Aku dulu sama sekali tak mengerti.
Jejak yang harus ku jalani.
Aku terus melangkah maju tanpa ada tujuan. Seperti hanya ingin mengikuti bayangan, yang faktanya bayangan juga mengikuti ku.Aku juga senang melamun dan bermimpi. Dua hal yang sangat beda. Dua hal yang juga menyangkut hal yang tak fakta.
Realita yang lebih menyakitkan, keduanya tak bisa kugapai.Pernahkah kau merasa sebegitu lelahnya dan seperti ingin lari dari bumi?
Masalah tak silih berganti. Namun, langkahmu terhenti, terkunci dan tak bisa berlari lagi.Pernahkah kau merasa ingin tidur dengan waktu yang lama?
Seperti tak ingin bagun lagi dan menatap dunia. Sebegitu tak inginnya melanjutkan jalan yang sudah dilalui walau hanya seperempat perjalanan saja.Ketahuilah...
Kadang ekspetasi yang melambung bisa menjatuhkan tubuhmu dan harapanmu sesaat kau baru saja terbang menjelajah mimpi.
Harapanlah yang membuat rasa kecewa hadir dalam hidup.
Aku duduk meringkuk disebuah sudut kegelapan. Merutuki kebodohan yang telah terjadi. Berfikir cukup lama mencari jalan keluar.
Aku seperti terjebak dalam labirin tak berujung. Dan kegelapan datang menghilangkan pelitaku.
Harapanku hancur.
Hidupku berantakan.
Tapi aku masih baik-baik saja.Kau harus tau, bahkan kata baik-baik saja tak lagi bisa membohongi fakta bahwa aku masih terjerat dengan kebohongan palsu.
Cinta?
Ia, masih terselip namanya diujung labirin hatiku. Namun kututup sempurna.
Karena ku tahu, pemiliknya adalah orang yang tak bisa ku miliki sepenuhnya. Bahkan separuhnya tidak bisa.Rasa itu hanya menyakitiku. Membawa harapan dan diriku melayang. Dan lagi dijatuhkan begitu saja.
Andai saja semuanya seperti dulu. Masih baik-baik saja. Dan akan baik-baik saja.
Lagi-lagi kata 'Andai' masuk dan mencengang logika ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relung Hati
PoetrySemua kata yang mendeksribsikan rasaku, pada dia, pada hidupku, pada semuanya. Curahan hati yang terbelenggu.