Gadis Ajaib

384 123 156
                                    

Bagian Lima Belas

Happy reading...

Ardani menyusuri koridor kelas 11 dengan tatapan lurus. Banyak pasang mata kaum hawa yang menatapnya kagum sampai ada yang rela mengintipnya lewat balik jendela kelas. Ardani sengaja menghiraukan tatapan itu dan terus berjalan. Memang kharisma Ardani sudah menjuru sampai kalangan adik kelasnya. Walaupun banyak yang lebih tampan, tetapi Ardani mempunyai daya tarik sendiri yang bisa memikat banyak perempuan.

Langkah laki-laki itu berhenti di depan kelas 11 IPS 2 kemudian mengedarkan pandangnya mencari seseorang.

"Cari Haikal, kak?" tanya Meta salah satu penghuni kelas tersebut.

Ardani mengangguk. "Iya, di mana dia?"

"Paling juga nongkrong di kantin kelas 11, kalau nggak ya kantin kelas 10. Kenapa, kak? Mau ngobrolin basket?" jawabnya. Setahu Meta kalau Ardani mengunjungi kelasnya pasti tidak jauh-jauh dengan basket. Haikal sendiri adalah pengganti Ardani sebagai kapten basket tahun ini.

"Cuma mau balikin kunci ruang basket aja sebenarnya."

"Titipin ke aku nggak apa-apa kok kak, nanti aku kasih ke Haikal," tawar Meta.

Ardani berpikir sejenak. Tidak ada salahnya juga dia titipkan ke gadis ini daripada harus bolak-balik lagi. "Oke deh, makasih ya."

Setelah menyerahkan kunci itu, Ardani tersenyum tipis lalu segera pergi.

Meta masih tetap di posisinya, menahan napas. Menepuk pipinya beberapa kali berusaha menyadarkan dirinya bahwa yang terjadi barusan bukanlah mimpi. Tubuh gadis itu berbalik kemudian melonjak histeris.

"Lo semua saksi mata, 'kan? Gue disenyumin anjir! Parfumnya juga wangi banget girls jadi pengin peluk!"

Ardani yang masih bisa mendengar itu geleng-geleng kepala. Apa iya semua perempuan jika dikasih santapan cowok tampan selalu bereaksi seperti itu?

Memikirkannya membuat ingatan Ardani tanpa izin berlari pada kejadian kemarin malam saat mata Sheira jelalatan ke arah Fero. Ardani masih ingat jelas bagaimana bentuk wajah Sheira saat itu. Membayangkan itu membuat bibir sebelahnya terangkat sinis.

"Dasar cewek," gumamnya.

Ardani sendiri menyadari perubahan suasana hatinya. Biasanya dia santai-santai saja jika diperlakukan seperti itu. Namun, setelah menyadari Sheira juga begitu dengan cowok lain, sementara dengan dirinya menjelma sebagai siluman singa, entah kenapa membuatnya bete berkepanjangan begini.

Dia mengacak-acak rambutnya sebab kepalanya sudah mulai merasa pusing. Sejak kemarin malam nama Sheira terus duduk manis di otaknya tidak mau berpindah tempat. Dia berharap sejauh langkah kakinya menuju kelasnya, nama Sheira juga ikut berceceran di lantai agar dirinya terbebas dari rasa yang membingungkan ini. Tidak nyambung memang, tapi nyambung-nyambungin lah.

Kaki Ardani mulai menaiki tangga menuju kelasnya. Namun, tak disangka-sangka di tengah belokan tangga tersebut, dia berpapasan dengan gadis yang membuatnya menghentikan langkah. Keduanya kompak bungkam tak mengeluarkan sepatah kata pun. Pandangan mereka beradu beberapa detik dan gadis itu lebih dulu membuang wajah.

Ardani sadar diri, gadis itu tidak akan pernah mau menoleh apalagi mengajaknya bicara. Dia meminggirkan tubuhnya dan memberi akses untuknya berjalan karena pasti gadis itu tidak mau berlama-lama dalam keadaan seperti ini.

Dia menatap nanar punggung gadis yang menjauh tersebut.

Sudah dua tahun dia begitu, dan sepertinya terus begitu.

I Get to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang