Tiga (Revisi)

45 9 1
                                    

"Saat kesalahan terjadi, percayalah tak selamanya karena disengaja. Banyak diantaranya yang terjadi karena kecerobohan bukan kebodohan."

***

Hari ini, hari yang melelahkan lagi panjang bagi Raka. Setelah pagi dia mengantar seorang Cewek ke UKS, dan siangnya langsung jadi bahan perbincangan orang-orang, lalu sorenya dia harus kembali berhubungan dengan Cewek itu lagi. Karena sepulang sekolah Raka diamanati oleh Bu Elin, wali kelas nya untuk mengembalikan gitar Cewek itu.
Raka mengernyitkan dahinya bingung, kenapa harus dia? Dia tidak satu kelas dengan Cewek itu, bahkan dia baru mengenalnya tadi pagi, itupun tidak resmi dengan berjabat tangan. Dia hanya tau nama Cewek itu Zara. Sudah itu saja. Jika alasannya hanya karena dia yang mengantar Zara ke UKS, rasanya sangat menyebalkan.

Awalnya dia ingin menolaknya dengan alasan tidak mengetahui dimana rumah Zara. Namun sialnya Bu Elin memaksanya dengan memberikan alamat rumah Zara. Dia kaget saat melihat dimana alamat rumah Zara,

"Ini alamat rumah saya bu." Ucap Raka spontan.

"Hush! Ini rumah Zara. Alamat kalian aja yang sama, kamu no.12 dan Zara no.13." Ucap Bu Elin tidak terima.

Raka memandang datar Bu Elin dan bergumam, "that's my purpose." Guru selalu benar!

"Kenapa Raka? Kamu bersedia kan?" Tanya Bu Elin yang lebih tepatnya menjadi pernyataan sepihak.

Raka menghela nafas dan mengangguk pasrah seraya membawa gitar itu. Bu Elin hanya menggeleng-geleng melihat kelakuan muridnya.

***

Raka masuk kedalam rumahnya setelah tadi dia mengembalikan gitar itu. Dia menitipkannya kepada wanita yang dia duga sebagai nyokap dari Zara, dilihat dari penampilannya yang kekinian tidak mungkin jika itu pembantunya.

Saat dia masuk kehalaman rumah Zara, matanya langsung tertuju pada air mancur yang berdiri ditengah taman kecil yang berada disamping rumah Zara, dengan tanaman air disekitarnya, ditambah lampu hias warna-warni yang jika dilihat malam hari akan sangat indah, bunyi percikan air yang membuatnya menoleh kesana.

Jujur, ia tak habis pikir jika dia tetanggaan dengan cewek itu.

Kenapa dunia sesempit ini? Ternyata benar, dunia tak selebar daun kelor. Dari banyak temannya disekolah, kenapa harus Cewek itu?

Raka membaringkan tubuhnya diatas kasur, tanpa membuka penutup kakinya. Matanya tak terpejam, mengamati setiap sudut dikamarnya. Kosong, tidak ada poster ataupun foto yang menghiasi temboknya, hanya ada jam dinding hitam yang menghiasi.

Warna catnya pun sudah mulai pudar. Menandakan betapa tuanya rumah ini, belum ada renovasi atau sekedar mengganti warna cat dikamarnya.

Terlalu malas baginya mengurusi ini semua, dia terlalu sibuk, atau lebih tepatnya berusaha menyibukan diri dengan berbagai kegiatan diluar.

Belum lagi beberapa bulan lagi akan ada olympiade kimia yang akan dia ikuti, yang mana waktunya akan banyak dihabiskan dengan guru pembimbing disekolah. Dia harus berusaha yang terbaik.

Bukannya dia ambisius, tapi dengan cara ini dia bisa masuk ke perguruan tinggi negeri dengan mudah.

Dia harus berusaha sendiri untuk kehidupan masa depannya.

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu membuatnya menoleh, "Masuk!" Ucapnya.

Seorang wanita muncul dibalik pintu, dan menghampiri Raka yang tengah berbaring. "Makanannya sudah bibi siapkan." Raka menganguk membuat wanita yang dipanggil bibi itu pergi.

Till I Meet You (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang