14 - Don't Play With My Heart

5.3K 466 24
                                    

Aku memakai mantelku sendiri dan membawakan satu untuk Anna. Kami bertiga—aku, Reineè dan Kat—terburu -buru menuju area parkir.

Aku mengikuti Reineè dan Kat yang berjalan lebih dahulu dengan perasaan tak karuan. Apa maksud dari semua perasaan ini. Kenapa begitu sakit dan mencemaskan?

Dari jauh aku bisa melihat mobil Anna. Mesinnya menyala dan terlihat ada orang di dalamnya.

"Oh God, Anna don't do that!" seru Reineè sambil menjauhkan Anna dengan orang yang bisa kutebak sebagai tunangannya. Anna duduk dibangku penumpang, sedangkan tunangan Reineè duduk di bangku kemudi.

"Someone get inside me!!" erang Anna ketika Reineè memaksa Anna untuk menjauh dari tunangannya.

"Maaf sebelumnya, aku Patrick. Kau Harry kan?" tunangan Reineè tersenyum ramah mengajakku berkenalan. Tapi rasa kesabaranku sudah terkuras habis. Semalaman mengkhawatirkan Anna, malah rasa cemburu yang kudapat.

"Keparat!!" teriakku pada Patrick dan menghantamnya sekencang yang aku bisa, dia terlihat syok. Segera dia membalasku.

"Hentikan!!!" seru Anna setengah sadar.

"Hentikan, hentikan. Cukup. Kau sinting!!" damprat Anna yang masih sempoyongan padaku.

Aku menamparnya di pipi. Sebenarnya hanya ingin membuat dia sadar, tetapi yang satu itu agak terlalu keras.

"Kau memang tidak punya hati, Harry! Kau menghantam Patrick yang sudah berbaik hati mengantarku pulang. Dan kau menamparku layaknya seorang pelacur. Heartless! Ceraikan aku sekarang juga!!" katanya marah, tak lama luntur maskaranya.

Aku menariknya untuk mengikutiku kembali ke dalam flat. Aku memohon maaf dan berterima kasih pada yang lain karena salah paham ini.

Aku memakaikan Anna mantel yang kubawa karena pakaiannya sangat minim, kau bahkan bisa melihat ke menembus pakaiannya dengan jelas.

Malam ini kepalaku dipenuhi dengan emosi dan rasa cemburu, aku merasa sangat posesif dengan Anna. Because i don't share what is mine. Aku terus menopang tubuhnya selama perjalanan kembali ke flat karena dia mabuk berat. Aku juga mengamati wajahnya yang terlihat lelah dan kurang tidur. Oh, apa yang terjadi dengan Anna?

"Masuk," ucapku mendorong sedikit tubuh Anna ke dalam kamar. Dia langsung tergeletak di kasur.

Tubuhnya sudah lemas, aku rasa minuman sialan itu mempengaruhi banyak dari tubuh Anna.

"Kemana saja kau pergi dengan ketiga orang itu?" tanyaku tidak sabar.

"Itu bukan urusanmu," katanya acuh dan berdiri, hendak pergi ke toilet.

"Kau tidak boleh ke mana-mana sebelum urusan kita selesai," ucapku mencengkeram pergelangan tangannya yang kurus.

"Urusan apa?! Selesaikan saja pernikahan ini sehingga urusan kita pun selesai!" katanya galak memberontak dan berusaha melepaskan tangannya.

"Ayolah, Ann. Jangan kekanakan seperti ini!" kataku dengan nada tinggi.

"Kekanakan bagaimana, Harry!? Kau buat aku terus merasa seperti ini, aku sudah cukup sabar dengan sikapmu yang tidak berperasaan. Kau terus memberikan rasa yang membuatku semakin frustrasi!" ucapnya asal seperti seorang balita yang sedang marah pada ibunya. Dia pun berhasil melepaskan cengkeram tanganku.

Ann's pov

Kepalaku terasa pening. Aku tidak tahu apa yang saat ini Harry bicarakan. Aku semakin tidak tahu ke mana arah pembicaraan kami ketika dia memaksaku menjawab pertanyaannya, aku bersumpah aku bahkan tidak menangkap maksud dari pertanyaannya. Masa bodoh.

Aku pun merayap di atas kasur. Aku sangat ingin tidur, badan dan perasaanku malam ini sangat kacau. Aku hanya ingin tidur atau kalau bisa menenggak satu-dua botol vodka lagi. Aku frustrasi.

"Tidak ada yang menyuruhmu tidur. Aku mau kau menjawab pertanyaanku" tegas Harry, dia melipat kedua tangannya didada.

"Bisakah kita selesaikan ini besok?" ucapku sangat malas. Aku tidak punya alasan untuk berbohong malam ini, otakku terlalu penat.

"Tidak. Kau harus jawab, apa yang kau lakukan di luar sana, mengapa pakaianmu sangat minim, juga apa yang membuatmu melakukan semua ini. Apakah aku menyuruhmu melakukannya?" tanya Harry.

Aku benci situasi ini.

"Kenapa? Memang jika aku memberitahu alasannya kau akan berubah menjadi lebih peduli padaku?! Sudahlah, aku bukan budakmu, Har. Aku berhak mengatur hidupku sendiri, dan aku tidak akan mengatur milikmu!" sentakku pada Harry. Aku rasa dia terkejut dengan perkataanku barusan, baguslah semoga dia segera melepasku.

Matanya terlihat memancarkan amarah dan napasnya memburu. Aku tidak pernah melihat Harry seperti ini. Kuharap kalimatku barusan tidak terlalu dalam menyakiti hatinya. Aku hanya ingin membuatnya menjauh, karena aku tidak mau jatuh cinta lagi padanya.

Terlihat tidak ada pergerakan dari Harry aku lanjut membuka sepatu dan gaun yang kukenakan, meninggalkan pakaian dalam saja yang sengaja kupakai untuk tidur. Sesaat setelah aku memalingkan wajah, Harry melumat bibirku dengan penuh emosi, diteruskan dengan kegiatan yang sangat membuatku terkejut. Aku tahu Harry melakukan ini untuk melampiaskan amarahnya padaku, semata agar aku tahu dia peduli padaku. Malam itu kami berdua tenggelam dalam permainan yang penuh emosi, masing-masing ingin menunjukkan bahwa sebetulnya kami saling peduli.


***

-Author's note-


Hai hai

Gimana ceritanya?

Semoga ga bosen ya :(

Fyi, cerita ini aku mau selesain di part 20


Regards, RBF♡  

My Jerk StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang