Polusi Lingkungan

1.3K 656 1.2K
                                    

Bagian Tiga.

"Karna sekarang mata lo udah bersih dari polusi lingkungan, jadi lo bisa lihat siapa aja yang swewew se-angkatan kita." ujar Gista yang hanya dibalas tatapan malas oleh Sheira. Sheira kira ucapan Gista tadi pagi hanya bercanda.

"Ini Refaldi, Shei. Paling swewew se-anak bahasa menurut gue." kata Gista sembari menyodorkan foto pada ponselnya ke arah Sheira.

"Ini Rian. Ganteng juga, Shei. Baru putus juga." timpal Yasmin yang ikut-ikutan gesrek. Setelah datang ke sekolah tadi, Gista yang paling semangat cerita pada Yasmin tentang kejadian semalam. Sementara Sheira mendengar namanya saja sudah malas. Hilang respect. Mereka memang satu sever kalau soal ngegosip.

Yasmin itu juga sahabat Sheira. Keduanya berada di kelas yang sama selama dua tahun dan kebetulan tidak dipisahkan sampai kelas 12. Sementara Gista baru satu kelas dengan Sheira di kelas 12 ini namun sudah dekat sejak Smp.

"Kalau ini Rem--"

"Ah udah-udah." Suara Sheira menghentikan ucapan Gista. "Bisa nggak sih jangan ar, r, ar, r terus? Yang nama depannya r itu anjim banget."

"Lagian siapa juga yang mau pacaran lagi secepat ini? Luka gue aja masih basah." tandas Sheira lagi setengah kesal. "Dah ah mau ke kantin aja. Ngademin pikiran."

"Yanto gue ke belakang ya. Awas lo kalau dicatet. Lo mau nanggung kalau gue ngompol?" teriak Sheira pada Yanto si ketua kelas yang sedang main bekel bersama anak laki-laki yang lain. Hasil meminjam pada anak ibu kantin.

"Ah lo sih ngajak ngomong. Bolanya nggelinding kan." marah Yanto pada Sheira.

"Beli baju di pasar baru, BODO AMAT."

Setelahnya, Sheira benar-benar keluar dari kelas yang kebetulan sedang jam kosong itu.

Suasana hatinya sedang tidak baik. Bawaannya pengin kesal saja ke semua orang. Apalagi jika sudah di senggol dengan hal yang membuat hatinya tidak nyaman.

Sheira tidak marah pada sahabatnya. Hanya saja rasanya setelah mencintai setulus itu, lalu disakiti, jadi hilang hasrat untuk mulai mencinta lagi.

Bukan karena Reza ya. Jangan kepedean buat yang namanya Reza. Sheira tidak mau terburu-buru dan gegabah saja. Lebih baik sendiri dulu sambil menata hatinya yang masih berantakan.

Melupakan seseorang tidak harus dengan orang baru.

Dan jika ingin memulai dengan orang baru, usahakan menyembuhkan hati lebih dahulu.

Betul netizen?

Saat sendirian seperti ini, tiba-tiba Sheira diserang penyakit aneh. Melihat lapangan ingat Reza. Melihat tempat duduk ingat Reza. Kodok lewat ingat Reza. Hampir seluruh hidupnya di sekolah ini berkaitan dengan Reza.

Sheira mendengus pasrah. "Nikmati saja Sheira.. Nanti juga pergi sendiri sakit hatinya." yakinnya pada diri sendiri.

Ngomong-ngomong ya, berjalan sendirian di koridor saat jam pelajaran memang cari mati. Apalagi jika lewat ruang guru. Sialnya kalau mau cepat ke kantin harus lewat jalan satu itu. Pasti yang membangun sekolah ini sengaja agar muridnya yang bolos ke kantin ketahuan.

I Get to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang