41!

3.1K 284 11
                                    


"Beautiful Liar"

***


Cakra membuka perlahan pintu ruangan Dira, melongokkan kepala ketika telah terbuka setengahnya. Senyuman ceria Dira langsung menyambut kedatangannya, membuat Cakra ikut menyunggingkan senyum.

"Hey, Cantik." Laki-laki itu berjalan mendekat, mengusap kepala lembut Dira lalu duduk di sisi ranjang. "Tebak, hari ini aku bawa apa?"

Dira mengetukkan jari di dagu, pura-pura berpikir karena ia tau apa yang Cakra bawa. Dira tak sengaja melihatnya ketika laki-laki itu menutup pintu. "Bakpao, ya?" tebaknya sembarangan seraya tersenyum lebar.

Tawa Cakra terdengar. "Tada! Kamu salah. Aku bawa bunga mawar, kesukaan kamu."

"Makasih." Dira tersipu malu saat menerimanya. Kemudian mengalihkan tatapan pada Cakra lagi. "Ternyata Juna nggak bohong kalo kamu beneran dateng, kirain aku cuma bercanda."

Senyum Cakra surut, cemberut. "Masa' bercanda, sih. Pulang sekolah aku langsung ke sini lho, bahkan nggak makan dulu."

Mendengar penuturan Cakra, mata Dira kontan membulat. "Kamu belum makan?!" tanyanya heboh. "Makan dulu sana di kantin. Aku sendiri dulu nggak apa-apa."

Cakra kembali melukiskan senyum, namun bedanya kali ini adalah senyum sendu. Rasanya, seperti ada yang merobek hatinya ketika melihat Dira masih saja memikirkannya di saat dirinya bahkan seringkali melupakan gadis itu. Cakra semakin merasa bersalah. Setiap detiknya.

"Nggak, aku di sini aja. Takut kamu kabur kalo ditinggal," canda Cakra sambil menyubit pelan pipi Dira.

Dia harus menguatkan hatinya di depan Dira.

"Emang aku punya sayap apa, pake kabur segala," sahut Dira, pura-pura kesal.

Cakra tertawa. "Kamu 'kan malaikat tanpa sayap."

"Ye ... nggak nyambung!"

Kemudian, keduanya tertawa dan tak berapa lama saling terdiam diliputi kecanggungan. Cakra bingung mau berbicara apa lagi, begitu pula Dira yang hanya mencium buket bunga.

"Kamu ...," Dira menjeda kalimatnya, memperhatikan Cakra yang kini sudah menatapnya penasaran. "Hubungan kamu sama Alana ... gimana?" lanjutnya, ketar-ketir.

Detik itu juga, air muka Cakra berubah. Terdiam tiga detik sampai kemudian dia tersenyum. Senyum yang Dira paham apa maknanya.

"Mama atau Papa kamu udah jenguk kamu hari ini?"

Cakra yang mengalihkan pembicaraan semakin menguatkan dugaan bahwa ada sesuatu yang sedang ditutupi. Membuat Dira bingung.

"Tadi pagi, sebelum mereka berangkat kerja."

"Bagus kalo gitu."

Dira tersenyum.

Sebelum keheningan kembali melingkupi, Cakra dengan cepat mengeluarkan ponselnya, disodorkan pada Dira, hingga gadis itu bingung dibuatnya.

"Apa?"

"Kita main Ludo. Kalo kamu kalah, hukumannya kamu harus mau di make up sejelek Beast," usul Cakra, tersenyum miring.

Dira tidak mau kalah dengan ikut menaikkan dagu, congkak. "Oke, siapa takut! Begitu juga sebaliknya. Kalo kamu kalah, kamu harus aku make up secantik Bella."

Cakra tertawa. Kepalanya membayangkan bagaimana cantiknya dia nanti. "Siyap, Boss!"

***

Favorably (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang