Kecewa

433 59 3
                                    

Kasih. Vivie. Bagusan mana?" Tanya Indah meminta pendapat.

"Lo mau kemana?" Tanya Kasih. "Mau jalan bentar malam ini di ajakin Audi. Temen SMA gue." Jelas Indah terkekeh. Tak lama setelah memilih kan outfit yang cocok untuk Indah,temen temennya kini meledeknya. Pipi Indah kini kian mereka, karena malu telah di ledeki oleh kedua temannya. "Yaudah gue balik dulu ya ke kosan." Ucap Kasih. Vivie pun ikut berpamitan. "Sukses, Ndah. Kalau jadi, traktir kita ya." Goda Kasih seraya pergi.


Cukup lama Indah merias wajahnya, begitu selesai ia langsung keluar menemui Audi. Audi sudah menunggu nya. "Udah lama?" Tanya Indah. Audi menggeleng cepat. Audi pun langsung mengajak nya pergi menggunakan mobil pribadinya. Audi adalah temen deket Indah saat mereka masih SMA. Mereka selalu bareng tapi belum saling menunjukkan rasa yang mereka punya karena mereka lebih nyaman berteman. Tapi lambat laun Audi merasakan sesuatu yang berbeda dengan Indah. Setelah lulus mereka memang tak saling bertemu, namun baru baru ini mereka saling berkomunikasi melalui telfon genggamnya. Tentu saja menanyakan kabar. Mereka bertemu di suatu mall pembelanjaan.

***

Saat Indah sedang memilih baju bersama Vivie dan Reyna di sebuah toko brand. Audi juga ada disana dan menegurnya. "Hey. Kayaknya gue pernah liat lo deh?" Ucap Audi. Indah mengerutkan alisnya, karena ia tidak menyadari siapa orang yang ada dihadapannya. "Maaf, lo kenal gue?" tanya Indah heran. "Lo Indah kan. SMAN 4 Jakarta? " tanya Audi memastikan. Indah kembali bertanya tanya dan menatap Vivie kebingungan dengan ragu, "I.. Yaa.. Nama lo siapa. Kok lo tau gue?" tanya Indah yang begitu pangling dengan Audi. Audi langsung menjabat tangannya dan memperkenalkan dirinya lagi. Indah terkejut karena Audi begitu berbeda saat masih SMA dulu. "Audi? Yaampun, pangling tau gak gue sama lo. Kok lo beda banget si?!" ucap Indah yang masih tak percaya. Kemudian tersenyum. Dari sanalah mereka bertemu lagi dan mengadakan pertemuan untuk saat ini.


"Seneng deh bisa ketemu lo lagi." ucap Audi membuka pembahasan. Indah mengangguk. "Iya, gak nyangka bisa ketemu lagi. Soalnya setelah lulus gue kuliah dan ganti nomor jadi hilang kontak semua. Kecuali yang kayak gini ketemu dadakan." Jelas Indah terkekeh. Audi pun ikut tertawa.

Dalam pertemuan mereka banyak sekali yang di bahas seperti kuliah dan kerja mereka masing masing. Begitu asik nya mereka.

"Kapan kapan gue ajak jalan jalan deh. Tapi harus fix mau ya." suara itu terdengar dari handphone Kasih. Paksa Pandu menunjukkan sederet gigi putihnya. Kasih terlihat berfikir dan mengangguk tersenyum.


"Lo sendirian?" Tanya Pandu yang tidak melihat kedua teman Kasih.


"Iya nih sendiri. Butuh temen." Ucap Kasih memelas membuat Pandu gemas ingin memeluk nya dari jauh. Tak lama ada yang mengetuk pintu kosannya. Siapa?

"Pandu. Udahan dulu ya ada tamu nih." Ucap Kasih berlalu dan mematikan sambungan telfon ya. Pandu mencoba menghubungi ulang nomor Kasih, tapi tidak ada jawaban.

Pandu memutuskan untuk menghubungi nya lagi sebelum tidur nanti. Saat ini memang Pandu, Levin dan Ryan sedang berada di pantai kuta dekat dengan tempat penginapan. Sangat takjub pada keindahan malam hari. Coba ada Kasih. Batin Pandu.

Saat Kasih membuka pintu nya. Dimas disana. "Eh lo, Dim. Ada apa? " tanya Kasih. Dimas menggeleng cepat. "Gak ada sih. Gue udah whatsapp lo pengen main. Keluar yuk! " Ajak Dimas. "Oh lo whatsapp gue ya. Sorry ya belum gue baca tadi lagi telfon temen." ucap Kasih terkekeh. "Tunggu sebentar ya gue ganti baju dulu. " ucap Kasih seraya tersenyum dan membiarkan Dimas menunggu nya.

Malam ini Kasih hanya memakai pakaian santai dengan celana jins, baju pendek dengan tas selempang dan rambut di gerai. Simple. Karena Kasih tak mau Dimas menunggu nya lebih lama, ia hanya memakai make up tipis. Selesai dengan outfitnya, ia menemui Dimas kemudian pergi dengan motor Dimas.

Tok.. Tok.. Tok.. "Kasih. " Panggil Vivie. "Kayaknya kosong ni kosan. Kasih kemana ya? " Lanjut Vivie membalikkan badannya dan bertanya tanya.

Kasih teringat , ia belum mengabarkan Vivie. Dikirimnya pesan singkat. Kemudian suara handphone nya terdengar pesan masuk. Vivie membuka pesan tersebut.

New Message For Vivie.

'Vie, gue jalan bentar sama Dimas ya.' pesan singkat Kasih pada Vivie. Vivie mengangguk paham tanpa menanyakannya lagi. Vivie pun kembali ke kosannya.

Tiga jam sudah waktu malam ini Kasih dan Dimas habiskan untuk karaoke disuatu tempat bersama dengan temen temen Dimas yang lain. Saat ini Dimas sudah mengantar Kasih kembali ke kosannya. Dilihatnya pukul 11 malam. "Temen temen lo asik. Apalagi si Devi." Ucap Kasih sebelum turun dari motornya dan melepaskan jaket yang sudah di pinjamkan oleh Dimas. Dimas hanya tersenyum. "Okey sampai ketemu besok di kantor. Sorry ya sampe malam gini. Gue balik dulu." ucap Dimas berlalu pergi.

Di dalam kosannya Kasih seorang diri menyadari bahwa handphonenya berbunyi terus tanda telfon masuk. Tertera nama Pandu disana.

45 Message dan 30 Panggilan Whatsapp. Pandu ngapain? Batin Kasih. Dibukanya pesan itu satu per satu. Pandu mencarinya sampai malam seperti ini. Tumben. Gumam Kasih. Memang sejak sambungan telfon terputus tadi, Kasih tak mengabari Pandu lagi. Sejak bersama Dimas juga ia tidak memainkan handphone nya yang tertata di dalam tas kecilnya. Di telfon nya kembali menggunakan Whatsapp. Nada hubung. Tak terjawab. Di cobanya lagi. Mungkin Pandu udah tidur. Batin Kasih.

Kasih memutuskan untuk mengirimkan Pandu pesan. Dari sebrang sana, ternyata Pandu belum tidur melainkan sedang asik menonton bola bersama temen temannya.

Tling. New Message From Mine.

'Pandu. Sorry ya baru baca whatsapp lo. Sorry juga baru ngabarin.' pesan singkat itu mendapat pada handphone Pandu yang sedang di cas. Pandu yang menyadari handphone nya bunyi, berjalan mendekati stopcontact.

"Kasih." Gumam Pandu. Ia sudah tak selera mendengar nama nya. Begitu sakit saat ia tau bahwa malam ini Kasih habis jalan dan ketemuan dengan Dimas, orang yang beberapa waktu lalu Pandu tau bahwa sedang dekat dengan Kasih.

***

Saat Pandu berusaha menghubungi Kasih tetapi tidak di angkat. Akhirnya ia menghubungi Indah dan Vivie. Karena Indah tak mengetahui keberadaan Kasih, di lanjutlah Vivie memberitahunya bahwa Kaaih sedang jalan bareng Dimas, rekan kerjanya di kantor. Sesak yang Pandu rasa. Mengapa Kasih tak memberitahunya terlebih dulu? Tak mengabarinya sama sekali. Apa ia begitu tidak penting untuk Kasih? Kecewa sudah.

Pandu tersadar dari lamunannya. Ia juga tidak membalas pesan dari Kasih bahwa ia tau pasti Kasih akan menunggu balasannya. Selesai menonton bola Pandu dkk beristirahat.

Keesokan paginya, Ryan bangun lebih pagi dan membangunkan Levin serta Pandu untuk sholat berjama'ah yang kemudian dilanjut dengan menikmati sunrise di Bali. Pasti sangat indah.


Selesai melaksanakan sholat subuh. Levin membuatkan teh panas untuk kedua temannya, yakni Pandu dan Ryan. "Wih, thank you, bro. " ucap Pandu. Levin hanya mengangguk. "Buat nemenin sunrise kita. " lanjut Levin. "Tunggu, gue ada roti juga.Sebentar." Ucap Ryan berlalu membawakan roti dengan isi selai cokelat untuk Pandu dan Levin. "Wah pas banget. " ucap Pandu tersenyum.

Disisi lain saat Kasih terbangun untuk sholat. Ia melihat handphonenya terlebih dulu. Kemudian langsung berdiri mengambil air wudhu dan sholat. Setelahnya di lihat lagi handphone nya, tak ada whatsapp dari Pandu, hanya ada whatsapp Dimas sisa semalam.

Tling. New Message. From...

Bersambung~

Hayo message dari siapa? Apakat dari Pandu? Indah? Atau Vivie?

Penasaran kan? Tungguin kisah mereka selanjutnya ya:)

Makasih. Jangan lupa vote.

CopyRight@fixanin

9 Agustus 2018

Senjaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang