Pergi

407 41 10
                                    

Bobby menghentikan kegiatannya membereskan baju kedalam koper,jantung nya berdetak cepat seperti ada sesuatu yang terjadi entah itu apa,tapi yang jelas perasaan nya mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan firasat nya.

Drrrtttt,,,drrttt.

Getaran HP yang ia letakkan di atas meja mengagetkan lamunan lelaki itu.

Shania junianatha calling.

Bobby menggerutkan alisnya heran,pasalnya ini adalah pertama kali gadis itu menghubunginya sejak ia kenal dengan keluarga dari temen ayahnya itu.

Tanpa pikir panjang ia mengangkat panggilan itu.

"Hallo Nju,,

"Hallo Bob lu dimana .? Gue mau ketemu elo sekarang,ada hal penting yang ingin gue sampai kan."

"Gue ada di rumah,tapi sebentar lagi akan berangkat ke bandara ."

"Apa bandara,,lo mau kemana,jangan bilang lo mau ninggalin kakak gue.

"Maaf tapi gue ngk bisa ." Jawab Bobby lirih .

"Hallo Bob lo masih disana kan,,Bob,, Bobby .

Tututuut.

Bobby memutuskan panggilan secara sepihak,ia tau Shania pasti akan marah klau sampai mendengar keputusan nya untuk pergi meninggal kan Indonesia dan juga kakak kesayangan nya .

Tapi kini ia tak punya pilihan lain,dan sebenarnya dari lubuk hatinya yang paling dalam ia juga tidak akan sanggup meninggal kan gadis yang beberapa hari ini mengisi keseharian nya .

"Maafin aku Ve,mungkin di kehidupan kedua nanti Tuhan akan mempersatukan kita." Ucapnya mengelus layar iPhone nya dimana foto gadis itu tersenyum manja.

Ia kembali meletakkan alat canggih itu di atas meja,dan melanjutkan aktifitas melipat baju yang akan ia bawa.

---

"Shit ,,,maksud Bobby apaan sih,ngk ,gue harus cegah Bobby pergi,ini demi Kak Ve." Gadis itu mengangkat hpnya tinggi-tinggi dan siap untuk di hancurkan,namun niat itu gagal mengingat ia masih membutuhkan alat komunikasi itu untuk urusan ini.

Sedetik kemudian ia berlari menuju ke jalan raya untuk mencari taksi atau kendaraan apapun yang dapat mengantarkan nya ke bandara.

----

"Dokter gimana keadaan anak saya,dia baik-baik saja kan.?" Tanya Marco menghampiri dokter paruh baya itu dengan panik,melody menggigit bibir bawahnya tak siap jika harus mendengar ucapan dokter tentang kondisi putri nya.

"Kondisi putri bapak sangat menurun,vitamin yang harusnya di konsumsi seperti nya kemarin sama sekali tidak di minum ,dan itu juga yang membuat kondisinya lemah,untuk beberapa waktu ia butuh perawatan khusus untuk selalu memantau kondisinya, dan satu lagi ,tadi ia sempat sadar dan menyebut nama mas Bobby,klau boleh tau siapa dia.?" Marco dan melody saling melirik sebelum akhirnya mengangguk.

"Dia calon tunangan nya dok." Jawab Marco yakin.

"Klau bisa suruh dia kesini untuk menemani nya ,siapa tau dengan kehadiran orang yang ia cintai kondisi nya bisa segera membaik ." Lanjut sang dokter.

"I,,iya dok,nanti kita akan hubungi dia." Jawab melody melirik Marco yang terlihat bingung.

"Kalau gitu saya permisi." Pamit dokter itu meninggal kan melody dan Marco.

"Ayah kenapa sih diem aja.?" Tanya melody menarik lengan Marco untuk duduk di kursi yang ada di tempat itu.

"1 jam yang lalu, gery kasih tau ayah klau hari ini Bobby akan pergi ke Paris mel." Melody menutup mulutnya tak percaya.

The Sister Love Story (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang