"Berarti kalau ada cowo yang dateng buat izin buat melamar lo belum tentu di terima ya?" Ucap Pandu."Udah yuk pulang." Ucap Kasih mengalihkan pembicaraan.
Gemes banget si lo. Pengen gue cubit. Batin Pandu.
Pandu yang refleks menggandeng tangan Kasih, Kasih tak menolak seperti ada nagnet diantara mereka. Meski belum saling mengungkapkan perasaanya, mereka menggunakan bukti untuk memberitahunya.
Sesaat Pandu terjatuh dari atas tempat tidurnya karena dalam mimoinya itu ia tersandung oleh batu krikil. "Cuma mimpi?" gumam Pandu. Disisi lain Kasih merasakan hal yang sama yakni terjatuh dari temapt tidurnya.
"Kok gue bisa mimpiin Pandu ya. Apa gue... Ah udah lah. Ini jam berapa?" gumam Kasih dan melihat jam tepat di depannya. "7.15. Aduh gue telat nih." ucap Kasih melompat dari kasur dan berlari memasuki kamar mandinya.
***
"Pagi, Mas. Tumben kesiangan." Sapa Jelita pada atasannya. Dengan sibuk membereskan ruangan Pandu. "Iya ini, tadi malam gue sibuk milah foto yabg harus cetak hari ini." ucap Pandu sedikit merapihkan kaos nya.
Sehari hari Pandu hanya menggunakan pakaian biasa saja dan tidak resmi, karena ia bekerja di dalam ruangan yang tugasnya hanya memotrait. Sesekali iya akan terlihat rapih ketika ada tamu yang ingin menawarkan pekerjaan tambahan untuk kantornya.
Tling. New Message.
"Indah?" gumam Pandu. Dibuka lah pesan tersebut.
Pagi Pandu. Udah sarapan?
Pandu mengerutkan dahinya, mengapa Indah begitu perhatian padanya? Ah sudah lah, gue bales aja. Gumam Pandu.
Saat dimana Kasih memposting snapgram bersama Pandu. Kebetulan saja Indah sedang banyak kerjaan jadi tak sempat untuk on instagram saat itu. Sesekali memegang hp untuk menghubungi beberapa temannya untuk membantunya.
Alhasil Indah tidak mengetahui apa yang telah terjadi terhadap keduanya. Kasih menghampiri Vivie dan mengajaknya untuk makan siang diluar.
Sedangkan Indah yang masih di ruang kerjanya mengambil kotak berwarna biru muda yang berisikan kemeja untuk Pandu saat ia dan temen temen nya sedang berlibur di jogja saat itu. Indah tersenyum, betapa berharapnya ia dengan Pandu.
"Bagus gak?" Tanya Indah memilih kemeja putih. "Kemeja cowo. Mau buat siapa, Ndah?" Tanya Vivie. "Sssttt. Diem jangan berisik ini bakal gue kasih buat Pandu." balas Indah.
Kasih bersikap biasa saja untuk menanggapi Indah, sahabatnya itu.
"Mau beli baju yang lucu." ucap Kasih memilih beberapa baju di hadapannya. "Yang ini? Apa yang itu. Pilihin dong semuanya lucu." ucap Kasih yang terlihat seperti anak kecil.
"Bagus semua sayang." balas Vivie. "Yang ini ya kita kembaran bajunya. " ucap Ibdah antusias memilih baju.
"Boleh tuh,Ndah." ucap Kasih.
Setengah jam sudah mereka memilih dan membayarnya. Pandu dan Ryan hanya geleng melihat teman nya sibuk dengan berbelanja.
"Jadi cewe ribet ya." Ucap Pandu.Ryan mengangguk dan menggelengkan kepala nya.
"Eh sorry ya kita malah asik belanja." Ucap Vivie terkekeh."Iya nih, kalian mau cari apa? Masa kita aja yang shopping." Ucap Indah.
"Nah ini aja, kayaknya cocok buat kalian." Ucap Kasih yang asal menunjukkan sebuah bando kelinci. Semua tertawa riang.
"Boleh tuh, cocok!" Ucap Indah tertawa."Enak aja, kita di kasih bando cewe." Ucap Ryan tersenyum miring.
"Itu mah buat kalian." Lanjut Pandu.
Aduh Kasih lo ketawa tambah cantik. Hati gue bahagia. Batin Pandu tersenyum.
Kasih terbayang wajah Pandu yang menghiasi pikirannya saat ini. Kemudian tersenyum. Bagaimana jika Indah tau bahwa dirinya ternyata juga menyukai Pandu? Senyumannya kini berubah menjadi kelabu.
Pandu. Apakah lo punya perasaan yang sama? Batin Kasih.
Jika boleh gue jujur. Gue sayang sama lo, Kasih. Batin Pandu seakan menjawab pertanyaan Kasih yang tak dapat diketahui oleh siapa pun kecuali Allah.
"Maaf permisi, Pandu nya ada kak?" Tanya Indah pada Jelita, sekretaris nya. "Apa sudah buat janji sebelumnya?" tanya Jelita. "Belum kak. Saya dadakan saja kesini sekalian lewat tadi." ucap Indah berbohong karena sebenarnya memang ingin datang menemui Pandu.
"Maaf gak bisa, Mas Pandu sedang sibuk." ucao Jelita tak suka dengan keberadaan Indah saat ini. Tatapannya seperti ingin memakinya saat ini. Indah pun segera pergi daru tempat itu.
Saat tiba di depan pintu keluar, Pandu memanggilnya. Kemudian menoleh. "Indah? Kok ada disini?" Tanya Pandu heran karena ada Indah di kantornya.
"Lo lagi sibuk ya?" tanya Indah. "Gue cuma mau kasih ini." lanjut Indah tersenyum.
"Enggak kok. Gue lagi agak senggang. Wah, ini buat gue? Apa nih?" ucap Pandu antusias dan segera membuka kotak biru mudah itu. "Thankyou ya.""Sebagai ucapan terima kasih gue. Gimana siang ini kita lunch bareng?" Tawar Pandu dan mendapat anggukan dari Indah. Mereka berjalan menuju mobil Pandu.
"Ih tuh cewe centil banget sama Pandu." gumam Jelita. "Awas aja kalau besok dateng lagi."
Bersambung~
Hai Readers ku. Maaf ya ternyata cerita ini masih revisi. Pantau terus yaa. Happy Reading Guys! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku
Teen FictionPandu Angkasa seorang fotografer yang selalu menikmati setiap alam yang ia potrait . Potrait adalah hobinya. Baginya suatu suasana bisa jadi artistik. Ia sangat menyukai Indonesia, karena baginya Indonesia adalah kehidupan nya dan juga kaya akan pem...