Part 4

4.6K 649 94
                                    

BRUGGGG

Johnny tersungkur karena sebuah lobang dan lututnya terhantam oleh batu yang cukup besar.

"Aww sial lutut gue sakit" Johnny merintih kesakitan sambil tertidur di tanah yang lembab itu.

"Coba gue liat" gue memeriksa lututnya, gak ada darah. Kalo gitu, kakinya terkilir.

Gue harus memapahnya sampai mobil karena lututnya sakit.

Gue gak mungkin menggendongnya seperti kejadian malam itu. Dan hal yang pertama gue lakuin adalah mencopot heels.

Kan ga lucu kalo kita berdua ambyar.

"Tahan yaa, ntar gue aja yang nyetir" gue membantunya berdiri. Tangan kanan gue nahan pinggangnya dan tangan yang satunya memegang heels.

Dia gak terlihat banyak mengeluh, cuma sesekali memejamkan matanya dan menggigit bibirnya.

Sial kenapa lo harus berbuat itu Johnny, dia terlihat seksi.

Ambyar gue.

"Cepetan lo bawa gue ke rumah sakit. Aww." Lirihnya.

"Johnny, itu lo terkilir, dokter mana bisa nyembuhin. Itu harus di urut," Jawab gue yang udah sedia nancap gas.

"Yaudah bawa gue ke tempat urut" katanya dengan nada tinggi.

Gue berulang kali mengendus kecil karena nada bicaranya itu.

"Gue ga pernah tau tempat urut. Tapi gue bisa kok nanganin begituan," Kembali gue jawab dengan pandangan lurus menatap jalan raya.

"Yaudah langsung ke apartemen gue aja. Buruannn aakhh."

Johnny mengaktifkan GPS yang menunjukkan jalan ke apartemennya.

Beruntunglah kau tuan Johnny Suh karena gue ahli dalam hal beginian.

Sesampainya di apartemen Johnny gue minta satpam disitu untuk memapahnya sampai ke kamarnya.

Gue sekarang tahu jika seorang Johnny Suh ternyata memiliki apartemen yang sangat amat berantakan padahal apartemen ini 2 kali lebih mewah dari apartemen gue.

Bungkus sisa makanan ringan bertebaran dimana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bungkus sisa makanan ringan bertebaran dimana-mana. Belum lagi pas gue masuk kamarnya, baju, kaos kaki, dan bahkan celana dalamnya berserakan. Orang seperti apa lo sebenarnya Johnny.

Dia beneran presdir bukan sih.

"Cepetan urutin gue. Rasanya kaki gue udah mau patah gini" Rintihnya yang sekarang udah terbaring di kasurnya.

Langsung aja gue menggulungkan celananya sampe ke atas lutut. Gue mengeluarkan botol yang berisikan ramuan turun temurun khusus untuk memijat.

Ibu gue yang ngajarin gue membuatnya. Gue selalu bawa ramuan itu untuk memijat tengkuk gue kalo pegel saat gue lembur.

"Tahan sedikit ya," gue mulai memijat.

"AAAAAAA lo apain itu lutut gue," Badannya sedikit terangkat menahan sakit.

"Makanya lo diem aja. Ini sakitnya bentaran aja kok, tahan yaa."

Dia tidak meronta-ronta lagi. Kini tubuhnya penuh keringat, padahal ruangan ini dilengkapi dengan ac.

Kaya abis diapa-apain aja sih lo😏

Nafasnya juga sedikit terengah-engah. Ternyata lututnya terhantam cukup keras sehingga ada uratnya yang begeser.

Gue tersenyum kecil karena melihat Johnny dengan kondisinya sekarang. Dia balas gue dengan tatapan sinis.

Karma karena udah nabrakin gue nih.

"Lo belum ada makan daritadi kan? Mau gue masakin apa?" Kembali gue tarik lagi gulungan celananya.

"Ambilin aja sisa delevery-an gue di kulkas"

"Fast food? Udahlah gue masakin aja. Tunggu ya"

Tidak heran jika sampah makanan ringan itu berhamburan. Dia orang yang suka makanan cepat saji alias fast food.

Sambil gue menyusuri apartemennya menuju dapur. Gue gak melihat ada pajangan foto keluarga ataupun foto dirinya, hanya ada lukisan-lukisan dan hiasan-hiasan.

Berbeda dengan apartemen gue yang penuh dengan foto-foto gue bersama ayah dan ibu.

Di sisi lain gue ngerasa risih dengan apa yang gue pandang sejauh ini.

Sangat amat kotor dan berantakan. Tanpa menunggu lama guepun langsung membersihkan apartemen Johnny. Baiklah sekarang gue merasa seperti seorang babu.

"Makanan gue manaa!" gue mendengar teriakannya dari dalam kamar.

Kalo ntar dia keracunan itu gue yang buat.

Ruangan ini sekarang sudah bersih dan makanannya juga udah gue siapin.

Gue kembali berjalan menuju kamar Johnny membawa tampah berisikan makanan.

Ga gue racunin, ntar gue dipecat Jaehyun lagi clientnya keracunan.

"Nih makan mumpung masih panas," gue meletakkan tampah itu di atas nakas di samping ranjang ber-size king itu.

"Suapin!!!" Bentaknya dengan sangat kencang.

Dasar bayi!!

"Mana bisa gue makan sedangkan badan gue lemes gini. Gara-gara lo nih ngurutnya kenceng banget"

Sabar banget gue kan?

Apa jadinya kalo aja gak gue kasih ramuan dan keahlian pijatan gue tadi. Lo beneran sangat mengenal gue Jaehyun, lo paham betul gue sangat penyabar.

"Lo kenal sama Taeyong dari mana?" Di sela suapan itu, tangan gue berhenti seketika.

"k..k..k..enapa lo nanyain gitu?" Gue masih belum melanjutkan suapannya.

"Gapapa sih gue penasaran aja rival gue bisa pacaran sama cin.."

"Apa susahnya sih tinggal bilang aja." Dan dia kembali membentak.

Kepala Johnny gue telen boleh kaga ya

"Kenal waktu gue Jaehyun sama Seulgi satu kampus. Temen mainnya Jaehyun tapi beda jursan sama kita bertiga. Kenal gitu-gitu aja sih lama-kelamaan gue sering ketemuan sama dia dan nyaman aja. Dan.." Belum sempat gue ngelanjutin perkataan gue namun Johnny memotongnya.

"Gue Cuma nanya lo kenal Taeyong dari mana. Malah curhat lo"

***
Holla guys🙋
Yang sabar ya sama wataknya Johnny.
Hyuna nya aja tabah banget gitu ngadepin Johnny.
Ntar lama kelamaan juga lembek😝

Just tryin to make visualization

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Just tryin to make visualization.
Gimana cocok ga?

Don't forget to press that star button down there><

Till We Meet Again ● Johnny NCT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang