They only know the news from the other mouth, not our mouth."
-Raka-
🌸🌸🌸
Dering hp membuat Zara menggeliat dari tidurnya. Dia mengerutkan dahinya dan mengucek matanya pelan, Zara melirik hp nya yang menari-nari dan refleks menangkapnya saat berada di ujung nakas.
Nama Dito muncul di layarnya, Zara menarik tombol hijau dan menempelkan di telinganya. "Halo." suara Dito lebih dulu mengawali.
"Hmm," gumam Zara sambil memegangi kepalanya yang pusing karena terbangun tiba-tiba.
Di ujung sana Dito berdecak, "Lo masih tidur ya? Kebo banget lo."
Zara hanya bergumam tidak jelas, terlalu malas untuk berbicara. Lagipula seharusnya Dito tahu kalo ini waktunya Zara dengan kasurnya. Zara akan menghabiskan waktunya di kamar sampai sore hari, menonaktifkan datanya dan memutuskan kontak dengan semuanya. Seperti mengasingkan diri dari kebisingan dunia.
Tapi gagal karena Dito yang mengingatkan jika Zara ada urusan selain dengan kasur. "Lo lupa ya, katanya hari ini mau ke toko kue? Gue udah siap di depan rumah lo, eh lo nya malah belum bangun. Gue tinggal aja ya kalo gini." ancam Dito.
Zara menepuk jidatnya, dia lupa jika hari ini ada keperluan. Seharusnya Zara memasang alarm, ah tapi tetap saja itu tidak akan berguna mengingat betapa kebonya Zara.
Zara menyibak selimutnya dan langsung menuju kamar mandi dengan terburu-buru. "Jangan pergi dulu, dua puluh menit lagi gue turun. Lo masuk aja, tunggu di ruang tamu."
Hp nya di jepit antara bahu dan telinga, sementara tangannya sibuk memilih baju yang akan dia pakai. "Pake baju biasa aja, nggak usah lebay ini kita mau ke toko kue bukan ke party." ucap Dito seakan tahu jika Zara sedang memilih baju.
Zara mendengus, "Gue juga tahu, yakali gue pake dress yang ada nanti banyak yang suka sama gue. Gue cuma bingung harus pake baju warna apa?" tanya Zara.
Zara memang selalu bingung tentang warna baju yang akan dipakai. Menurutnya warna baju yang bagus akan berdampak pada wajahnya. Lebih glowing katanya. Dan warna baju juga bisa mempengaruhi mood-nya.
Jika kebanyakan orang bingung harus memakai baju apa, berbeda dengan Zara yang lebih bingung menentukan warna baju. Zara bisa dibilang tidak terlalu ribet untuk memilih model baju, asalkan dia nyaman maka dia akan pakai.
"Warna biru. Udah cepet keburu tutup itu tokonya." jawab Dito.
Zara mengangguk setuju, "Oke, tunggu bentar gue mandi dulu." Zara memutuskan panggilan dan bergegas mandi.
Setelah selesai mandi Zara memakai kaos biru lengan panjang dengan jeans biru tua. Sedikit polesan bedak bayi dan Lip ice di bibirnya.
Zara mengambil tas kecilnya dan langsung turun ke bawah menemui Dito.
"Lama amat, gue udah abis dua toples gini lo baru dateng." ucap Dito dengan toples cookies di pahanya.
"Bilang aja lo laper, gue cuma telat lima belas menit doang." sungut Zara.
"Ini kue buatan Mama?" tanya Dito sambil memasukan cookies ke dalam mulut untuk ke sekian kalinya.
"Iya, dan ngapain lo makan kue sebanyak itu. Btw, itu kue jatah Ayah untuk dua hari kedepan dan sekarang malah lo abisin. Gue nggak mau tanggung jawab ya, kalo nanti Ayah tanya kemana ilangnya kue-kue ini."
Uhuk.
Dito menatap horor dua toples di depannya yang tinggal remahan rapuh tanpa bentuk. Sontak Dito memasukan kembali kue terakhir yang niatnya ingin dia makan. "Gue balikin lagi nih, kenapa lo nggak bilang dari awal. Tahu gitu gue nggak makan semua." ucap Dito lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Till I Meet You (Again)
Fiksi RemajaCover by @-peanutbutterx Ardhiraka Faisal cowok yang selama tiga tahun terakhir menjadi sosok yang mengerikan di mata teman-temannya. Kejadian di masa lalu membuatnya selalu menyendiri meski ditemani oleh 2 sahabat yang selalu ada untuknya. Ia menja...