Dua

53 8 24
                                    

"Bukan waktu yang salah, tapi keadaanlah yang membuat seseorang memaksa dirinya untuk mengalah."

***

Suasana dikoridor sekolah tampak ramai dipenuhi lalu lalang manusia yang berniat menimba ilmu, atau lebih tepatnya datang untuk menggugurkan kewajiban sebagai pelajar. Jarang diantara mereka yang bersungguh-sungguh menjalankannya, kebanyakan dari mereka datang agar mendapat jatah jajan dan berkumpul bersama teman-teman, melakukan kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi masa SMA mereka. Itu jauh lebih menyenangkan, tanpa pedulikan hal-hal yang membuat mereka pusing sendiri.

Ditengah keramaian itu, seorang siswi berjalan dengan pelan, sambil sesekali berhenti melangkah kala perih menghampirinya. Jalannya sedikit menghambat pejalan kaki yang lain. Satu tangannya mengangkat rok panjangnya agar tidak bergesekan dengan luka dilututnya.

Bel berbunyi menandakan pelajaran akan segera berlangsung. Semua siswa-siswi mempercepat langkahnya untuk segera sampai dikelas, begitupun dengan sisiwi ini. Sudah dipastikan mereka mempercepat langkahnya karena biasanya jam pertama akan diisi dengan guru super duper galak, tak segan-segan menghukum muridnya yang datang terlambat. Menyebalkan.

Hal itu membuat Zara ikut mempercepat langkahnya, agar bisa cepat sampai sebelum Pak Wayan datang. Tapi sialnya, kakinya tidak bisa melakukan itu, terpaksa dia harus meloncat dengan mengandalkan kekuatan kaki satunya. Dia meloncat sambil berpegangan ketembok untuk menjaga keseimbangannya, dan itu membuat siswa-siswi yang lewat melihat kearahnya. Zara hanya diam acuh, melirik kearah mereka dengan kesal. Rese! Bukannya membantu mereka malah melirik ke arah Zara dengan tatapan risih.

Nafasnya tersenggal-senggal kala dia berhasil melewati koridor tadi. Dia memutuskan untuk berhenti sejenak dikursi panjang yang terbuat dari semen, yang berada disamping kelas. Semua murid sudah masuk ke kelas masing-masing, suasana diluar menjadi sepi tak seramai tadi, padahal baru 5 menit yang lalu bel berbunyi.

"Zara! Sedang apa kamu?" Suara milik Bu Tati membuatnya menoleh.

Dan menemukan Bu Tati yang berdiri tak jauh darinya, membawa Laptop dan Buku Absen Siswa. Reflex Zara berdiri dan tersenyum sopan.

"Masuk!!" Titah Bu Tati dengan tegas.

Zara mengangguk patuh, dia tidak berani menghela nafas walau dia ingin. Baru saja udara masuk diparu-parunya, nafasnya saja masih belum normal. Dia berjalan dengan pelan dan hati-hati.

"Zara." Panggilan itu kembali membuatnya menoleh.

"Kaki kamu berdarah." Bu Tati menunjuk kaki Zara sambil meringis.

Sontak Zara menunduk melihat kearah kakinya. Tampak darah tembus dari sela rok Abu nya. Cukup banyak, sampai membuatnya ikut meringis. Pantas saja tadi sempat dirasa kakinya perih, dan semakin perih saat dia berusaha berjalan.

"Kamu tidak usah masuk kelas, ke UKS saja. Nanti Ibu sampaikan ke Guru kamu." Ucap Bu Tati segera mengambil tindakan.

Zara menghela nafas pelan, itu bukan keputusan yang bagus, jarak dari sini ke UKS lumayan jauh, dengan kondisi kaki yang seperti ini hanya akan memperparah keadaannya.

"Raka! Sini kamu." Panggil Bu Tati kepada siswa laki-laki yg kebetulan sedang berjalan kearahnya. Ah, lebih tepatnya kearah Toilet Pria.

Laki-laki yang merasa dirinya terpanggil pun menghampiri Bu Tati dengan alis yang tertaut. Rasanya dia tidak melakukan kesalahan, kenapa dia dipanggil Guru kesiswaan ini?

"Raka, bawa Zara ke UKS!!" Raka mengernyitkan dahi tak mengerti siapa Zara yang dimaksud. Cewek ini kah? . Matanya melirik Cewek disampingnya, Zara tengah menunduk mengkipasi lukanya.

Till I Meet You (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang