Baginya roti terenak dan yang paling disukainya adalah donat. Iya, donat. Camilan manis yang identik dengan tengahnya yang bolong. Yang setiap era selalu beraneka ragam varian rasanya. Dulu, waktu ia masih berada di Taman Kanak-kanak donat yang ia makan hanya bertopping gula halus dengan extra gula agar bisa dicocol berulang kali. Sedangkan saat ia duduk di bangku Sekolah Dasar ada varian baru dengan topping messes coklat warna warni. Sampai sekarang ia berada di awal SMA sudah ada beragam varian, mulai dari bertabur coklat, macha, coklat kacang, kacang mede, butiran permen kecil, dan masih banyak lagi.
Itulah yang membuat Zara sama sekali tidak bosan dengan donat karena hampir setiap tahun diupgrade terus menerus.
Merek donat favoritenya itu JCO, karena lembut banget dan tidak terlalu full saat dimakan juga cocok untuk camilan.
Selain untuk camilan, donat juga biasa dibuat sarapan oleh Zara karena lumayan mengeyangkan. Saking sukanya ia dengan donat, setiap hari Dito sering ke rumah Zara membawa sedikitnya 1box donat. Salah satu sogokan termanjur saat Zara marah.
Berbeda dengan Zara yang suka dengan donat, ayahnya justru lebih suka kue Lapis Bogor. Katanya enak buat teman ngopi. Sesuai dengan janjinya tadi pagi, ia membelikan Lapis Bogor saat pulang sekolah.
Lalu setelah mendapatkannya ia dan Raka lanjut ke Rumah Sakit ayahnya bekerja.
"Enak." Ucapnya sambil tetap fokus pada jalanan di depan.
Seperti angin lalu Zara tidak begitu mendengarnya, sehingga ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke Raka. "Kenapa?" Sedikit berteriak agar Raka bisa mendengarnya.
Raka menolehkan kepalanya dengan mata mengamati jalan di depan. "Nasi gorengnya enak, gue suka. Makasih."
Sontak ia tersenyum sipu, meskipun bukan buatannya tapi ia senang Raka menghargai pemberiannya. Karena yang ia tahu, seringnya Raka tidak menerima atau bahkan tidak memakannya saat diberi makanan oleh orang lain.
Zara mengangguk, "Nasi gorengnya abis, Kak?"
Dari balik spion Zara bisa liat senyum kecil yang canggung dari Raka. "Iya, maaf gue abisin. Enggak pa-pa kan?"
Gelengan cepat menjadi responnya. "Justru seneng kalo makanannya diabisin, tandanya Kakak ngehargain masakan Mama. Soalnya setahu aku Kak Raka justru jarang menerima makanan dari orang lain, bahkan nggak nyobain sedikitpun."
Raka terdiam cukup lama membuat Zara merasa tidak enak. "Aku salah ngomong ya?" katanya khawatir karena Raka tidak merespon.
Motor berhenti mendadak membuatnya takut Raka marah dan menurunkannya di pinggir jalan.
Zara menunduk khawatir saat Raka melepas helm-nya dan menatap ke arah Zara. "Zara,"
Dahinya mengerut saat tak ada jawaban dari Zara. "Lo kenapa Ra?" Namun Zara masih menunduk tidak berani menatap matanya.
"Hey, Zara?" ia menggoyangkan bahu Zara berusaha meminta kesadarannya.
"Maaf Kak, aku nggak sopan ngomongin Kak Raka di depan Kakak sendiri. Maafin aku." katanya masih menunduk.
Raka tergelak.
"Lo takut gue marah gara-gara yang tadi?"
Zara mengangguk.
"Astaga, gue malah nggak ambil hati untuk hal itu."
"Tapi Kak Raka diem lama nggak respon apa-apa, aku jadi ngira Kak Raka marah."
"Gue diem karna harus fokus buat belok dan gue juga bingung mau respon apa, karena yang lo omongin emang benar."
Tak kunjung menenangkan, Raka menaikkan dagu Zara agar bisa melihat ketulusan dari ucapan Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till I Meet You (Again)
Ficção AdolescenteCover by @-peanutbutterx Ardhiraka Faisal cowok yang selama tiga tahun terakhir menjadi sosok yang mengerikan di mata teman-temannya. Kejadian di masa lalu membuatnya selalu menyendiri meski ditemani oleh 2 sahabat yang selalu ada untuknya. Ia menja...