Nih lagi nih... hehe. Sorry for typos ya fellas! :)))
Aku terperanjat melihat mobil yang diparkir tepat didepan rumahku. Mobil hitam yang selalu membuatku terpekik sennag ketika bertandang ke rumahku, rumah orangtuaku dulu. Kenapa dia tahu aku tinggal disini sekarang? Oh, Hell, aku mesti pindah rumah lagi.
Dimas Angga Pratama sedang mengetik sesuatu di ponselnya sambil bersandar pada kap depan mobil. Dia lalu menempelkan ponselnya ke telinganya sambil menengok ke arah rumahku, seolah sedang meneleponku. Well, aku sudah ganti nomor untuk menghindarinya. Dia memakai kaus hitam ketat yang selalu aku suka, karena badannya sungguh tegap dan kokoh ketika dia memakainya. Oh, Tuhan. Jangan bilang aku masih mencintainya.
Aku tidak bisa ke rumahku sekarang juga. Kuputar mobilku ke luar kompleks dan menyetir asal-asalan. Yang penting tidak bertemu dengan dirinya. Aku masih tak sanggup mengendalikan diriku.
Selagi menyetir, pikiranku kemana-mana. Untuk apa dia kemari? Hah, pasti karena sudah putus dengan Dara. Makanya dia minta balik lagi sama aku. Hah, memang dasar buaya darat! Dasar playboy! Dasar pecundang! Dasar... aduh, mengapa airmataku turun terus?
Tanpa kusadari, mobilku melaju menuju rumah Dimas. The new Dimas. Dimas yang baru saja menemani hariku. Bukan Dimas yang tadi, yang berada di rumahku saat ini, yang telah mengangkatku tinggi-tinggi lalu menjatuhkannya begitu saja. Dan, aku sadar sekarang. Aku... telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang Dimas Roland Jonas, Dimas baruku.
---
(Author's P.O.V)
Dimas tengah memakai kaos rumahnya ketika ada seseorang yang memencet bel rumahnya. Dia melihat jam. Hmm, jam 9. Siapa ya, yang jam segini mau datang ke rumahnya? Dia tak memiliki satupun teman dekat yang suka datang-datamg ke rumah. Dia jarang memiliki sahabat di Bali. Hmm, kalau bukan, mungkin orangtuanya. Mungkin ada sesuatu yang terjadi. Tapi, mereka sih biasanya menelepon, kan tempat mereka jauh dari sini. Terus, siapa dong?
Ketika otaknya sedang bergumul, suara bel tersebut semakin kencang. Semakin cepat. Khawatir mungkin itu adalah orangtuanya, Dimas segera membuka pintu dan terbelalak kaget.
...Dia? Ngapain lagi sih kesini? Dimas memberikan wajah poker face pada orang yang berada di depannya.
---
Aku memberhentikan mobil tak jauh dari rumah Dimas. Kenapa? Karena aku tiba-tiba lihat ada mobil kecil, mungkin mini cooper diparkir tepat didepan rumah Dimas. Aku mengusap mataku, merapikan penampilanku. Ah, masih sama saja dengan yang tadi. Aku hanya butuh teman curhat kok, bukan mau ngapa-ngapain di rumahnya.
Tepat ketika aku mau membuka pagar, kulihat pemandangan aneh di depan rumahnya. Dimas, membelakangiku, sedang beradu argumen dengan seseorang di depannya, yang berdiri menghadapku. Dan, orang itu laki-laki. Ya, laki-laki. Tetapi, ada yang aneh dengan mereka. Laki-laki tak dikenal tersebut seolah-olah marah sama Dimas akan sesuatu hal, terdengar dari pekikan-pekikannya dan Dimas seperti sedang membela dirinya. Setelah beberapa lama seperti itu, laki-laki tersebut, tanpa aku duga, memeluk Dimas. Erat. Layaknya seseorang memeluk orang yang dicintainya.
Aku terbelalak. Kaget sekali. Aku berjalan cepat ke arah mobilku, lalu duduk diam dalam mobil sembari menetralisir debar jantungku. Astaga! Jangan bilang Dimas itu gay! Dan, barusan itu pacarnya! Astaga!
Ketika kupikir-pikir kembali, rasanya semua masuk akal sekarang. Pertama kali salah sambung meneleponku, dia memanggilku Jeremy. Ketika kami tabrakan, dia menyalahkan Jeremy. Dan, mobil mini cooper imut tadi, punya Jeremy! Begitu! Jadi mereka adalah pasangan gay dan Jeremy sebagai 'perempuan'-nya!

KAMU SEDANG MEMBACA
Love ...or Sex?
DragosteKehidupan 2 orang Dimas dalam hidup Angie yang penuh gairah, hawa nafsu, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan 18+ ini, siapa yang mau?