Setelah berita kehamilan sampai ke ibuku dan mom Anne, mereka mengirimiku pesan singkat setiap harinya. Begitu juga dengan anggota keluargaku yang lain seperti Dee, Billy, Gemma dan Mike. Mereka sangat perhatian. Aku diperintahkan untuk pulang saja karena khawatir akan kondisi kehamilanku. Tapi aku lebih senang di sini. Aku memiliki teman yang baik. Perrie, Ele dan Sophia sangat menjagaku. Apalagi awal mula kehamilanku yang kurang baik.
Meski semakin hari sikap Harry semakin dingin, aku merasa hendak berhenti saja peduli. Toh, ia memang pria yang seperti itu.
***
Malam ini di sebuah konser, aku sedang duduk dan bercanda bersama the girls di bangku stadium. Sementara the boys saat ini sedang istirahat sejenak, mereka berganti kostum di belakang panggung.
Aku melihat ada penonton yang menatapku tajam. Awalnya aku tidak peduli, tetapi lama kelamaan tatapan mata kami semakin sering bertemu. Dan tatapannya seolah menunjukkan keagresifannya padaku. Aku takut. Jujur, tentu saja aku takut. Meski aku merasa tidak punya musuh selama ini.
"Aku mau pergi ke tempat Lou sebentar ya, girls," kata Ele lalu bangkit dengan bersusah payah karena perutnya yang membuncit, ia tengah hamil tua.
"Aku ingin ke toilet deh. Kalian bagaimana?" tanya Perrie padaku dan Sophia.
"Aku sedang tidak ingin, Pez."
"Ayo denganku saja. Aku juga kebelet," balas Sophia yang sudah sigap berdiri untuk ke toilet.
"Hati-hati, Ann," pamit Perrie dan Sophia lalu mereka bergegas ke toilet.
Aku masih duduk dengan santai pada bangkuku. Kupandangi layar ponsel. Melihat-lihat foto konser malam ini yang beredar di timeline twitterku.
Tiba-tiba saja ada seorang wanita duduk di sebelahku. Tempat duduk milik Perrie—yang duduk persis di sebelahku.
"Maaf, sepertinya kau salah seat?" tanyaku ramah pada si wanita.
"Oh, Anna! Aku tahu ini benar-benar kau!" katanya girang, tidak sama sekali menggubris pertanyaanku.
"Eum? Ada apa ya?" tanyaku diselangi dengan sebuah senyuman.
"Boleh aku minta tanda tangan, please?" tanyanya kemudian menyodorkan sebuah notebook lengkap dengan pulpen.
"Sure. Tapi tidak berfoto kan? Di sini gelap," balasku sembari terkekeh, masih fokus dengan notebook yang kutandatangani.
Saat aku menatap ke arah wanita itu mulutku dibekap dan aku mencium aroma tajam yang membuat hidungku seperti tertusuk-tusuk.
Perrie's pov
Aku kembali dengan Sophia dari toilet. Menemukan Anna yang berdarah-darah pada bagian pergelangan tangan, terlihat urat nadinya tersayat. Aku sangat panik dan langsung mengguncang-guncang tubuh Sophia untuk memberitahu Sophia keadaan Anna.
Sophia yang sama paniknya denganku menutup mulutnya karena begitu terkejut. Lalu dia berinisiatif untuk membawa Anna ke belakang panggung untuk meminta pertolongan pertama.
Sampai di belakang panggung semua kru mengalihkan pandangannya pada kami. Aku yang terengah-engah bersama Sophia karena beratnya Anna langsung berteriak untuk bantuan. Untungnya mereka cepat tanggap dan melarikan Anna ke rumah sakit terdekat. Aku sangat takut dia kehabisan darah, karena aku tidak tahu sudah berapa lama Anna dengan kondisi seperti itu.
"Apa yang terjadi, Perrie?!" tanya Harry galak padaku saat ia keluar dari ruang ganti bersama the boys. Ele juga ada di sana.
"Istrimu. Aku tidak tahu. Tadi Ele kesini, sementara aku dan Sophia ke toilet. Anna bilang tidak ingin ke toilet, maka aku meninggalkannya di tempat duduk. Saat aku kembali dia sudah pingsan dengan keadaan tangan berdarah-darah seperti habis disayat. Mengerikan Harry!" jelasku panjang lebar pada Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Jerk Styles
Fanfiction[Harry Styles fan fiction] Aku Annalyn Virgie Finn, seorang fan One Direction sejak umurku 12 tahun. Aku tidak pernah menyangka akan menikahi salah seorang idolaku, Harry Styles. Ibuku dan ibunya ternyata adalah teman lama. Walaupun begitu kehidupan...