Bagian Dua Belas.
Happy reading...
Beberapa hari sebelum ada kesepakatan dengan Sheira, Ardani telah menjadi sasaran empuk kemarahan Alya, bundanya. Beliau kaget bukan kepalang melihat keadaan apartemen mirip seperti kapal pecah. Putra sulungnya itu sudah lalai dengan janjinya sendiri untuk menjaga apartemen agar tetap bersih walaupun dijadikan basecamp bersama teman-temannya. Alhasil Ardani dihukum membersihkan apartemen sendiri dan harus sudah bersih sebelum Alya pulang dari Malang.
Karena Ardani anak patuh pada perintah orang tua, apalagi bundanya, Ardani tidak akan menyewa seseorang seperti biasa untuk membersihkan apartemennya. Dia sudah terlanjur berjanji dan sebagai penerapan sifat laki-laki sejati dia akan menepati janji itu.
Niat awalnya memang begitu. Namun, ya begitulah kalau anak baik plus ganteng ini mempunyai niat terpuji pasti oleh Sang Maha Kuasa dipermudahkan urusannya. Secara tiba-tiba Sheira datang memberi kesepakatan menarik yang membuat Ardani tertarik.
Bukan maksud ingin mengerjai Sheira ya. Itu sama sekali tidak cocok dengan sifat Ardani yang lemah lembut ini. Tadinya dia memang akan meminta satu hari saja menjadi asistennya tetapi sayang saja kalau ada tawaran menarik tidak digunakan dengan baik. Betul tidak? Nah, akhirnya jadilah ditambah menjadi 3 hari agar tidak sia-sia.
Kalau diingat-ingat juga dia hanya berjanji untuk tidak menyewa tukang bersih-bersih. Jadi, karena Sheira ini bukan termasuk tukang bersih-bersih, otomatis janjinya tidak dilanggar, betul? Ardani masih selamat.
Selain tampan, Ardani ini juga cerdik. Dia yakin Sheira tidak semudah itu menerima persyaratannya. Demi melancarkan rencananya agar dirinya tidak membersihkan apartemennya sendiri, laki-laki itu sengaja memberi dua pilihan dengan menjadi asisten atau pacarnya.
Ardani yakin seyakin-yakinnya Sheira pasti memilih menjadi asistennya. Pokoknya yakin sepenuhnya lah. Mutlak. Keyakinannya bulat tidak akan menceng-menceng.
Tetapi siapa sangka setelah segala perdebatan itu, Sheira tiba-tiba beranjak dari duduknya. Posisi mereka saling berhadapan dengan kedua tangan melipat di depan dada.
"Kalau gue milih jadi pacar lo, gimana?"
Kalimat itu terdengar jelas pada pendengaran Ardani hingga mata Ardani membulat sempurna. "Eh, lho ... kok gitu?"
"Iya." Sheira memajukan kakinya satu langkah membuat jarak mereka semakin dekat. Gadis itu menegakkan kepalanya atas. "Gue berhak milih 'kan?"
"Jangan ngaco deh," seru Ardani sambil diikuti tawa paksanya. Perkiraannya meleset, sahabat.
"Gue serius." Sheira semakin mendekatkan jaraknya hingga hanya sebatas kulit. Kelakuan Sheira yang tak disangka-sangka itu membuat napas Ardani mendadak berhenti. Bagaimanapun ini pertama kalinya dia sedekat ini dengan gadis. Ditambah lagi otaknya dalam sedang blank karena tebakannya meleset. Kondisinya setengah bingung sekaligus kaget.
Saat itu jantungnya masih biasa saja, tidak ada yang aneh. Namun saat kedua bola mata mereka saling beradu dan pengelihatan Ardani menangkap Sheira tersenyum manis sekali sengaja menggoda dirinya tepat di depan wajah, membuat laki-laki itu sebisa mungkin mengatur ekspresi seolah tidak terpengaruh. Kampret betul, kenapa dia mulai merasakan hal yang tidak beres.
Berat mengakui sebenarnya tetapi kenapa singa betina itu terlihat ... beautiful?
Ardani sengaja sedikit memundurkan kepalanya agar jarak mereka tidak terlalu dekat. Namun sialnya singa betina yang mulai mengeluarkan wujud singanya itu mencondongkan kepalanya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get to Love You
Teen Fiction"Mimpi, lo." Sebenarnya, itu kata-kata lumrah yang biasa diucapkan oleh penduduk bumi ini. Tetapi ketika kata-kata itu terucap dari mulut Sheira, gadis yang selama ini Ardani harapkan, rasanya menusuk sampai ke tulang-tulang. P.S : Cerita ini mengan...