3

12.9K 115 0
                                    


Aku duduk di salah satu meja di sebuah kafe sambil memijit-mijit keningku. Didepanku tersedia laptop yang sudah menjadi pacar keduaku dan segelas espresso. Teringat akan percakapan antara aku dan Anissa beberapa hari yang lalu di rumahnya.

"Jadi, selama ini Anissa suka liat Dara ketawa-ketawa sendiri di telepon gitu. Tapi dia biasanya telepon pake WhatsApp, dan nama contact-nya 'DmzAP'. Anissa duga sih itu Dimas pacarnya Angie. Soalnya, selama ini Anissa hanya tahu Dimas itu yang pacarnya Angie, udah gitu nama panjangnya kan Dimas Angga Pratama. Cocok banget sama inisial belakangnya. Soal username yang agak beda itu, Anissa duga Dara yang ngubah, supaya gak ketahuan sama siapa-siapa. Tapi untung otak Anissa selalu di tengah, jadi agak pinter dikit, hehehe,"

"Jadi, maksudmu, Dara sering banget nelpon Dimas?"

"Sering banget sih, enggak, kalau lagi bareng sama Anissa. Tapi mungkin, di belakang Anissa pasti sering. Pernah nih, Anissa buka-buka hapenya, mumpung orangnya ke toilet, phone log-nya isinya hampir nama Dimas semua. Jadi, yah, mungkin sering banget. Ngelebihin makan tiga kali sehari gitu deh. Eh, by the way, kok Angie tumben nanya hal kayak gini ke Anissa? Emang kenapa?"

"Yah, gitu deh. Dimas kemaren habis nelepon Dara, selama satu jam, trus tiba-tiba tidur di kasurku tanpa bilang apa-apa, trus cuek banget sama aku. Kok bisa ya, mereka akrab gitu? Padahal mereka jarang banget ngomong gitu deh,"

"Waduh, Ngie. Sorry ya kalau gak sopan, tapi kayaknya..."

"Dara sama Dimas punya hubungan, gitu maksudmu?"

"Maaf ya, tapi kayaknya sih seperti itu. Anissa juga gak paham. Eh, ngomong-ngomong, kok Angie bisa tahu kalau Dimas suka telepon Dara?"

Aku menghela nafas. "Iya, sama kayak kamu. Aku lihat di contact Dimas, tulisannya 'Dara Sweetie',"

Anissa hanya melongo tak percaya.

"Angie..."

"Apa?"

"Sepertinya aku tahu..."

---

Entahlah. Mungkin hubungan kami akan berkahir. Karena, aku sendiri jadi agak malas ketemu sama Dimas, dan bahkan Dimas sudah jarang datang ke rumahku. Biasanya bahkan tiap malam, lalu paginya langsung pergi kerja.

Tapi, apa yang harus kukatakan pada orangtua? Bahkan mereka pun udah merestui hubungan kami berdua, dan malah mereka sempat menawarkan untuk mengurus acara pernikahan kami, yang akhirnya mereka hanya mengurus tempat dan pendeta yang akan memberkati kami saja.

Aku kembali memijat-mijat kepalaku. Pusing.

Sepertinya aku mau pingsan.

---

(Author's P.O.V)

Anissa duduk-duduk di sebuah restoran mungil yang cantik, dan didepannya duduklah Artha. Ya, Artha pacar Anissa yang kerja di Bandung. Dan kebetulan Artha liburan ke Bali, jadi Anissa mengajaknya makan di suatu tempat.

Namun, ada hal aneh yang meliputi perasaan Anissa. Anissa hanya merasa bahwa... Artha sudah tidak bergairah lagi. Bahkan hari ini saat melihat Anissa yang memakai rok ketat dengan atasan yang juga ketat dan memperlihatkan perut dan lekukan badannya, Artha tidak bersemangat sama sekali.

Namun Anissa tetap bersabar. Mungkin Artha sedang kelelahan, pikirnya. Walaupun Anissa tidak melihat rona kelelahan dalam wajahnya. Tapi ya udahlah, pikirnya lagi. Mungkin Artha memang benar-benar lelah, namun sengaja menutupinya demi Anissa.

Love ...or Sex?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang