Bagian Tujuh.
Happy reading..
Siapa bilang kelas IPA tidak seseru kelas IPS?
Siapa bilang kelas IPA muridnya pintar semua?
Siapa bilang kelas IPA pendiam semua?
Nyatanya, itu hanya pandangan kalian dari luar saja. Anak IPA sebenarnya tidak se-membosankan itu.
Asal kalian tahu. Ada anak IPA yang bahkan tidak suka biologi, fisika dan kimia sama sekali. Sungguh.
"Sak karepmu lah. Mangga ceblok kok dihitung. Mangga ceblok yo tak pangan," pekik Fian lalu menutup buku itu. Dia memilih bergabung dengan teman-temannya yang sedang menata panggung untuk konser. Selama mencontek masih dihalalkan, mencontek saja lah.
"Syarifa, besok contek ya. Jangan pelit-pelit nanti gue pacarin," seru Arman yang duduk diatas meja sambil memukuli galon kosong seperti gendang.
"Badan terus digedein. Otak tuh gedein. Galon kok mukul galon," sahut Syarifa jengkel. Arman hanya memutar bola matanya tidak menggubris ucapan Syarifa. Kalau diteruskan berdebat bisa-bisa Syarifa menangis lalu berakhir dia tidak boleh mencontek.
Hari ini 12 IPA 3 sedang jam kosong. Sebenarnya tidak jam kosong juga. Tadi sempat ada pelajaran tetapi hanya satu jam. Lalu jam kedua diberi tugas dan disuruh mengumpulkan besok. Itu tandanya pak Trubus tidak akan kembali ke kelas ini lagi untuk mengecek. Jadi, merdeka.
"Adinda Sheiraa.."
Sheira yang sedang memainkan ponselnya menoleh. Itu suara Dino memanggil Sheira. Dia naik ke atas meja yang digabung menjadi dua. Tangannya memegang sapu ijuk yang ujungnya diikat dengan tali rafiah lalu disampirkan ke belakang leher untuk dijadikan gitar.
Tidak hanya Dino. Yanto si ketua kelas juga naik ke atas panggung berlagak seperti sang vokalis. Sapu lidi digenggam erat seolah mikrofon. Memakai kacamata hitam. Topi sekolah dimiringkan. Dan Arman duduk di sebelahnya memegang galon. Mana sempat berdiri juga keburu mejanya kemretek.
Di bawahnya banyak anak laki-laki lainnya bergerumbul layaknya penonton. Menghidupkan senter dari ponsel mereka dan menutup pintu serta gorden kelas. Lampu dimatikan. Tidak peduli teriakan dari beberapa temannya yang sedang mengerjakan tugas. Memang hanya 8 orang karena mayoritas anak IPA perempuan. Tetapi ramainya bukan main.
Imanjinasinya sungguh luar biasa.
"Sheira, kalau kamu gitar, aku nggak mau jadi pemain gitarnya," gombal Dino sambil menunjuk Sheira.
"Ya, bodo amat, gue juga ogah dipegang-pegang, lo," seru Sheira dengan tawanya. Mau tak mau seluruh temannya ikut tertawa mengejek juga. Dino tertunduk lesu bergaya seolah sakit hati betulan dan Yanto menguatkan.
Karena pribadi Sheira yang ceria. Sheira sering menjadi sasaran di kelasnya. Jika diejek menyahut mengejek juga, tidak baperan. Itu membuat anak laki-laki lebih nyaman menggoda Sheira di banding yang lain.
Padahal jika dilihat dari luar. Wajah Sheira lebih seperti gadis kalem yang pendiam. Ya walaupun memang sebenarnya dia tidak banyak tingkah tapi jika sudah mengenal pasti sisi lainnya yang ceria akan keluar. Dia akan asyik kalau yang mengajaknya bicara asyik juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get to Love You
Teen Fiction"Mimpi, lo." Sebenarnya, itu kata-kata lumrah yang biasa diucapkan oleh penduduk bumi ini. Tetapi ketika kata-kata itu terucap dari mulut Sheira, gadis yang selama ini Ardani harapkan, rasanya menusuk sampai ke tulang-tulang. P.S : Cerita ini mengan...