Bagian Empat.
Hari ini bukan hari terburuk Sheira. Namun hari ini benar-benar melelahkan. Bukan hanya karena pelajaran, tapi juga kejadian-kejadian tak terduga ya dia alami. Terlebih lagi suasana hatinya sedang tidak bersahabat.
Masih dengan seragamnya, Sheira duduk di meja kasir ditemani sepotong chesse cake yang tinggal setengah di atas meja. Tangan kanannya tidak menganggur begitu saja, dia juga memegang brownis coklat. Bukan rakus. Kalau lagi mode kesal begini memang enaknya makan yang manis-manis.
Tadi saat sepulang sekolah Sheira memutuskan untuk pulang ke toko rotinya. Bosan di rumah tidak ada teman. Bundanya pasti juga tidak ada di rumah.
"Gue kira bunda di sini tadi, Mal." ucap Sheira dengan mulut masih mengunyah.
"Tadi emang di sini, mbak. Tapi terus ke toko yang di dekat mall itu." jelas Mala kemudian. "Mbak naik apa tadi ke sininya?"
"Nebeng sama Yasmin."
"Loh, tumben. Emang mas Reza ke mana? "
Mendengar nama itu, Sheira jadi kehilangan nafsu makannya. Dia mengangkat kepalanya ke atas lalu mendengus. "Tau deh, dimakan hiu kali."
"Lagi berantem ya mbak?"
"Iya. Se.la.ma.nya."
Beginilah tidak enaknya punya hubungan sudah lama dan belum banyak yang tahu kalau sudah putus. Mala bukan orang pertama yang bertanya di mana Reza hari ini. Tadi di sekolah beberapa temannya juga menanyakan. Sheira hanya membalas dengan senyum lalu pergi.
Berani bertaruh, 10 tahun lagi, kalau ada acara reuni SMAnya, pasti masih diungkit dan menanyakan kabar Reza pada Sheira.
"Lo udah makan? makan dulu aja biar gue yang jaga." tawarnya
"Nanti aja mbak, gantian sama Arum, biar Arum duluan aja."
"Halah udah biar gue yang jaga. Lo makan bareng aja sama Arum."
"Nggak papa, mbak?" tanya Mala sedikit canggung.
"Iya. Udah lo makan aja berdua."
"Iya deh mbak, aku ke belakang dulu ya." pamit Mala.
Sheira berdehem. Kemudian melanjutkan ritualnya.
Sheira memang begini, dia tidak mau ada batasan dengan karyawan bundanya. Kebanyakan dari mereka seumuran dengan Sheira. Ada yang kerja part time selesai sekolah, ada juga yang tidak melanjutkan sekolah. Jadi Sheira menganggap semua adalah temannya. Dia tidak suka ada kecanggungan.
Saat asyik menyantap brownis suapan terakhir. Sheira dikagetkan oleh suara bel toko rotinya. Tanda pengunjung datang. Kelabakan sendiri segera berdiri karena posisinya kurang sopan. Kedua kakinya sedang melipat di atas kursi.
Dua detik kemudian gadis itu menyesal telah merubah posisi nyamannya. Meletakkan pantatnya lagi dengan kasar karena yang muncul dibalik pintu itu adalah Ardani.
Sementara Ardani melakukan hal yang sama. Baru saja membuka pintu itu, dia menutupnya kembali. Sama-sama tidak jelas memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Get to Love You
Novela Juvenil"Mimpi, lo." Sebenarnya, itu kata-kata lumrah yang biasa diucapkan oleh penduduk bumi ini. Tetapi ketika kata-kata itu terucap dari mulut Sheira, gadis yang selama ini Ardani harapkan, rasanya menusuk sampai ke tulang-tulang. P.S : Cerita ini mengan...