Problem

384 36 6
                                    

Dengan langkah cepat Bobby berjalan memasuki salah satu rumah sakit terbesar yang ada di Jakarta . Tangan nya menggenggam erat tangan veranda yang turut berlari kecil dengan nya.

"Sus,ruang UGD dimana ya." Tanya lelaki itu pada resepsionis yang bertugas di sana.

"Mas jalan lurus Trus belok kiri di situ udah kelihatan dari sana." Jawab suster itu dengan ramah.

Setelah mendapat kan jawaban sang suster Bobby kembali melangkah dan berlari kecil sambil menengok ke arah Ve yang juga terlihat ngos-ngosan.

"Itu Shania, kita kesana." Ucap Bobby saat sudah menemukan Shania disalah satu kursi ruang tunggu.

"Shan,,gimana,? Mas Gibran mana.?" Tanya Bobby tak sabar.

"Bobby,Kak Ve, Gibran lagi ditangani dokter ." Jawab Shania berdiri dari duduknya.

Tak lama seorang di dokter laki-laki keluar dari ruang UGD Bobby langsung menghampiri nya .

"Dok,gimana kondisi kakak saya,dia baik-baik aja kan.?" Tanya Bobby panik,veranda mengelus punggung tangan Bobby berharap mengurangi kekhawatiran lelaki itu.

"Luka nya tidak terlalu parah,hanya saja benturan di kepalanya yang lumayan keras membuat dia harus mendapatkan perawatan lebih ,tapi selain itu tidak ada yang mengkhawatirkan ." Bobby menghela nafasnya lega .

"Kita boleh lihat dia dok.?" Tanya Bobby lagi.

"Bisa ,setelah kita memindahkan nya ke ruang rawat." Jawab dokter itu kemudian pergi meninggal kan mereka.

"Sayang kamu duduk dulu gih,." Suruh veranda menarik tangan Bobby untuk duduk di Kursi yang ada disana.

Tangan kiri Ve terangkat untuk mengelap keringat yang mengalir di pelipis Bobby,sementara itu Bobby yang di perlakukan seperti itu hanya memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut kekasihnya.

"Maaf ya tadi sempat ajak kamu lari-lari,pasti kamu capek ya,Hm.? " tanya Bobby lembut meraih tangan veranda yang masih singgah di pipinya lalu mrngecup nya penuh sayang.

"Ngk papa kok,aku ngk capek." Jawab Ve menyadarkan kepala nya di bahu Bobby.

"Kacang-kacang seribu 3." Ucap Shania yang merasa terabaikan karna kedua insan itu lebih asyik bermesraan tanpa menganggap keberadaan nya.

Ve dan Bobby terkekeh pelan .

"Kamu udah makan dek.?" Tanya ve mengangkat kepalanya dari bahu Bobby dan menatap Shania .

Gadis itu menggeleng cemberut.

"Makan tempe doang tadi Kak,sekarang lapar." Jawab nya dengan raut wajah memelas nya.

" ya udah kakak temenin ke kantin rumah sakit yuk,biar mas Bobby masuk sendirian ." Lagi-lagi gadis itu menggeleng .

"Aku mau pulang aja,pengen makan masakan mami aja," jawab nya membuat Bobby dan Ve saling menatap.

Ve baru ingat kalau adiknya itu memang tak terbiasa makan-makanan luar selain sekolah.

"Ya udah aku anterin kalian pulang dulu,lagian mas Gibran juga udah ngk papa kan." Usul Bobby .

"Aku ngk mau pulang,aku masih mau temenin kamu disini," tolak Ve menarik tangan Bobby yang baru saja ingin berdiri .

"Tapi kamu harus istirahat sayang,besok kan harus ke sekolah." Ucap Bobby mencoba menasehati Ve,gadis itu menggembung kan pipi nya pertanda bahwa ia tidak setuju dengan keputusan Bobby.

Shania menatap Ve dan Bobby sendu,pasalnya ia tak pernah melihat kakak nya bersikap manja seperti ini sekalipun pada sang mami ,tapi sekarang ia melihat Ve banar-benar terlihat manja bersama Bobby .

The Sister Love Story (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang