Menjauh

445 58 5
                                    

Keesokan paginya, Ryan bangun lebih pagi dan membangunkan Levin serta Pandu untuk sholat berjama'ah yang kemudian dilanjut dengan menikmati sunrise di Bali. Pasti sangat indah.

Selesai melaksanakan sholat subuh. Levin membuatkan teh panas untuk kedua temannya, yakni Pandu dan Ryan. "Wih, thank you, bro. " ucap Pandu. Levin hanya mengangguk. "Buat nemenin sunrise kita. " lanjut Levin. "Tunggu, gue ada roti juga.Sebentar." Ucap Ryan berlalu membawakan roti dengan isi selai cokelat untuk Pandu dan Levin. "Wah pas banget. " ucap Pandu tersenyum.

Disisi lain saat Kasih terbangun untuk sholat. Ia melihat handphonenya terlebih dulu. Kemudian langsung berdiri mengambil air wudhu dan sholat. Setelahnya di lihat lagi handphone nya, tak ada whatsapp dari Pandu, hanya ada whatsapp Dimas sisa semalam.

Tling. New Message. From Vivie.

Tentu saja Kasih, Vivie dan Indah selalu saling mengingatkan untuk menjalankan ibadah sholatnya. Termasuk pagi ini.

Dilihat nya pesan itu. Gue kira dari Pandu. Batin Kasih. Cepat cepat di balas nya pesan Vivie.

Pagi ini pukul 8.00 Kasih terlambat pergi ke kantor nya. Karena setelah sholat ia sangat kantuk tak bisa tertahan alhasil kesiangan. Kasih buru buru merapihkan segala keperluan kantornya.

Cukup dengan waktu setengah jam Kasih sampai di ruang kerjanya. Di liriknya Arif di kanan dan kirinya. Tidak ada. Kemudian Kasih langsung menduduki kursi kerjanya.

Dimas datang menghampiri Kasih. "Baru datang?" Bisik Dimas. Kasih hanya mengangguk tanpa menjawab. "Yaudah lanjut nanti aja. Gue pengen ngerjain tugas gue dulu. Takut mau di cek sama si Pak Arif." Ucap Kasih. Dimas mengangguk paham.


"Lo liat Kasih gak?" Tanya Jesi. "Ada diruangannya. Baru datang dia." Ucap Dimas yang bertemu Jesi di lorong kantor. Kemudian Jesi langsung menghampiri Kasih ke ruang kerjanya.


"Kasih. Nih gue ada tugas buat lo." Ucap Jesi yang baru saja datang. "Apaan nih. Amplop?" Tanya Kasih bingung. "Dibuka aja." balas Jesi. Kasih membuka amplop tersebut. Di bacanya isi dari amplop itu dan, "Gue ikut sama Pak Arif buat ke Bali?" Tanya Kasih tak percaya. Jesi hanya mengangguk. "Sama gue juga kok. Jadi lo ada temennya kan." lanjut Jesi seakan membaca fikiran Kasih. "Beneran lo ikut? Asik akhirnya gue gak sendiri." Ucap Kasih. Kemudian Kasih dan Jesi menghadap ke ruang Arif.


"Permisi, Pak. Bapak manggil kami?" Ucap Kasih. Arif hanya mengangguk. "Jadi gimana. Besok bisa ikut saya ke Bali untuk rapat disana dengan client saya?" Tanya Arif. "InsyaAllah bisa, Pak. Kalau boleh tau materi nya apa ya. Biar saya siapkan sama Jesi." Ucap Kasih. Arif hanya memberikan beberapa map yang menumpuk disana. Kasih dan Jesi mengambil nya dan berlalu pergi keluar kantor nya.


Saat Kasih hendak pergi. Arif memanggilnya dan membiarkan Jesi untuk keluar.

Tling. New Message. From Indah.

'Kasih lo udah di kantor kan?' pesan singkat yang Indah kirimkan. 'Udah kok.' balas Kasih.

Indah's Calling. Kasih pun izin untuk pergi mengangkat telfon yang masuk di hp nya. Arif hanya mengangguk dan memejamkan mata di kursinya.

"Halo, Kasih. Lo lagi dimana? Gue, Vivie, sama Kanya udah di kantin. Lo nyusul sini." Ucap Indah dari sebrang telepon.

"Kalian makan duluan aja. Nanti gue nyusul. Ini gue masih di ruangan Pak Arif lagi bantuin kerjaannya." Ucap Kasih.


"Emang Pak Arif kenapa, tumben sampe minta tolong gitu?" Tanya Indah.

"Cuma sedikit pusing katanya. Udah dulu ya." Ucap Kasih mengakhiri sambungan telfonnya dan lupa mengucapkan salam. Kasih pun kembali ke ruangan Arif. Dilihatnya sedang sedikit berbaring di kursinya.

Tling. Handphone nya berbunyi lagi rada pesan masuk. Pandu. Batin Kasih. Di bacanya pesan itu.

From : Pandu

'Lagi sibuk?'

Pandu's Calling. Diangkatlah telfon dari Pandu.

"Lagi sibuk ya?"

"Sedikit. Ada apa Pandu?"

"Kasih. Tolong selesaikan sore ini ya. Saya istirahat sebentar." suara samar samar terdengar dari sambungan telfon Kasih. Kasih yang mendengar suara Arif hanya mengangguk.

Sedang bersama siapa Kasih? Batin Pandu.

"Suara siapa,  Kasih?" Tanya Pandu.

"Suara Pak Arif. Udah dulu ya, Ndu. Gue harus balik kerja nih." Ucap Kasih menutup telfonnya dengan mengucapkan salam.

Kasih kayaknya lagi sibuk banget. Lagi lagi tadi ada suara cowo. Siapa sih dia? Batin Pandu kesal karena Kasih yang langsung mengalihkan pembicaraan nya dan langsung menutup telfonnya.

"Gak ada rasa bersalah nya sama sekali apa ya tuh cewe?" gumam Pandu.

***

"Bisa kamu bantu saya dulu?" Tanya Arif. "Bantu apa, Pak?" Tanya Kasih. "Kamu lanjutkan ini dulu, saya mau istirahat sebentar. Kepala saya agak pusing." Lanjut Arif yang memegang kepalanya. Kasih mengangguk faham. Sebelum Kasih membantu tugas Arif, ia pun izin untuk mengambil air minum dan beberapa obat di dapur kantor. Kembali nya Kasih,  ia menghampiri Arif yang sedang berbaring di sofanya dan memberikan obat serta air putih nya untuk di minum. Kemudian Kasih melanjutkan tugasnya. Sesekali ia melihat Arif yang sedang tertidur, tak tega yang Kasih rasa.

Dari posisi berbaring nya Arif melihat Kasih sesekali kemudian kembali tertidur dan memejamkan mata. Kasih begitu perhatian kepada nya, Kasih sesekali juga menengok dirinya yang sedang tertidur dan membangunkannya jika terbangun untuk minum air putih lebih banyak.

Kasih yang merasa tak enak karena hanya ada dirinya da Arif diruangan ini, maka ia memanggil Jesi untuk menemani nya.

***

"Lo kenapa, Ndu. Suntuk banget." Tanya Ryan sahabatnya.

"Gak apapa, Yan." Ucap Pandu. "Lo gak bisa bohong sama gue, Ndu. Walaupun raga lo disini tapi hati lo.." balas Ryan menyadari Pandu yang agak murung hari ini.

"Entahlah. Gue bingung sama Kasih." Mulai Pandu. "Siapa Kasih?" Tanya Levin yang tidak tau menau soal Kasih.

"Gebetan. Lev." Ucap Ryan terkekeh. Pandu tak merespon. Pandu pun mulai menceritakan perasaan nya pada Kasih, yang beberapa bulan terakhir telah mencuri semua perhatiannya.

Waktu menunjukan pukul 3 sore, Kasih membangunkan Arif dan berpamitan untuk segera pulang dengan Jesi. Dibangunkannya perlahan, Arif pun bangun. "Pak, maaf saya sarankan. Besok kita gak usah pergi ke Bali ya Pak. Keadaan Pak Arif sedang sakit seperti ini." Saran Kasih. Arif menggeleng cepat. Kasih pun tak bisa memaksakan kehendak Arif. Karena ia tau Arif adalah orang yang keras kepala.

Sore ini Kasih pulang ke kosan bareng dengan Indah dan Vivie dan diantar Kevin menggunakan mobilnya. Tepat di depan kosan mereka turun dari mobilnya tak lupa berucap terimakasih pada Kevin. Kevin berlalu.

Kasih sedang WhatsApp an dengan Jesi untuk urusan hari esok. Vivie dan Indah pun sudah diberi tau bahwa besok Kasih dan Jesi akan pergi ke Bali bersama Arif.

"Bukannya Pak Arif lagi sakit? Kalian jadi?" Tanya Indah tak percaya karena tadi siang kata Kasih, Arif sedang sakit. Kasih mengangguk. "Lo tau sendiri. Arif itu keras kepala."

"Gue pengen ikut dong liburan." Ucap Vivie. "Ayo aja kalau liburan mah. Inikan gue kerja." Ucap Kasih terkekeh.

Bersambung~

Bakalan ada apa setelah ini? Kasih sama Arif ke Bali? Wah seru nih..

Bagaimana dengan Pandu yang juga berada di Bali?

Senjaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang