15

9.5K 96 0
                                    


saya kembaliii!

huft, sorry ganti username, soalnya my dad udah punya wattpad, dan itu adalah berita terhoror.

sorry for typosya, kawan! ;)

Hari-hariku berjalan dengan lancar. Dan ada tiga hal yang perlu kau ketahui,

1. Anissa sudah pulang dari Hongkong. Dia membawakanku baju-baju mahal yang banyak sekali, mungkin aku harus membeli lemari baru untuk ini. Kami berjalan-jalan di Beachwalk hingga semua toko tutup kemarin malam lalu memesan kamar hotel untuk kami berdua di sebelah Pantai Kuta, sekedar bersenang-senang.

2. Aku diutus untuk menjadi fotografer di majalah Heritage, majalah untuk fashion yang sedang diurus Anissa. Well, memang Anissa yang memintaku dan aku pun mau, mumpung Blairé, kamera Nikon d5200 punyaku sudah lama tidak kupakai untuk kerja.

3. Aku resmi menjadi pacar Dimas. Bahkan sebenarnya, kalau memang hal ini wajar, Dimas sudah mau melamarku. Namun aku berkata bahwa, biar jalani aja dulu, mungkin nanti ada ketidakcocokan kami yang membuat dia malah menyesal meminangku.

Semuanya seperti mimpi. Aku merasa seperti dijatuhkan lalu diangkat kembali, lebih tinggi dari posisiku sebelumnya dengan Tuhan. Ketika kesialan menimpaku, tiba-tiba datang keberuntungan begitu saja dalam hidupku. Hidup ini memang sulit ditebak. Tapi, aku tetap bersyukur akan hal itu. Belum tentu kita besok masih hidup, kan?

Maka, bersyukurlah atas apa yang menjadi hidup kalian saat ini. Sama seperti aku. Mungkin, besok aku bakal dijatuhkan lagi, diberi cobaan, tapi lalu diangkat lagi, lebih tinggi posisinya dari sebelumnya.

Saat ini aku sedang menikmati senja di Pantai Kuta, bersama Anissa. Anissa selama ini terus kutemani, karena, yah, kasian aja. Dia kan belum punya pacar. Walaupun aku udah ada pengganti, tetap aku tak bisa meninggalkan Anissa gitu aja dong.

Walaupun keindahan pantai ini sudah sering kudatangi, tetap aku gak bosan. Suasananya, orang-orangnya, memberikanku inspirasi. Aku mendesah. Tak ada yang terlalu buruk bagi manusia. Mau seburuk apapun kehidupan manusia, tak ada yang tak bisa mengatasinya. Hanya dengan bersabar dan berdoa, pasti lancar.

Anissa melamun disebelahku. Bulu matanya yang lentik melambai pelan terkena embusan angin. Mata coklatnya yang indah menatap kosong kedepan. Rambutnya yang dikuncir satu, menyisakan sedikit anak rambut di dahinya, ikut melambai pelan. Bibirnya yang ranum dan penuh terkatup rapat. Terkadang kulihat lidahnya menjilat sedikit bibirnya. Tangannya yang ramping dan lentik memeluk lutunya yang ditekuk. Cantiknya sahabatku ini. Kalau kupikir, bodoh juga Artha meninggalkan dia. Memang dasar cowok itu butuhnya cuma nafsu.

Sama seperti Dimasku yang ini. Aku tersenyum.

Seakan baca pikiranku, ponselku berdering Lagu Pentatonix yang 'Can't Sleep Love' mengalun pelan. Suara Scott Hoying yang cakep itu membuatku tersadar. Kalau suaranya Mas Scott yang guanteng berbunyi, berarti yang nelpon orang ganteng juga. Siapa lagi kalau bukan Dimas? Aku mengangkat telepon. Anissa masih terbengong disebelahku.

"Halo?"

"Ngie? Sweetheart, kamu dimana? Aku didepan rumahmu, nih. Kamunya gak ada."

"Oh iya, maaf. Aku lagi jalan sama Anissa, nih. Maaf lupa kasih tahu." Jawabku sambil menengok kearah Anissa. Anissa juga sedang menatapku, pasti tersadar ketika aku menyebutkan namanya barusan.

"Oh gitu. Yaudah. Aku tunggu di dalem aja ya? Kapan pulang?"

"Boleh. Kunci ditempat biasa, ya. Bentar lagi kayaknya aku pulang. Dah,"

"Bye, Hon." Telepon kuputus.

"Siapa, Ngie? Dimas?" tanya Anissa begitu kututup telepon.

"Yah, seperti biasa." Jawabku.

"Ooh... trus, Angie mau pulang sekarang?"

"Ya, terserah kamu lah. Kan aku disini nemenin kamu." Aku tersenyum. Anissa pun balas tersenyum. Senyum penuh terimakasih.

Aku merangkul Anissa. Anissa menyandarkan kepalanya ke pundakku.

Kami berdua duduk dengan posisi seperti itu hingga matahari terbenam.

---

"Oke, Nis, besok ya," ucapku setelah aku mengantarkan Anissa ke rumahnya.

"Makasih ya, Ngie, udah mau luangin waktu buat Anissa." Balasnya tersenyum tipis. Tiba-tiba ponselku berbunyi lagi. Scott Hoying mengalun disana. Nama Dimas tertera di layar. Kubiarkan ponsel itu berbunyi. Kutatap Anissa kembali.

Matanya sendu melihat ponselku. Aku iba padanya. Kupeluk pelan dirinya. Anissa sedikit terkesiap, namun akhirnya membalas pelukanku. Erat.

"Sama-sama, Nis." Jawabku akhirnya setelah pelukan kami berderai. Aku menemani Anissa masuk kedalam rumahnya hingga dia menutup pintu rumah, lalu aku masuk kedalam mobil.

Oke, satu urusan selesai.

Sekarang ada urusan lain menanti di rumahku. Aku tersenyum.

---

Author's P.O.V

Anissa mengangkat teleponnya yang berdering, tepat ketika Angie menyalakan mobilnya pulang. Anissa menggeram ketika melihat nama yang tertera di layar. Dia lagi, dia lagi.

"Kenapa?" jawab Anissa ketus. Lalu ia terdiam, mendengarkan suara penelepon di seberang sana.

"Ya kamu, sih!" tukasnya lagi. Kesal sekali Anissa pada orang ini.

"Ya, pokoknya kalo kamu ada usaha, aku baru mau bantu! Jangan Anissaaa aja terus yang diandelin!" Anissa lalu langsung menutup teleponnya.

-

Love ...or Sex?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang