuk mencari makan siang. Kanya pun menyetujui nya. Akhir akhir ini memang Indah tak bersama dengan Kasih dan Vivie. Saat ini mereka berada di Hatari Kafe, yang tak jauh dari tempat bekerja nya.

Siang ini cukup ramai Indah dan Kanya menempati tempat duduk di luar.

Tling.
New Message

'Indah?' pesan dari nomor yang ia kenal. Dia adalah Pandu. Indah sedikit heran karena memang selain di grup ia tak pernah chat personal.

'Iya, Pandu..' tulis Indah singkat. 'Lagi sama Kasih gak? Daritadi gue telfon gak di angkat angkat.' Ucap Pandu di sebrang. Indah yang melihat pesan itu langsung mematung, seperti banyak jarum yang menancap di hatinya.

'Gue gak tau, lagi gak sama Kasih.' pesan singkat yang terbilang jutek jika diucap oleh Indah. 'Nanti kabarin gue ya.'

Setelah membaca pesan itu, matanya terasa basah. Tetesan airmata yang keluar begitu deras hingga, "Lo kenapa?" Tanya Kanya yang sedari tadi berada disampingnya dengan hp ditangannya. Indah hanya menggeleng dan menenggelamkan wajahnya pada pelukan Kanya. Kanya yang mendapat reaksi tak biasa terhadap temannya itu, kini bertanya tanya. Ada apa sebenarnya?

"Indah kemana ya, Vie?" Tanya Kasih pada Vivie yang sudah berada di meja kerjannya. Saat Kasih hendak mengambil hp nya, ada notif yang cukup penuh dan itu dari Pandu. Matanya terbelalak dan tak sengaja air yang diminumnya kini tumpah. "Pandu ngapain telfon gue?"

Kasih yang baru ingin menelfon balik, layar hp nyapun berdering dan tertera nama Pandu disana, diangkatlah. 'Halo Kasih.' ucao Pandu disebrang sana. 'Halo, Ndu. Banyak notif dari lo,  ada apaan?'

'Lo bisa jadi  model gue gak besok siang? Soalnya jadwal model yang harusnya untuk besok mendadak gak bisa, sedangkan ada majalah yang harus deadline lusa. Bisa gak?' suara Pandu yang cukup tenang.

'Aduh harus gue banget nih?' tanya Kasih yang ingin menolak. 'Gak ada plis ya bantu gue.' Kasih pun menerima ajakannya. Karena bukan Kasih lah yang pergi menemui Pandu melainkan Indah. Kasih akan mendekatkan Indah dengan Pandu dan dari sana lah Kasih ingin meminta maaf karena beberapa waktu lalu.

"Indah. Gue pengen ngomong bentar bisa?" Tanya Kasih lembut yang langsung datang menemui Indah di Hatari Kafe. Kasih menemukan di media sosial nya bahwa Indah dan Kanya sedang berada disana.

Indah tak menjawab. Kanya pun pergi meninggalkan Indah karena ia memang sengaja memberi waktu untuk Kasih berbicara dan kebetulan mereka sudah selesai makan siang.

Kasih memulai pembahasan, ucapan Kasih terima oleh Indah. Indah tersenyum dan sudah melupakan kejadian lalu. Kasih lega karena usahanya untuk memperbaiki hubungannya dengan Indah akhirnya berhasil. Walau hatinya kini terasa pedih karena harus merelakan Pandu pada Indah. 'Demi Indah.' batin Kasih sesekali memejamkan mata.

***

Lusa tiba dimana Pandu sudah menunggu Kasih di tempat pemotraitan, setengah jam sudah tak ada kabar apapun yang diterima Pandu. Indah.

Tling.

New Message

From : Mine

'Sorry ya,Ndu. Gue gak bisa bantu lo hari ini gue sibuk. Gue udah minta tolong Indah buat gantiin gue.' Pandu hanya menghela nafas setelah menerima pesan dari Kasih.

"Sorry gue telat. Kata Kasih gue suruh kesini buat bantuin lo." ucap Indah tersenyum. Pandu hanya menggangguk paham. "Eh tolong make over temen gue ya. Dia akan jadi model gue hari ini. " ucap Pandu pada makeup artist.

Tiga jam sudah Pandu menyelesaikan pekerjaannya begitupun dengan Indah yang sudah berganti pakaian. "El, lo balik duluan aja. Gue mau nganter Indah." ucap Pandu pada Jelita. Jelita terdiam sejenak. Pandu pun bergegas pergi dari tempat pemotraitan bersama dengan Indah. Pandu mengantar Indah pulang dengan motornya.

Saat diperjalanan Pandu tak sengaja mendengar bunyi perut yang lapar dan sudah pasti dari Indah. Ia pun mengajak Indah untuk makan di Kafe.

"Thanks banget ya, Ndah. Pasti lo capek ya jadi model." ucap Pandu seraya tersenyum. Indah hanya terkekeh. "Lumayan. Ternyata gini ya rasanya jadi model." ucap Indah lagi yang mendapat anggukan dari Pandu. Malam ini seakan dunia milik Indah dan Pandu, rasanya sangat bahagia. Indah sesekali menatap dalam Pandu dan kemudian bercanda mengobrol dengan nya. Sangat nyambung.

***

"Kasih. Gue seneng banget hari ini. Walaupun melelahkan sih." Ucap Indah seraya memeluk bahagia. Kasih hanya tersenyum.

"Ada apa nih. Kayaknya seneng banget." ucap Kasih antusias.

"Hampir seharian gue sama Pandu." ucap Indah tersenyum. Kasih tetep tersenyum karena tak ingin diketahui Indah bahwa begitu sakitnya dirinya saat ini.

Indah pun mulai menceritakan setiap kejadian. Wajahnya amat sangat berseri ketika menceritakan sosok laki laki itu. Padahal Kasih tau bahwa Indah sudah begitu leleah hari ini, terlihat dari mata dan wajah yang kusam. Kasih ikut bahagia.

"Huftttt..." ucap Pandu yang sudah sangat lelah hari ini. "Kasih." gumam Pandu yang langsung meraih hp nya.

Tling. New Message

'Lo lagi dimana?' pesan Pandu. Kasih hanya mendelik tapi belum mau membalasnya.

Beberapa menit kemudian,'Di kosan. Kenapa?' pesan Kasih cuek.

'Lo sibuk apa sih hari ini? Sampe bantuin gue pake digantiin sama Indah.' ucap Pandu yang masih penasaran terhadap Kasih.

'Banyak kerjaan gue.' ucap Kasih berbohong. Kasih tak mau mengganggu Pandu lagi.

Tak disangka dalam kamar nya Pandu sudah tidak membuka matanya yang tandanya sudah tertidur. Hari ini ia terlalu lelah dengan pekerjaan nya.

Keesokan paginya mereka mulai beraktivitas seperti biasa. Keadaan Indah yang sudah membaik terhadap Kasih, mereka kembali menjadi sahabat yang dulu.

"Dim, lo lagi sibuk gak?" tanya Kasih menghampiri Dimas.

"Enggak sih, kenapa?" tanya Dimas. "Bantuin gue dong. Buat laporan yang baru." ucap Kasih dengan menunjukkan sederet gigi nya.

"Boleh. Tunggu ya." ucap Dimas tersenyum. Selesai dengan pekerjaan nya, Dimaspun berbalik menghampiri Kasih.

Waktu satu jam cukup untuk Dimas menyelesaikan sebagian laporan Kasih. Kasih sangat berterimakasih terhadap Dimas yang sudah mambantu menbuat laporan. Mereka sangat klop saat bertemu, banyak obrolan saat bersama. Keduanya sangat asik.

"Kasih anterin gue yuk." Ajak Vivie. "Kemana?"

"Gue pengen rujak." ucap Vivie terkekeh. "Ye kayak lagi ngidam aja lo. Tunggu sebentar." ucap Kasih kembali pada Dimas. "Dim, gue tinggal dulu ya. Eh btw makasih ya." ucap Kasih yang kemudian berlalu. Dimas hanya mengangguk.


Bersambung~

Sorry ya update nya telat hehe. Semoga suka. Jangan lupa vote dan comment.








Senjaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang