"Eh gue kemarin udah ngasih kemeja nya ke Pandu. Seneng banget deh diterima." ucap Indah pada Vivie diruang kerjanya.
"Wah bagus dong." ucap Vivie antusias. Kasih yang baru saja ingin menghampiri sahabatnya itu, berhenti sejenak. Mendengarkan pembicaraan Indah dan Vivie.
"Ternyata Indah beneran suka banget sama Pandu." Gumam Kasih kemudian berlalu pergi.
Terus gimana dengan perasaan gue. Indah sahabat gue. Batin Kasih.Tling. New Message.
"Pandu." gumam Kasih.
Kasih lusa ada acara gak jalan yuk?
"Kasih kok belum bales whatsapp gue ya?" gumam Pandu yang masih menunggu balasan teks dari Kasih.
Perasaan yang hanya sebatas teman kini semakin mendalam. Hati nya tak sanggup untuk menerima bahwa Indah, sahabatnya juga memiliki perasaan yang sama pada seorang laki laki yang sama dengannya. Seiring berjalannya waktu, Kasih berusaha menjauh dari Pandu dengan tidak membalas pesan yang Pandu kirim lagi. Kasih berusaha untuk melupakan nya.
Satu bulan sudah Kasih tidak berhubungan dengan Pandu meskipun teks pesan. Kasih mulai menghindari Pandu sejak saat itu. Pandu yang kini resah karena Kasih tak juga menghubungi nya.
Kenapa lo gak ada kabar lagi, Kasih. Gue kangen sama lo. Gumam Pandu memandang foto Kasih di sela pekerjaan nya.
"Mas?" Panggil Jelita.
"Mas?" Panggil yang kedua kalinya. Yang menyadarkan Pandu dari lamunannya.
"Mas, model nya sudah menunggu." Ucapnya seraya mengagetkan Pandu."Eh iya, maaf." Ucap Pandu langsung bergegas untuk menyelesaikan pekerjaanya.
Tiga jam sudah ia potrait model. Saat ini jam istirahat, ia memutuskan untuk makan siang mengajak asistennya. Pandu ramah dan baik pada semua orang.
"Gue laper nih pengen cari makan di luar lo ikut gue aja." Ajak Pandu."Tapi ini belum saya beresin, Mas." Ucap Jelita. "Biar yang lain aja."
Pandu tipe orang yang gak suka neko neko dan suka makan dimana saja. Jadi saat ini mereka makan di sebuah warung sederhana.
"Kok gue seneng ya deket sama Mas Pandu?" Gumam Jelita."Gak mungkin kan gue naksir sama atasan gue?!" Lanjut Jelita. "Ah sudah lah. Lebih baik gue lanjut kerja."
Tling.
Suara hp bergetar. Ya, itu adalah hp Pandu yang di titipkan pada nya di atas meja.
From Kasih. Pandu,apa kabar?
Itu lah teks singkat nya.
"Siapa Kasih?" Gumam Jelita.
Pandu udah punya cewe? Kenapa gue kayak gak rela gini ya? Ah gue apus aja. Batin Jelita.
Dengan tanpa sepengetahuan Pandu, Jelita menghapus pesan tersebut.
Malam telah tiba, tugas Pandu kini telah usai. Saat nya ia merebahkan tubuhnya di kasur kamar miliknya. Ia sudah berada di rumah. Dan terpikir tentang Kasih.
"Handphone gue mana ya?" Tanya nya pada diri sendiri dan mencari di dalam tas. Dan setelah mendapatkannya.
"Kasih kemana ya?" gumam Pandu resah. "Gue telfon gak ya?" Gumamnya.
Tok tok tok...
Suara yang terdengar dari balik pintu kamar Pandu. Ia pun meng-urung kan niat nya untuk menelfon Kasih. Dan ternyata yang mangetuk pintu adalah Mama, mama Arista memberi tau bahwa ada Ryan datang ke rumah nya.
"Mas, di cari Ryan di bawah." panggil Arista, mama Pandu. "Iya mah." Ucap Pandu berjalan mengikuti Arista ke bawah.
"Eh lo. Tumben. Masuk aja sini. " Ajak Pandu. Dan mereka menaiki tangga.
"Mas, bawain minum sama makanan ke atas sekalian." Ucap Arista, Pandu hanya meng-iya-kan dan melakukan perintahnya.
"Lo baru balik, Ndu?" tanya Ryan. "Iya Yan. Banyak model hari ini. Tumben lo kesini, ada apa?" ucap Pandu berjalan ke atas ranjang dan mengambil remote tv nya. "Gue nginep ya."
Pandu hanya mengangguk. "Pinjem baju ya gue pengen mandi dulu." Lanjut Ryan. "Ambil aja di lemari."
Saat ini Pandu berada di balkon atas kamar nya dengan melepas penat duduk di sofa kesayangannya. Tak lama Ryan menghampiri dan sedikit bercerita tentang kerjaan dan masalah nya dengan Devi, pacarnya.
"Lo kenapa, bro?" Tanya Ryan. "Lagi capek aja, bro." Ucap Pandu seraya menegakan tubuhnya. Wajah Pandu tak meyakinkan bahwa ia baik baik saja, melaikan sedang murung.
"Kalau lo ada masalah cerita aja." Sindir Ryan duduk di sampingnya.
"Gue galau nih Kasih udah lama gak ngabarin gue." Ucap Pandu mulai membuka mulut nya.
"Kasih? Kasih yang waktu kita ketemu di Jogja bukan?" Tanya Ryan tak percaya."Iya Kasih." Jawab Pandu singkat."Lo udah jadian?"
"Belum lah. Sekarang aja dia gak ada kabar."ucap Pandu. "Tapi lo cinta?" balas Ryan antusias.
"Gak tau si. Hati gue ngerasa tenang aja kalau dia deket sama gue." Ucap Pandu terkekeh.
"Dia tau lo cinta sama dia?" Tanya Ryan. Pandu hanya menggeleng."Ah basi lo. Kalau lo cinta ya tembak lah keburu di ambil orang."
"Gue gak sanggup denger jawaban dia. Kalau gue di tolak, nanti gue jauh sama dia. Nanti gue galau lagi." Ucap Pandu. Ryan yang mendengarnya hanya tertawa geli.
"Cemen banget." Sindir nya. Seketika hening. Pandu mulai berbicara."Woy, lo kenapa malah bengong."
"Eh ini bro, gue ada masalah sama Devi cewe gue."
"Ohh lo udah punya, emang ada masalah apa?"
"Devi itu awalnya cuma temen kantor gue, nah waktu dia kesusahan buat buat makalah kantor dia sering minta tolong gue buat bantuin. Sejak saat itu kita mulai deket, dan gue jatuh cinta sama dia. Dia cantik, baik, dan dia apa adanya. Tapi setelah kesini, gue jalanin hubungan bareng sama dia, dia makin kesini makin berubah aja. Dia sering marah marah sama gue, dia cemburuan. Setiap gue deket sama temen kantor gue (cewe) yang lain malah langsung marah ke gue. Sikap nya jadi dingin gitu. Dan gue juga yang harus minta maaf. Dia egois." Jelas Ryan.
"Lagian orang egois gitu lo pacarin." sindir Pandu. "Ya mau gimana, waktu itu gue belum tau sifat dia kalau pacaran. Maka nya gue fine aja."
"Kalau menurut gue, lo kasih pengertian, lo nasehatin dulu biar gak salah paham terus."
"Tapi gue udah capek. Gue udah coba jelasin ke dia tapi masih aja di ulangi." ucap Ryan menatap lurus balkon.
"Lo masih sayang gak sama si Devi?" tanya Pandu meyakinkan. Ryan menggeleng."Yaudah kalau itu yang terbaik."
Bersambung~
Halo guys. Happy Reading!
InsyaAllah udah selesai di revisi semua.Jangan lupa comment and vote yaa. Makasih. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjaku
Teen FictionPandu Angkasa seorang fotografer yang selalu menikmati setiap alam yang ia potrait . Potrait adalah hobinya. Baginya suatu suasana bisa jadi artistik. Ia sangat menyukai Indonesia, karena baginya Indonesia adalah kehidupan nya dan juga kaya akan pem...