Sembilan

10 4 0
                                    

"Ada banyak hal yang tidak harus diungkapkan, dan hanya bisa disimpan sendiri agar tidak menimbulkan masalah baru."

🌸🌸🌸

"Gila."

Satu kata yang muncul pertama kali saat Zara selesai menceritakan kejadian di kantin tadi siang. Setelah sebelumnya Fara hanya mendengar desas desus dari yang lain, dan sampai sekarang saat Fara mendengar langsung dari mulut Zara, Fara masih tidak percaya.

Berkali-kali dia mengulang segala sumpah serapah tanda takjub dan juga unbelievable. Fara tentu tidak menyangka temannya akan jadi super hero dan pasti akan menjadi trending topik se-antero sekolah.

"Kenapa lo bisa punya keberanian segitu banyak buat lawan Gigi? Gue saluuuuttt sama lo." Fara memeluk erat Zara.

"Lebay ah, gue cuma berjalan di atas kebaikan sebagaimana manusia mestinya. Segitu langka kebaikan di dunia ini sampe hal kayak gini jadi sorotan banyak orang?"

Fara melepas rangkulannya lalu menaruh bantal untuk menutupi pahanya. "Gimana ya, jaman sekarang itu rasa empati dan simpati seseorang itu semakin menipis. Apalagi semenjak ada kata 'Baper' orang-orang jadi mengabaikan kata maaf dan menurutnya apa yang dia lakukan hanyalah hal kecil semata yang tidak memerlukan kata maaf. Dan apa yang dilakukan Gigi selama ini dianggap suatu kesenangan bersama, lalu saat lo dateng bantu korban, lo akan dinobatkan sebagai super hero. Mereka yang hanya bisa menonton tidak bisa melakukan apapun untuk membantah Gigi, dan bagi mereka lo emang super hero untuk melawan kejahatan Gigi."

"Gue sebenarnya males berhubungan sama Tonggos. Berhubung apa yang dilakukan Tonggos benar-benar melenceng jauh dari norma makanya gue mau bantu Della."

"Apapun alasan lo, lo udah jadi manusia taat yang berjalan dalam kebaikan. Gue harap lo nggak kapok buat nolong korban-korban berikutnya." Fara menyengir.

"Harapan gue sebaliknya, semoga nggak ada lagi korban sampai gue harus lakuin hal yang sama."

Bukan suatu hal yang mudah bagi Zara untuk melakukan hal tadi. Dia harus berdebat hebat dengan hati dan pikirannya. Melawan Gigi bukan hal yang Zara inginkan sebenarnya, setidaknya untuk kali ini. Melawan ratu sekolah sudah pasti akan menggeburkan dayang-dayang untuk membencinya.

Tapi sungguh Zara tidak terlalu memikirkannya. Asalkan bukan orang terdekat yang membencinya karena melakukan hal ini, maka Zara akan baik-baik saja.

"Eh tadi siang pas lo ke kantin, lo dicariin sama pak Wayan buat menghadap dia ke ruangannya. Gue lupa bilang tadi, gue terlalu shock dengar berita tentang lo." Fara menipiskan bibirnya kemudian menatap Zara.

Sontak Zara menepuk jidatnya, "Mampus gue." ucapnya meringis.

"Kenapa?"

"Gue belum buat nilai seni budaya, lo tahu kan waktu itu gue kena musibah yang mana buat gue nggak bisa ikut buat nilai buat bab musik. Gue kira pak Wayan udah lupa sama nilai musik gue, ternyata dia inget. Gimana dong, gue juga udah lupa petikannya gimana. Lo tahu sendiri kalo gue nggak bisa main gitar." kata Zara menjatuhkan tubuhnya ke kasur.

"Lagian aneh banget sih, lo punya gitar tapi nggak bisa main."

"Itu gitar punya adek gue, gue pinjem karena kata orang-orang gitar sekolah udah jelek dan nggak enak dimainkan. Makanya waktu itu gue bawa sendiri. Lagipula gue udah belajar gitar mati-matian, tetap aja emang gue nggak ada bakat disitu."

Till I Meet You (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang