9

8.4K 93 0
                                    

Nih, author kasi lagi nih... biar puas hehe :))))

"Angie?" suara Dimas membuyarkan lamunanku. Aku tersentak.

"Angie gapapa?" tanyanya sambil sesekali menoleh ke arahku.

"Ah, gapapa, gapapa." Jawabku.

"Kita mau kemana nih? Kan, tadi kamu yang ajak kabur," tanyanya. Aku berpikir. Hmmm, kita sudah terlanjur berdua di mobil ini. Kalau menurunkannya di jalan kan mana enak. Lagipula... sepertinya aku penasaran dengan seorang Dimas ini.

"Hmmm... kita ke mall aja. Beachwalk!" seruku menyebutkan salah satu mall yang tempatnya tepat didepan pantai Kuta. Aku sudah lama tidak kesana, menghamburkan uangku untuk membelanjakan baju-baju yang memanjakan mata bagi yang melihatnya.

"Boleh juga," jawabnya. Lalu suasana hening kembali.

"Anu..."

"Eh..."

Kami mengucapkannya berbarengan. Lalu tertawa.

"Kamu duluan," ucap Dimas.

"Anu... makasih ya, udah bantuin aku kabur tadi. Untung ada kamu. Kalau enggak..."

"Udah mati di tempat ya?" sahut Dimas. Lalu kami tertawa lagi. "Makasih juga loh, udah pinjemin mobil. Kalau gak..."

"Jalan kaki pulang?" sahutku sekarang. Lalu kami tertawa lagi. Ternyata, Dimas orangnya fun.Kami menghabiskan waktu di mobil dengan berbicara ria.

---

Setelah Dimas berhenti di depan rumahnya, dia pun melepaskan sabuk pengaman. Aku, jujur, agak sedih ketika tahu bahwa kami akan berpisah sedemikian cepat. Ah, tak apalah. Toh aku sudah tahu rumahnya.

"Angie..." ucap Dimas membuyarkan lamunanku. Kulihat wajahnya juga sedih saat melihatku.

"Udah malem," lanjutnya. Aku lihat jam. Ah, jam 8. Kenapa cepat sekali? Rasanya seperti baru 1 jam kami berjalan bareng. Aku kembali memandangnya dengan eksepresi tanya.

"Makasih ya buat hari ini. Kamu tahu jalan pulang ke rumahmu, kan?" Aku mengangguk. Dimas pun tersenyum, menepuk pipiku dan keluar dari mobil sebelum aku pindah ke tempat pengendara. Dimas memerhatikanku dengan seksama selagi aku berusaha memindahkan badanku.

"I'm sad to know that it's already noon," ucap Dimas ketika aku kembali memandangnya.

"Yah, aku juga. Just see you when I see you. I would like to hangout again with you," jawabku sambil memasangkan sabuk pengaman. Tepat ketika tanganku menyampai pangkal sabuk pengaman tersebut, Dimas menarik tanganku, menyingkirkannya dan menciumku. Di bibir.

Aku terkejut. Bibirnya masih melumat bibirku lembut. Basah, dan hangat. Aku membalasnya, menyentuh lengannya. Selama beberapa detik, akhirnya kami melepaskan ciuman tersebut. Wajahku memanas dan wajah Dimas kulihat memerah.

"Sori, aku gak bermaksud—"

"Gak apa-apa," potongku, menutup pintu, menyalakan mobil, lalu membuka jendela. "Sampai ketemu lagi," aku tersenyum padanya. Dimas balas tersenyum dan akupun menjalankan mobilku. Kulihat lewat spion Dimas terus memandangiku hingga sampai ke belokan dan wajahnya tak kelihatan lagi.

Aku mendesah. Secepat ini?

...Dimas lagi?

Love ...or Sex?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang