Delapan

6 1 0
                                    

"We can also be bullies just by watching the bullying."

🌸🌸🌸


"Lo tahu nggak nama IG Raka?" Fara yang sedang mengunyah Sotong langsung tersedak begitu mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Zara.

Fara memandang Zara horor, "Kenapa tiba-tiba nanya gitu? Lo nggak..."

Zara mengangkat bahu dan menyeruput Susu Pisangnya sebelum berkata. "Tanya aja, emang salah ya?" Fara meletakan potongan Sotong yang telah dia gigit dan menjilati jarinya yang dipenuhi bumbu.

"Ya aneh lah Azzara Gillenia. Lo sendiri yang bilang kalo nggak suka sama Kak Raka. Lah sekarang ini apa maksudnya nanya nama IG?" kata Fara memutar bola matanya.

Zara diam sejenak, membasahi bibirnya lalu menjawab. "Nggak suka bukan berarti benci. Nggak suka itu berarti belum suka. Gue cuma pengen tahu aja gimana dia, sampe banyak yang terpesona sama dia."

Termasuk gue

"Yakin cuma mau stalk doi? Awas nanti nyangkut. Kan bahaya jadinya,"

"Kok bahaya?"

"Gue bukannya mau nakutin lo atau apalah, gue cuma nggak mau lo kenapa-kenapa. Udah banyak cerita, setiap cewek yang mau ngedeketin Kak Raka pasti ending-nya nggak bagus. Cause they're always failed before fight. Lo tahu lah siapa yang lakuin itu, dan kebanyakan dari mereka itu cuma berani nyatain dalam hati, istilahnya banyak yang love in silent. You know what? Because they don't wanna to emberrased her self."

"Segitunya ya? Lebay banget sih."

"Sometimes love can be crazy and don't inside in our mind, but love is love which still more like than hate. Love is about happiness, and many people search happiness for their life to be surviver."

"Tapi tetap aja its crazy for me."

"Lo ngomong gitu karena belum pernah ada di posisi mereka."

"Ya udah sih, gue cuma kepo doang sampe segitunya lo ceramahin gue berasa gue salah banget mau cari tahu tentang doi."

Fara menarik nafas lalu menghembuskannya, "Ck, mana hp lo biar gue ketik nama IG-nya."

Zara menyengir dan memberikan hpnya pada Fara.

Dalam hati Zara berpikir, tentang kebenaran cerita yang Fara bilang. Apakah iya ada orang segila itu hanya karena cinta?

Oh ada, orang itu adalah Gigi. Cewek paling nggak jelas yang melabraknya dan mencap dirinya dengan sebutan paling tidak pantas untuk didengar. Jangan lupakan juga lebam biru di bahunya, bekas 'Perkenalan' dari Gigi.

Mungkin saat itu Zara kaget. Karena dia tidak tahu menahu tentang yang Gigi katakan. Namun tetap saja itu tidak bisa dijadikan dasar dia harus mendapatkan perlakuan dari Gigi dan juga tidak bisa diajadikan pembenaran atas apa yang Gigi lakukan padanya.

Seharusnya kasus itu bisa diatasi. Sejak dulu.

Harus ada yang menghentikannya. Ini akan menjadi tradisi yang akan terus berjalan jika tidak ada yang menghentikannya. Semua orang bisa menjadi Gigi, karena didasari oleh balas dendam atas apa yang dulu pernah dirasakannya. Dan jika ini terus berjalan, maka akan semakin banyak kasus pembullyan di sekolah ini.

Zara menggeleng heran, kenapa harus ada penyiksaan bagi orang yang mencintai. Ini egois. Benar-benar egois.

"Udah berapa lama si Tonggos nge-bully anak-anak?" tanya Zara dengan menghadap Fara sepenuhnya.

Fara mengerutkan dahi lalu menatap Zara. "Tonggos? Siapa yang tonggos?"

"Itu si Gigi Tonggos, dia kan pake behel gitu dan cuma orang yang tonggos yang pake behel." ucap Zara asal.

Till I Meet You (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang