Tujuh belas

16 2 1
                                    

Happy reading

🌸🌸🌸

Pentas seni menyambut ulang tahun sekolah tinggal sepuluh hari lagi. Semua persiapan berangsur dilakukan. Mulai dari persiapan gedung, sudah dipesan jauh-jauh hari. Juga makanan untuk para tamu undangan disiapkan oleh panitia.

Semakin gencar pula latihan yang dilakukan bagi yang berkesempatan tampil di panggung. Begitu pula Zara dan Raka. Keduanya semakin intim bersama untuk latihan.

Tempat manapun mereka datangi untuk membawa kesan nyaman saat latihan, mulai dari taman, rumah Raka, studio, kelas, bahkan kafe sekalipun.

Seperti kali ini, Zara meminta untuk latihan di kafe dekat sekolah. Selain untuk melatih keberanian, pemilik kafe ini merupakan teman dekat mamanya. Jadi Zara tidak perlu sungkan untuk meminta izin.

Perhatian pengunjung kafe tertuju pada mereka begitu Zara dan Raka mulai membawakan sebuah lagu.

Di ujung sana tante Berlin tersenyum sambil menunjukan jempolnya.

Itu sedikit membantu dirinya agar lebih santai dan bernyanyi relax.

Beberapa terus memusatkan perhatiannya pada keduanya, sisanya memilih menyantap makanannya dengan sesekali melirik ke arah mereka sambil tersenyum.

Hingga akhir lagu dinyanyikan, tante Berlin tetap tersenyum dan bertepuk tangan begitu lagu selesai dinyanyikan. Begitu juga para pengunjung ikut bertepuk tangan.

Zara tersenyum dan menunduk terima kasih. Lalu menoleh menatap Raka yang sedang menatapnya lembut. Dengan Raka yang masih duduk di kursi piano.

Zara tidak bisa menahan senyumnya setiap kali menatapnya. Detak jantungnya bergerak cepat, hingga bibirnya sedikit terbuka. Terpana melihat Raka semanis itu saat dilihat.

Seakan tidak ingin membuat Zara lengah dengan manik matanya. Raka bergerak mendekat ke arahnya dengan tatapan tertuju padanya.

Hingga tanpa sadar Raka sudah berdiri di depannya. Dengan senyum kecil Raka mengusap dahinya yang dihadiahi pekikan suara dari pengunjung.

Zara menahan napas saat jaraknya sedekat ini dengan Raka, bahkan ujung sepatunya bersentuhan dengan ujung sepatu Raka. Ia tidak pedulikan suara di sekitarnya saat Raka membisikan sesuatu di telinganya.

"Lo lucu kalau lagi bengong." ucapnya sambil terkekeh.

Zara sampai bisa merasakan hembusan napas Raka di telinganya, membuatnya tertawa pelan menahan geli.

Degupan jantungnya menggila hanya dengan dibisiki oleh Raka dengan jarak seintim ini.

Untuk kesekian kalinya Zara dibuat tersipu hanya dengan mendengar ucapan Raka.

Mungkin Zara akan terus berdiri disini yang sibuk mengendalikan detak jantungnya, jika Raka tidak menariknya turun karena banyak yang menjadikan mereka tontonan.

"Itu pacar kamu ya Ra?" tante Berlin mendekat saat Raka pamit ke belakang.

Zara terkejut mendengar pertanyaan tante Berlin, namun tidak sanggup menutupi rona di pipinya.

Till I Meet You (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang