Penyakit Jantung Lagi

463 146 152
                                    

Bagian Tiga Belas

Happy reading...

Sheira tersenyum melihat pantulan dirinya di depan cermin. Kaos oblong warna lilac dipadukan dengan hotpans warna putih terlihat cocok di kulitnya yang putih pucat. Tangannya meraih parfume kemudian dia semprotkan memutari badan hingga bau perfum tersebut menyeruak di penciumannya. Tidak berhenti sampai di situ Sheira menyempurnakan ritualnya dengan olesan liptint pada bibir mungilnya.

Jangan salah paham dulu. Sheira sore-sore begini bukan mau pergi kencan. Pergi juga dengan siapa pasangan pun tak punya. Dia hanya akan duduk santai di atas tempat tidur, nyemil snack, dan tolong ini di garis bawahi, nonton drakor.

Kalau ada cowok yang bilang semua cewek dandan cuma buat narik perhatian kalian. Haha, kalian halu? Cewek tampil cantik, wangi, ya buat senangin dirinya sendiri lah.

Sayangnya belum sempat mengambil laptop, pintu kamarnya lebih dulu terbuka menampakkan wujud kanjeng ratu rumah ini dengan tatapan menajam. Seperti mengerti maksud dari tatapan itu, Sheira menggigit bibir bawahnya kemudian menyengir lebar.

"Sudah cuci piringnya, nyonya muda?" lontar Anya dengan tujuan menyindir.

Sheira menepuk jidatnya seakan pura-pura lupa kalau mendapat tugas mencuci piring sementara bundanya bagian memasak. Asisten rumah tangganya sedang izin setengah hari karena ada urusan penting sore ini. Namun ya dasarnya Sheira jarang melakukan pekerjaan rumah, sehabis makan siang tadi melipir begitu saja.

"Masak nggak bisa, cuci piring nggak mau, nyapu juga nggak. Mau jadi apa kamu besok, Sheira?" ujar Anya khawatir. Putrinya itu belum pernah menyentuh dapur.

"Siapa bilang aku nggak bisa masak?" Sheira membela diri hingga rasanya ingin memberitahukan juga pada bundanya kalau putri kesayangannya ini kemarin habis bersih-bersih begitu keras.

"Oh, bisa?"

Sheira mengangguk mantap dan mulai menghitung dengan jarinya. "Soto, rendang, ayam rica-rica, ayam geprek, mie aceh, sambal matah. Semua bisa, bun," ujarnya berbangga diri menjunjung langit.

"Iya? Kok bunda nggak pernah tau, ya?"

"Dalam bentuk mi instan bunda. Kan sama aja."

Anya yang berada di ambang pintu hanya bisa menghembuskan napas sembari mengelus dada.

"Lagian aku tuh bukannya nggak mau bersih-bersih bunda," ucapan Sheira menggantung. Bibirnya kembali tersenyum lebar. "Istrinya Kim Soo Hyun besok nggak akan disuruh bersih-bersih kok, bunda. Tenang aja."

"Siapa itu? Pacar kamu?"

"Iyalah." Sheira membentuk jarinya seperti pistol lalu diletakkan di bawah dagu dengan sombongnya.

"Bunda kira Ardani yang kemarin malam itu," godanya.

Mata Sheira membulat tidak terima. "Kok jadi dia, bun?"

"Ya memang kenapa? Dia ganteng kok."

Sheira melengos. Kenapa ganteng harus menjadi tolak ukur dalam segala hal. Apalagi mengingat perbuatan Ardani yang membuatnya menangis, hatinya semakin tidak terima jika bundanya memuji si kampret itu.

I Get to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang