Hari ini aku tiba di London. Saat tiba nanti aku berharap Anna juga akan di sana menggendong Darcy menyambut kepulanganku. Karena Ele, Perrie, Sophia dan Patricia akan ada di sana.
"Kau sudah siap menjadi suami Pat?" goda Louis pada Niall. Rencananya bulan depan ia akan melangsungkan pernikahannya dengan Pat.
"I'm ready i'm ready," ucapnya menirukan suara kartun Spongebob Squarepants.
Kami hanya tergelak mendengar ucapan Niall. Sesaat aku bisa lupa akan masalahku ketika bersama the boys. Bagaimana jika aku hanya berdua bersama Anna nanti?
Kami mendarat dan disambut dengan istri masing-masing, kecuali aku. Tidak bisa kutemukan sosok Anna. Bahkan saat perjalanan ke rumah sekali pun aku tidak menerima kabar darinya.
Aku mengernyitkan kening saat tiba di rumahku. Gelap dan tidak berpenghuni. Cukup kotor oleh debu-debu halus. Memang benar ternyata Anna tinggal bersama pria brengsek itu selama aku pergi.
Aku pergi ke garasi, menyiapkan mobil dan menancap gas pada kecepatan tertinggi untuk menjemputnya. Perasaanku begitu lelah juga marah dan kecewa.
Aku mengetahui alamat rumahnya, tentu saja. Jangan tanya bagaimana aku bisa tahu. Karena uang dapat melakukan segalanya, bukan?
Tok tok
Kuketuk pintunya dengan tidak sabar, terdengar suara Anna menyahut.
"In a minute," kata Anna dari dalam sebelum membuka pintu.
Dia membuka pintu dan menatap sosokku yang berdiri tegap. Aku yang saat itu menatap pintu juga langsung mendapatinya dan lelaki brengsek tersebut, dia memeluk pinggang Anna.
"Keparat!!!" teriakku dan segera menghajar lelaki brengsek itu sekuat tenagaku yang tersisa.
"What the hell is wrong with you?!" ucap Anna menatapku sinis sembari mengguncang Jake memastikan ia sadar atau tidak, f*ck i hate saying his name.
"Aku yang seharusnya bertanya ada apa dengan otak mu!!" bentakku kasar pada Anna.
Dia tak menggubrisku sama sekali, malah memanggil pelayan di rumah itu untuk membantunya mengobati Jake. Tch.
Saat Anna sibuk berkutat dengannya aku berkeliling rumah mencari Darcy. Aku menemukan kamarnya, langsung kudobrak masuk dan menggendongnya keluar.
"Kau pulang denganku, sekarang," kataku menggapai tangannya.
"What the fuck? Aku tidak mau. Kau lihat kondisi Jake? Dia pingsan karna ulahmu," jawabnya dan menepis lenganku kasar.
Tanpa punya kesabaran berlebih aku menyeretnya dengan satu lengan.
Ann's pov
Aku masih diam sepagian ini. Aku benar-benar tak mengerti jalan pikiran Harry. Semalam dia meninju Jake hingga tak sadarkan diri. Membawaku dan Darcy ke flat, bukan ke rumah.
Kubuat sebotol susu hangat untuk Darcy. Dia telah menangis sepagian dan membangunkan aku dan Harry secara serempak. Kini Harry sedang menggendongnya, berusaha mendiamkannya. Aku memberi susu tersebut pada Harry. Dia mengangguk, memberi Darcy susu tersebut sambil berputar-putar dalam ruangan.
Tak bisa fokus pada acara di televisi karena terlalu gemas dengan tingkah Harry pagi ini aku memutuskan untuk berbelanja sebentar. Tetapi Harry mencegahku dan menawarkan untuk mengantarku. Kujawab hanya dengan satu anggukan tanpa sepatah kata pun.
"Aku tahu kau marah karena meninju Jake semalam. Maafkan aku tapi aku merasa hubungan kalian sudah lewat dari batas teman," ucapnya sendu. Aku menahan kesalku saat ini. Jadi dia tidak percaya bahwa aku sekadar teman dengan Jake? Menyebalkan.
"Aku tahu Jake adalah orang yang begitu berarti untukmu. Dia adalah kekasih pertamamu, benar bukan? Dia mengajarimu indahnya cinta kan, sedang aku malah membuat buruk persepsimu tentang cinta. Sekali lagi maafkan aku," lanjutnya menengok ke arahku. Aku masih diam. Aku merasa tidak percaya benarkah Harry yang berbicara seperti ini.
"Bicaralah untukku, Anna. Lately i've been going crazy. You, you drive me crazy," kata Harry lagi. He shocks me and hug me.
"Aku tahu rasanya melihat seorang yang kau cintai bermain-main dengan orang lain bahkan di depan mata. Please don't, don't you ever dare to leave me," lanjutnya disela-sela pelukan kami.
Aku segera melepaskan pelukan ini. Walaupun aku merasa perasaanku menghangat karena kata-kata dan perilakunya, aku tetap harus melakukan ini,
"Maafkan aku, Harry. Tetapi sesuai perjanjian kita, pernikahan berlangsung paling lama dua tahun, ini sudah lewat tiga bulan. Aku akan tetap bercerai darimu," ucapku galak. Sesaat setelah itu Darcy menangis keras dan sulit ditenangkan.
***
"Apa aku perlu mengundur pernikahanku?" kudengar pertanyaan konyol Niall saat menanti ketua sidang hari ini.
Harry menggeleng lemah dan tertunduk lesu. Sebenarnya aku merasa kasihan melihat wajahnya yang terlihat sedih. Aku dapat melihat kantung mata serta parasnya yang begitu pucat.
Hari ini aku dan Harry menjalankan sidang perceraian yang terakhir. The girls duduk bersamaku. Masih dengan nasehat mereka yang memintaku menarik gugat ini. Sementara Harry ditemani the boys yang terus menepuk-nepuk bahunya mengatakan semua akan baik-baik saja. Tadi Pat sempat mengatakan Niall ingin mengundur hari pernikahannya karena tidak enak dengan Harry. Seminggu setelah Harry bercerai Niall akan melangsungkan pernikahan? Tidak etis. Tapi Harry menolak dan memaksa Niall harus melaksanakannya secepat mungkin.
Keluar dari ruang sidang kali ini aku resmi melepas status Mrs. Styles-ku. Hak asuh atas Darcy jatuh ke tanganku karna umurnya yang belum genap satu tahun. Kulihat Harry masih di belakang bersama the boys. Kebetulan sekali mobil kami terparkir berdampingan.
"Izinkan aku melihatnya, Ann," kata Harry meraih tangan kananku.
"Dia ada di rumah ibuku," kataku lalu menepis tangannya dengan kasar.
Sampai rumah, ibuku mengkhawatirkan keadaan Harry namun ia hanya menjawab i am fine.
Dia bermain dengan Darcy di taman belakang hingga sore. Aku mengamatinya dari balkon kamarku. Aku terlalu gengsi untuk bergabung bersama mantan suamiku. Hingga saat aku mengamati mereka, terlihat Harry menangis sambil mencium pipi chubby Darcy,
Dia membisikkan sesuatu di telinga Darcy yang tidak dapat kudengar lalu menggendongnya masuk ke dalam rumah. Aku langsung pura-pura membereskan pakaian sambil menutupi kesedihanku. Tidak kusangka jika Harry bisa menangis seperti itu.
Harry masuk ke kamarku dan menaruh Darcy yang masih tertawa riang, dia mengatakan akan segera pulang dan juga aku bisa mampir ke tempatnya kapan saja, ada maupun tidak ada Darcy.
***
a/n
haloo~~
akhirnya cerita ini tamat \(^^)/
thank you buat yang udah baca, vote dan comment~~ love you ngets :**
kasih opini kalian tentang ff ini please, sekalian juga opini kalian tentang author nya haha :p
dan kayanya aku ga bakal nulis cerita untuk beberapa waktu, tapi kalo ada yang mau sekuel boleh aja

KAMU SEDANG MEMBACA
My Jerk Styles
Fanfiction[Harry Styles fan fiction] Aku Annalyn Virgie Finn, seorang fan One Direction sejak umurku 12 tahun. Aku tidak pernah menyangka akan menikahi salah seorang idolaku, Harry Styles. Ibuku dan ibunya ternyata adalah teman lama. Walaupun begitu kehidupan...