Bagian Sembilan.
Happy reading..
"Malam, tante," sapa Yasmin ramah. Anya, bunda Sheira yang sedang menonton TV menoleh ke asal suara itu.
"Sendirian aja?" tanya Anya yang tidak melihat Gista. Belum sempat Yasmin menjawab, Gista muncul di belakang Yasmin. "Eh, ada Gista juga."
Gista tersenyum ramah. "Halo tante. Izin nginap ya, tante, ada perundingan linggarjati sama Sheira."
Anya mengangguk saja tidak paham bahasa anak muda. "Langsung ke atas aja, Sheira ada di kamar. Itu di kulkas ada brownis sekalian di bawa aja."
Keduanya saling pandang lalu tersenyum. Ini yang mereka sukai di rumah Sheira. Selalu ada makanan. Persetan dengan gendut yang penting kenyang.
"Ya udah kami permisi ya, tante," Yasmin menarik tangan Gista menuju kamar Sheira. Tentu saja sebelum itu menguras isi kulkas Sheira dahulu.
Saat membuka kamar Sheira. Hal pertama yang mereka lihat adalah Sheira sedang di atas tempat tidur, mengangkat kedua kakinya pada tembok serta kepala yang dia miringkan menghadap laptop yang menyala.
Yasmin memasuki kamar lebih dulu kemudian disusul Gista setelah menutup pintu. Sheira melirik keduanya lalu merubah posisinya menjadi duduk.
"Kenapa, lo?" tanya Yasmin yang sudah duduk bersila di atas tempat tidur. Tentu saja setelah melahap brownis yang dipangkunya.
"Pegal banget kaki berbi. Pijitin dong." Sheira menyelonjorkan kakinya ke arah Yasmin tanpa dosa. Bukannya mendapat pijitan, gadis itu malah dihadiahi pukulan oleh Yasmin.
"Enak aja. Sok nyonya banget, lo," cercanya.
Sheira cemberut lalu kembali pada posisinya yang semula. Entahlah tiba-tiba kakinya merasa pegal sekali padahal Sheira tidak main handphone seharian.
"Lain kali kalau lo berdua pulang kencan kemalaman lagi, jangan harap pintu rumah gue terbuka, ya. Masa iya numpang nginep tapi nggak bawa jajan buat suap gue," omel Sheira.
"Tutup semua indoapril, Shei." Yasmin beralasan.
Sheira melirik sewot sahabatnya yang terus-terusan melahap brownis tersebut. Bukannya membawa makanan malah mencuri isi kulkasnya. Antara habis kencan tetapi tidak dikasih makan atau memang doyan.
Di antara mereka bertiga, kali ini Sheira lah yang memiliki kisah percintaan kurang beruntung. Dua sahabatnya itu sedang gencar melakukan pendekatan dengan cemcemannya masing-masing.
Lihat saja Gista. Sejak masuk kamar Sheira sampai detik ini, dia tiduran di sofa dengan telinga yang disumpel earphone. Padahal habis double date dengan Yasmin dan baru saja pisah beberapa menit yang lalu. Bukan iri, Sheira enek saja melihatnya.
"Heh, lo kalau mau pacaran keluar sana!" Satu bantal mendarat mulus di wajah Gista. Tentu saja Sheira yang melempar. Sementara Gista menjulurkan lidah. Dia paham bagaimana panasnya perasaan jomblo. Eh, single maksudnya biar agak halus sedikit.
"Iri bilang, bos," seru Gista tanpa dosa. Dia memutar tubuhnya memunggungi Sheira.
"Lo tadi jadi pulang sama Ardani?" tanya Yasmin kemudian. Setelah kejadian di perpustakaan tadi siang, Yasmin tidak henti-hentinya menerror Sheira agar bercerita bagaimana bisa dia akrab dengan Ardani.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get to Love You
Fiksi Remaja"Mimpi, lo." Sebenarnya, itu kata-kata lumrah yang biasa diucapkan oleh penduduk bumi ini. Tetapi ketika kata-kata itu terucap dari mulut Sheira, gadis yang selama ini Ardani harapkan, rasanya menusuk sampai ke tulang-tulang. P.S : Cerita ini mengan...