Bagian Sembilan Belas.
Happy reading...
Dari awal Sheira memang memilih menghindari Reza. Dengan tidak bertemu laki-laki itu membuat hatinya lebih tenang dan lebih mudah melupakan.
Selain karena sudah malas, Sheira juga merasa diantara mereka tidak ada urusan lagi untuk bertemu.
Begini, Sheira sudah menganggap semuanya selesai dan tidak ada yang perlu dibahas apalagi diluruskan. Menurut Sheira, dia tidak perlu itu dan Reza si perancang skenario tidak butuh itu. Untuk apa bertemu jika nanti berujung dia mendengar pembelaan Reza buat dirinya sendiri.
Intinya, Sheira hanya ingin menjadi jomblo dengan tenang. Tidak diganggu oleh masa lalu yang menurutnya sudah sepatutnya dilupakan.
Terserah Reza mau melakukan apa Sheira tidak akan peduli. Mau salto, mau jungkir balik, atau apa pun asal jangan mengurusi hidupnya.
Beberapa minggu ini mungkin hari-hari Sheira terlihat tentram. Reza tidak terlihat menampakkan batang hidungnya. Namun, tidak ada masalah yang benar-benar selesai selama salah satu dari mereka belum merelakan.
Sheira kira dengan tidak menggubris Reza akan membuat laki-laki itu lengah. Tetapi dugaannya salah. Sejak kejadian kemarin saat Ardani menariknya paksa dari Reza membuat laki-laki itu mulai berulah kembali.
Hari ini Sheira sengaja berangkat pagi-pagi sekali karena dia mendapat jadwal piket. Tidak, Sheira jelas tidak mendadak rajin. Ada sebab pasti ada akibat. Minggu kemarin rekan piketnya mendapat hadiah omelan dari bu Isti sebab lantai di bawah meja guru masih kotor. Maka dari itu dia tidak mau mendapat hadiah lagi dari bu Isti.
Sesampainya di sekolah gadis itu mendapat telepon dari bundanya kalau Reza berada di depan rumah, untuk menjemputnya. Sheira berdecak sebal lalu tanpa banyak tanya dia menutup telepon tersebut setelah memberitahu Anya supaya membiarkan saja Reza nangkring di depan rumah.
Ternyata tidak hanya kemarin malam Reza nekat mendatangi rumahnya. Hari ini juga.
Perasaan yang seharusnya senang sebab Ardani sudah meluruskan kesalah pahaman Bima, menjadi turun drastis.
Sheira sendiri tidak mengerti kenapa laki-laki itu masih mengusiknya sampai detik ini. Kalau memang niatnya butuh penjelasan, bukankah seharusnya Sheira yang lebih butuh?
Apa yang kurang dari dirinya? Kenapa Reza melakukan dua kali kepadanya? Dan apa yang sebenarnya Reza cari yang tidak ada di diri Sheira?
Sayangnya, Sheira sudah bodo amat akan itu. Memang dasarnya Reza yang kurang bersyukur dan tidak bisa menjaga apa yang dia punya.
Tidak berhenti sampai di situ. Dela hari ini juga kembali muncul. Sheira menghela napas panjang. Niat Sheira ingin ke kantin, mengademkan pikirannya karena Reza malah dibuat semakin panas. Lagi-lagi Dela menuduh dirinya yang tidak-tidak. Meski kali ini tidak sampai ribut hingga dihukum, tetapi pertengkaran dengan Dela di depan kelasnya sempat menarik perhatian murid lainnya.
Dari sini Sheira tidak mau dia menjadi bahan bergunjing lagi. Mungkin mereka semua tahu dulu dia dan Reza memiliki hubungan. Namun, siapa yang peduli kebenaran? Selalu saja gosip yang diunggulkan.
"Lo punya telinga 'kan? Gue udah bilang jangan gangguin cowok gue!" teriak Dela menggebu.
"Lo punya mata 'kan? Seharusnya lo tahu kalau gue ngelirik Reza aja nggak pernah!" balas sheira tidak mau kalah.
"Bohong! Tadi pagi dia jemput lo 'kan? Mana mungkin dia jemput lo kalau diantara kalian udah nggak ada apa-apa?"
"Tanya sendiri sama junjungan lo itu! Kalau perlu lo kurung biar nggak gangguin hidup gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get to Love You
Ficção Adolescente"Mimpi, lo." Sebenarnya, itu kata-kata lumrah yang biasa diucapkan oleh penduduk bumi ini. Tetapi ketika kata-kata itu terucap dari mulut Sheira, gadis yang selama ini Ardani harapkan, rasanya menusuk sampai ke tulang-tulang. P.S : Cerita ini mengan...