19!

3.6K 334 9
                                    


"Come Back ... Be Here"

***

       "Saya nggak mau tau! Kelas ini harus ikut ngisi festival! Kalian mau dagang apa aja, terserah! Yang penting ikut berpartisipasi!"

Suara menggelegar milik Rani--ketua osis--SMA Jaya Bangsa--memenuhi seluruh penjuru kelas XI IPS-4, yang penghuninya justru nampak sibuk sendiri. Tidak terusik pada gertakan tersebut.

Rani menghela nafas, mengusap dada berkali-kali. "Sabar ... sabar," gumamnya. Tiwi, selaku Sekretaris pun hanya bisa memberi Rani usapan punggung.

"Kalian denger saya nggak, sih?!" Lagi, Rani berteriak, kali ini dengan nada kesal. Tatapan setajam elangnya mengarah pada satu murid di barisan pojok, nomor dua dari belakang. "Kamu! Yang mukanya kayak air kobokan! Dengerin saya!"

"Siapa, Kak?" Sahut Panjul, setengah ingin tertawa.

Rani melotot. "Iya, kamu! Kamu yang nyahut omongan saya!"

Seketika, Panjul cemberut, membuat seisi kelas tertawa heboh atas panggilan baru tersebut. Muka Air Kobokan.

"Ah, Kak Rani songong banget, nih!"

"Kamu itu yang songong! Saya lagi ngomong di depan malah asik sendiri sama hape. Lagi ngapain, sih? Dijeda sebentar dulu 'kan bisa sampe saya selesai," omel Rani panjang lebar.

Memutar bola mata, Irfan menaruh ponselnya di loker. "Iya, iya, maaf, Cewek Judes."

"Astagfirullah." Rani memukulkan kepalan tangan ke pahanya, meluapkan kesal. "Siapa ketua kelas?"

Merasa terpanggil, Farel segera mengangkat tangan. "Saya, Kak."

"Nanti tolong kamu tulis nama sepuluh orang yang bakal bikin stan di festival, terus sama apa yang bakal mereka jual. Terus nanti kasih ke saya atau ke Kak Tiwi, ya?"

Farel mengangguk paham.

"Oh, ya, satu lagi." Rani mengangkat satu jari. "Jangan lupa sama data siapa aja yang bakal ikut ngeramein panggung festival. Per kelas wajib nyumbang pertunjukan."

    Selagi yang lain sibuk pada FEKTA, Cakra malah sibuk memperhatikan Alana dalam diam. Memperhatikan gerak-gerik gadis yang dua hari belakangan ini mengabaikannya secara total. Sebenarnya tidak, karna memang Cakra sendiri tidak berusaha mendekati, jadi gadis itu kembali cuek seperti ketika pertama kenal. Itu cukup membuatnya tersiksa, tapi demi Dira, ia terus menahan diri.

Di ujung sana, Alana tiba-tiba tersenyum tipis pada perempuan yang duduk di depannya.

Ah, Alana memang tidak pernah tidak enak dipandang mata.

"Hm!"

Cakra melirik Farel malas. "Apaan, jangan ganggu Singa kelaparan."

Dengusan geli terdengar dari sebelahnya. "Ke kantin sono. Mumpung guru-guru lagi pada sibuk rapat," titah Farel. "Oh, ya, lo nggak minat nunjukin kebolehan lo di FEKTA?"

"Bisa apaan gue, Anjir!"

"Bisa mencintai dia dan dirinya."

Favorably (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang