10 - I Miss You

5.8K 501 17
                                    

Memasuki minggu ketiga dalam ketidaksadaran Anna, aku sering mimpi buruk. Aku takut jika semua mimpi itu adalah pertanda perginya Anna. Jadi selama yang aku bisa, aku tetap terjaga disamping Anna. Aku tidak pernah pulang ke rumah, aku ingin selalu berada disampingnya. Aku sadar dulu aku tidak pernah memberinya secuil dari perhatianku. Memang penyesalan selalu datang di belakang.

Mom menyuruhku pulang ke rumah sehari saja untuk istirahat, tapi aku menolak dan mengatakan ingin menjaga Anna. Sehingga dia tak bisa berkata apa-apa lagi. Selama beberapa hari terjaga membuatku terlihat seperti zombie. Mataku berkantung dan terdapat bercak hitam. The boys dan teman-temanku yang lain juga menyuruhku pulang ke rumah dan istirahat, mereka pun berjanji menjaga Anna selama aku tidak di sana. Namun sebenarnya aku ingin selalu berada di dekat Anna, jika dia tidak pernah kembali dari komanya yang berarti meninggal.

"Pulang Harry sayang. Anna tidak akan suka melihatmu yang berantakan seperti ini," kata mom dari depan pintu kamar.

"She loves me the way i do," kataku percaya diri.

"Harry, jangan keras kepala!" bentak mom.

Akhirnya dengan langkah berat aku pergi keluar kamar. Saat aku tiba di koridor rumah sakit, ada dua orang perawat beserta seorang dokter berlari ke arah yang berlawanan denganku. Apa yang terjadi dengan Anna?

Aku kemudian berbalik menuju ruang di mana Anna masih tidak sadarkan diri. Aku melihat dokter dan beberapa suster mengerubungi Anna. Tanpa pikir panjang aku menghambur masuk dan bertemu mom.

"Mom, apa yang terjadi?" bisikku pada mom. Saat ini Anna sedang dipacu jantungnya oleh tim medis.

"Mom tidak tahu tapi tadi Anna sempat tidak bernapas, sehingga dokter harus menggunakan pacu jantung," jawab mom terlihat khawatir.

Aku merasa telah melewatkan detak jantungku selama beberapa saat ketika mom mengatakan Anna sempat tidak bernapas. Apakah ini salah satu pertanda Anna akan pergi? Tidak, aku harus optimis Anna bisa hidup.

Dokter dan rekan-rekan medis yang lain belum keluar dari kamar Anna. Mereka menunggu keadaan Anna stabil. Hingga akhirnya jari-jari kurus Anna bergerak menggenggam tanganku.

"Selamat tuan Styles, akhirnya ia sadar," kata dokter tersenyum turut bahagia, lalu dia keluar.

Aku mengamati Anna yang masih terpejam, tapi jari-jarinya bergerak perlahan. Dia mengerjap matanya dan menatapku heran.

"Welcome back," kataku memeluknya.

"Ini di mana?" tanyanya masih kebingungan.

"Kau terpeleset salju, ingat?" tanyaku balik.

"Ah! Dimana bayi kita, Har?" tanyanya lagi memandang ke seluruh ruangan.

"He's gone," jawabku seadanya.

"Apa? Bagaimana bisa? Bukannya dia lahir prematur?!" teriak Anna histeris. Dia menangis kemudian berteriak-teriak tidak jelas. Banyak suster yang berdatangan. Kemudian Anna diberi obat tidur yang efeknya langsung membuatnya tenang dan terlelap.

Sementara Anna kembali tidur, aku menelepon Louis. Aku sangat kalut melihat sikap Anna yang begitu agresif. Aku tidak menyangka dia bisa mengamuk seperti tadi.

***

"Anna, i bring your favorite flowers," ucapku memasuki ruangan kamar Anna. Setelah seminggu sadar, dia tetap harus dirawat karena kondisi mentalnya agak terganggu.

Aku kaget melihat ranjang dan kamar yang sepi. kemudian aku mengecek toilet, jikalau Anna di dalam. Tetapi dia tidak dapat ditemukan di mana pun. sehingga aku harus memanggil suster.

Kawasan rumah sakit hari ini relatif sepi, jadi mudah saja untuk menemukan Anna. Tapi setelah berkeliling kurang lebih satu jam, aku menyerah. Dengan kepasrahan, aku beristirahat di bangku taman. Aku mengamati taman di rumah sakit ini. Lalu aku menangkap sebuah pemandangan yang mengganggu pikiranku. Seorang wanita dengan muka pucat duduk dikursi roda, sedang seorang laki-laki mendorong kursi rodanya sembari sesekali mengelus kepala wanita itu.

***

-Author's note-


Helo!

Ga lama2 update-nya kan?

Kasian yang udah nunggu hihi

Maaf ya kalo pendek dan ada typo :)


Regards, RBF♡  

My Jerk StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang